Chapter 13

214 39 12
                                    

"Ini Hyewon ketika masih berumur delapan tahun," kata Nyonya Kang sambil menunjuk sebuah foto keluarga. "Lucu, bukan?"

Eunbi mengangguk. Hyewon kecil ternyata sangat menggemaskan. Gadis itu membuka lembaran foto album yang lainnya dan melihat foto seorang pria menggendong seorang bayi laki-laki. "Apakah ini "

"Tuan Kang," sambung Nyonya Kang cepat. "Ayah Hyewon."

Eunbi mengangguk-angguk dan mengangkat wajahnya. "Lalu, dimana beliau? Aku belum melihatnya sampai detik ini. Apakah ia sedang pergi?"

Nyonya Kang menggeleng dan tersenyum lembut. "Ia sekarang tinggal di Inggris, mengurus perusahaannya di sana. Tapi, dalam waktu dekat ini, ia akan pulang dan mengadakan pesta dinner bersama keluarga. Kau akan ikut makan malam bersama kami, kan?"

"A-aku? Tapi.."

"Aku mohon, datanglah," pinta Nyonya Kang. "Ayah Hyewon pasti akan sangat senang bisa bertemu denganmu."

Tidak ada pilihan lain bagi Eunbi selain mengangguk. Ia mungkin memang bisa meluangkan waktu untuk bertemu Tuan Kang.

"Lihat yang satu ini," seru Nyonya Kang. Ia menunjuk Hyewon kecil berumur sepuluh tahun sedang menangis. Mulutnya terbuka lebar, mengeluarkan suara isakan yang memilukan "Aku ingat, ini saat Hyewon baru belajar membawa sepeda. Awalnya ayahnya tidak setuju Hyewon membawa sepeda, karena ayahnya bilang ia belum siap untuk mengendarai sepeda. Tapi Hyewon memaksa dan bersikeras lalu keduanya bertengkar dan Hyewon mulai menangis," kenang sang Ibu.

Eunbi menggeleng sedih. "Kasihan sekali."

Nyonya Kang mengangguk. "Sejak kecil, hubungan Hyewon dan ayahnya memang sangat buruk. Mereka selalu saja bertengkar, bahkan untuk hal-hal yang kecil sekali pun."

Eunbi mengamati wajah Hyewon yang menangis dan ikut merasa sedih. Ia pikir, Tuan Kang terlalu keras dalam mendidik putranya.

"Bahkan," Nyonya Kang berbisik dengan suara lirih. "Suamiku menuduh Hyewon itu gay."

"A-apa?" Eunbi membelalak terkejut di tempat duduknya.

"Ya. Karena selama ini, Hyewon tidak pernah membawa seorang gadis. Kau adalah gadis pertama yang pernah diperkenalkannya kepada kami. Maka dari itu aku senang bukan kepalang ketika ia meneleponku dan mengatakan bahwa ia akan mengajakmu datang kemari."

Eunbi menelan ludah. Rasa dingin menjalar ke seluruh tubuhnya. Dengan gelisah, ia menatap kembali wajah Hyewon yang sedang menangis dan mencoba mencari kebenaran dari sana.

***

Karena teleponnya tidak kunjung diangkat oleh Eunbi, Sakura mendatangi apartemen gadis itu, tapi hasilnya sama saja. Eunbi juga sedang tidak berada di rumah. Sungguh sial, pikir Sakura. Pemuda itu bahkan harus berupaya keras untuk bisa pergi dari rumah, karena takut ayahnya akan menahannya lagi. Tapi, begitu ia berhasil kabur, ternyata Eunbi sedang pergi. Sudah dua jam lebih ia menunggu dan ia merasa bosan setengah mati hanya dengan duduk seperti seorang pengemis di depan pintu apartemen itu.

Beberapa menit berselang, Sakura berdiri dengan tersentak saat mendengar bunyi lift di ujung lorong apartemen berbunyi. Itu mungkin Eunbi, duganya. Dugaannya benar, itu Eunbi. Ia bisa mendengar suara Eunbi yang batuk. Sakura baru saja ingin berlari kearah gadis itu dan menceritakan seluruh kegundahan hatinya, namun Hyewon muncul dari belakang Eunbi dengan dua buah kantung kertas berisi makanan.

"Sakura? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Eunbi.

"Hm, aku.." Sakura tidak menyelesaikan kalimatnya ketika matanya beradu pandang dengan Hyewon.

Eunbi menatap ransel yang dibawa oleh Sakura dan ia bisa memahaminya. Pasti bertengkar lagi dengan ayahnya.

"Masuklah," kata Eunbi. "Kita bicara saja di dalam."

I Need SomebodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang