Tubuh Hyewon gemetar ketika melihat nama ayahnya berkedip pada layar ponselnya. Ia sempat berpikir untuk mengabaikannya, tapi ia tahu hal-hal ringan akan menjadi begitu serius jika ia membuat kesalahan sedikit pun dengan ayahnya. Maka Hyewon memutuskan untuk tetap menerima telepon ayahnya, apa pun yang terjadi.
Ia mengamati sekelilingnya melihat jok kosong di sebelah dan belakangnya lalu mengamati keadaan di sekitar mobil. Belum ada tanda-tanda bahwa Eunbi dan Sakura akan kembali. Entah apa yang sedang dibicarakan keduanya, Hyewon benar-benar tidak peduli. Yang ia inginkan sekarang hanyalah menyelesaikan semua rencananya dengan sesuai keinginannya, lalu menikmati kembali hidupnya yang sebenarnya.
"Kenapa kau terlambat mengangkat teleponku?" Suara baritone milik tuan Kang menegurnya dengan keras di seberang telepon.
"Maaf, Yah. Aku.." Hyewon terdiam sebentar, mencari-cari alasan. "..baru saja kembali dari kamar kecil."
Tuan Kang menggeram. "Begitukah?"
"Ya."
"Kau sudah tahu bahwa aku akan kembali ke Korea dua minggu lagi?"
"Aku tahu."
"Baguslah kalau begitu. Aku rasa ibumu sudah mengatakan bahwa kita akan mengadakan dinner bersama pada malam kepulanganku nanti."
"Ya, Ibu sudah memberitahuku," sahut Hyewon, lemas.
"Lalu?"
Hyewon mengangkat alis, namun beberapa saat kemudian teringat ucapan ibunya. "Aku akan membawa seorang gadis untuk kuperkenalkan padamu."
Tuan Kang menggeram lagi. "Lalu, apakah kau sudah menemukannya?"
"Ya, aku sudah menemukannya."
"Bagus." Nada bicara tuan Kang terdengar puas. "I'll see you in two weeks."
"Ya."
Telepon terputus. Hyewon meletakkan ponselnya ke atas dashboard mobil, selanjutnya meringis dan mengetuk-ngetukkan jidatnya di depan stir.
"Bagaimana aku harus mengatakannya pada Eunbi?"
***
"Aku memang menyukainya. Lalu kenapa?"
Untuk pertama kalinya, suara hati Eunbi yang biasanya sangat "cerewet", bungkam kehabisan kata. Ia mencoba menyadarkan dirinya bahwa yang didengarnya tadi tidak salah. Selama ini, Eunbi tidak pernah bertengkar hebat dengan Sakura, baik untuk masalah kecil sampai berat sekali pun. Dan sekarang, mereka terjebak dalam situasi tegang seperti ini hanya karena keberadaan Hyewon di antara mereka. Untuk memperjelas lagi, masalah yang sedang mereka hadapi adalah masalah perasaan.
Eunbi tidak habis pikir, bahwa ia akan bersaing dengan seorang laki-laki yang juga merupakan sahabatnya sendiri untuk memperebutkan seorang laki-laki. Benar-benar sinting, pikir Eunbi.
Eunbi tidak pernah mendengar Sakura mengatakan hal seterus-terang itu ketika ia tertarik dengan seseorang. Paling-paling hanya, "Eunbi, menurutmu pemuda yang itu bagaimana?", "Kupikir pemuda itu punya senyum yang indah", atau "Seandainya saja pemuda itu tidak punya pacar." Namun Sakura tidak pernah menunjukkan keseriusannya untuk benar-benar berpacaran. Selama ini, seperti yang sudah dikatakan tadi, bahwa hal paling "ekstrem" yang pernah dilakukan Sakura hanyalah sebatas rasa kagum. Tidak pernah lebih dari itu.
Namun, keadaan benar-benar berbeda sekarang. Sorot Sakura yang tajam, rahangnya yang mengeras dan garis dagunya yang tegas, semua itu seolah-olah sedang menantang Eunbi untuk sebuah persaingan.
"Hei, apa yang sedang kalian lakukan?"
Hyewon tiba-tiba muncul orang yang justru membuat keduanya terlibat dalam keheningan yang mencekam itu dan menyapa keduanya. Tidak ada satupun dari mereka, baik Eunbi atau Sakura yang menyahut. Mereka masih membeku seperti itu, saling bertatapan. Hyewon mengamati tingkah kedua orang itu dengan hati berdebar, merasa telah datang menginterupsi pada waktu yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Need Somebody
Fanfictionstory about one women and two men Trapped into a complicated & unusual love triangle Miyawaki Sakura (Male) Kwon Eunbi (Female) Kang Hyewon (Male)