Bab 10

105 45 1
                                    

"Yaudah, masuk dulu yuk Nak. Kita ngobrol-ngobrol di dalem," ajak Bu RT dengan segala keramah-tamahannya.

"Nggak usah Bu, makasih. Siska langsung pamit pulang aja ya, takut kemaleman," tolakku.

"Yaudah, tapi lain kali pokoknya  kamu harus main ya ke sini!" titah Bu RT tak mau ditolak.

"Iya Bu," jawabku sambil tersenyum.

"Yuk. biar Reno anterin Sis," pinta Reno.

"Nggak usah No, nggak usah repot-repot," tangkahku.

"Nggak repot kok Sis. Udah ayok biar Siska aman juga di jalannya," tegas Reno ngotot.

"Di sini kan emang aman No," jawabku sambil terkekeh.

"Tetep aja!!" dalihnya, "pokoknya Reno mau anterin Siska pulang TITIK!" tandasnya tidak menerima penolakkan.

"Iya Nak Siska, gak papa biar Reno anterin saja ya. Ini kan udah malem," saran Bu RT.

"Tap-"

"Suutt ..." Reno meletakkan telunjuknya di atas bibir tipisku. "udah, gak pake tapi-tapian lagi. Ayok jalan!" lanjutnya lantas menarikku untuk pergi.

"Tar dulu No, aku mau salim dulu sama Ibu kamu," protesku.

"Tau nih, kamu nggak sabaran banget sih. Reno ...Reno." Bu Rt menggeleng sambil terkekeh melihat tingkah anaknya yang acap kali mengundang tawa.

"Yaudah Bu, Siska pamit ya," pamitku kemudian mencium kembali punggung tangan Bu Rt.

"Iya, kamu hati-hati ya. Kalo Reno macem-macem bilang aja sama Ibu," Bu Rt mengelus puncak kepalaku penuh kasih sayang seperti aku ini adalah anak kandungnya.

Hal itu tentu saja membuat kedua sudut bibirku tertarik dan memancarkan kebahagiaan dari sorot mataku.
"Siap Bu," ucapku penuh semangat.

Reno yang sudah berada di luar gerbang masuk lagi ke dalam. Seraya berkata, "Udah ayok, jangan ngobrol lagi! Ngobrolnya nanti aja di jalan sama Reno," paparnya kesal seperti anak kecil minta pulang pada Ibunya.
Akhirnya akupun melenggut, menyerah dengan tingkahnya yang lucu.

Sepanjang jalan terasa menyenangkan, aku dan Reno asik mengobrol. Kami membahas segala hal, mulai dari masa kecil, masa sekarang sampai rencana pernikahan kami waktu kecil.

"Sekarang Reno udah Semester 6, Siska tunggu setahun lagi ya. Abis itu kita wujudin impian pernikahan masa kecil kita," terangnya, "tapi kalo Siska udah gak sabar, sekarang juga Reno udah siap lahir batin kok," tambahnya lagi.

Aku terkekeh, "Apaan sih No. Emang omongan kita waktu itu serius? Itu cuma becandaan doang kali!"

"Kalo Reno sih serius, buktinya sampe sekarang Reno inget terus soal janji kita dulu di danau itu!" tandasnya.

Fllasback masa kecil Reno dan Siska ...

Aku dan Reno duduk di sebuah jembatan kecil yang hanya sepotong di tepi danau berwarna hijau.

Reno : "Siska, kalo udah besar nanti Reno mau nikahin Siska."

Siska : "Tapi Siska pengen jadi tuan putri kaya gini No ( aku menunjukan gambar seorang tuan putri dengan gaun mewahnya ), Siska nanti pengen pake baju ini."

Reno : "Iya, nanti Siska pake baju ini. Terus Reno dateng naik kuda jemput Siska."

Siska : "Tapi kalo tuan putri itu, pesta nya besar. Terus meriah di kerajaan."

Reno : "Reno janji, kalo udah besar nanti Reno bakal buatin pesta yang besar dan meriah buat Siska di kerajaan. Nanti Siska bakal jadi Tuan putri di kerajaan Reno." Reno mengelap ingusnya.

Tenggelam Bersama LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang