Langit sudah menggelap ketika Song Tianzhi keluar dari perpustakan universitas. Kakinya mengambil langkah lebar dan terburu-buru melewati setiap bangunan. Tidak banyak mahasiswa yang masih berada di Seoul University, biasanya mereka sudah meninggalkan area kampus begitu kelas selesai, kecuali memiliki kegiatan.
Cukup lama gadis dengan rambut sebahu itu berdiri di depan kampus, menunggu driver online yang sudah dipesannya. Tapi, bahkan ketika jam diponselnya menunjukan pukul 8 malam KST dan ponselnya mati, angkutan online yang dipesannya belum datang. Song Tianzhi menghela napas berat, menghembuskan semua kekesalan, membenarkan letak ranselnya— mengabaikan rasa pusing akibat mengerjakan soal olimpiade di perpustakan, dia berlalu meninggalkan halaman tempatnya menuntut ilmu.
Musim dingin tahun ini datang lebih awal, coat tebal yang dipakainya tak dapat menahan hawa dingin yang semakin menusuk. Kedua tangannya dia sembunyikan di dalam saku. Ketika dia menghembuskan napas, uap mengepul keluar. Butiran salju yang terus turun terlihat seperti bunga yang baru saja meraka dirambutnya. Senyum gadis itu sedikit mengembang ketika membuka pintu minimarket 24 jam, dia akan membeli makanan untuk menghangatkan badan.
Mie instan cup menjadi pilihannya. Setelah membayar, dia duduk di kursi yang berada di depan minimarket, uap yang mengepul membawa aroma yang menggoda, dengan tidak sabar dia segera mengambil sumpit dan mengambil sejumput mie. Rasa gurih, hangat, dan asin membuatnya sangat bersyukur. Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk menghabiskan satu cup mie instan ukuran jumbo.
Tidak banyak kendaraan yang beroperasi di tengah salju yang turun, jalanan terasa sedikit lenggang dari para pejalan kaki. Jarak rumahnya masih lumayan jauh, membutuhkan waktu dua puluh menit itu pun jika Song Tianzhi mengambil jalur cepat. Di mana dia akan melalui salah satu gang yang sepi dengan penerangan minim, biasanya digunakan oleh para pemuda untuk berpesta minuman keras.
Mata Song Tianzhi menatap sekitar dengan waspada, melangkah dengan pelan tanpa suara. Dia berada di gang ini, nekat mengambil jalan pintas agar orang tuanya tidak bertengkar karena dia pulang terlambat. Setitik rasa syukur dia panjatkan ketika melihat ujung gang—memacu larinya sekuat tenaga, tapi gadis itu keliru. Ketika akan mencapai ujung gang, dari arah berlawanan sekelompok anak muda yang terlihat mabuk berjalan kearahnya, dia tidak bisa menghentikan langkahnya. Menabrak salah satu dari mereka.
Teman pria itu maju, berjongkok di depan Song Tianzhi dengan pandangan menilai. "Gadis cantik, apa yang sedang kau lakukan? Apakah itu untuk menemani kami malam ini?" bau alkohol nyaris membuatnya muntah.
Song Tianzhi menggertakan giginya ketika dua orang menariknya berdiri. "Lepaskan saya!" dia memberontak tetapi mereka malah menariknya kembali masuk ke dalam gang.
"Berengsek, jauhkan tangan kotor kalian." Gadis itu berusaha menahan agar tubuhnya tidak diseret, tapi tiga orang yang berjalan di belakang mendorong punggungnya.
"Apa yang akan kalian lakukan? TOLONG! SIAPA PUN TOLONG SAYA!" Song Tianzhi berteriak histeris ketika dia diseret masuk ke dalam bangunan yang sudah tua dan tak terpakai.
Bruk
Rasanya sangat sakit ketika tubuhnya mendarat dengan keras di lantai. Kesadarannya pulih dengan cepat ketika menyadari mereka mendekatinya seperti predator. Dia terus mundur sampai bersandar pada tembok. "Gadis manis, ternyata kamu suka disudutkan."
Salah satu pria berjongkok di depannya, mengelus pipinya pelan, membuat tubuhnya bergetar ketakutan. "Jangan sentuh saya." Dia menepisnya dengan kasar.
"Gadis manis kau harus tahu, saya menyukai permainan kasar." Pria itu membuka coat Song Tianzhi dengan cepat—membuatnya menjerit histeri.
"TIDAK JANGAN SENTUH SAYA."
***
[2 Juli 2020]Selamat datang dicerita cina kedua aku:' semoga suka:)
Yang beraktivitas di luar rumah pada masa new normal ini, jangan lupa patuhi protokol kesehatan.
Up selanjutnya tanggal 7 ya×_×
Biru
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Xia ke Shang (Xia Lian, Selesai)
Historical Fiction[Original - Bukan Terjemahan] Song Tianzhi ingat, malam itu, di sebuah gang dia menjadi korban pelecehan dan seharusnya menjadi hari kematiannya juga. Akan tetapi, saat membuka mata dia telah berada di masa pemerintahan Raja ke-13 Diansti Xia yang s...