17

52 9 0
                                    

Kini jam di tanganku menunjukkan pukul 00.00 dan rumahku sudah tampak tak berpenghuni dengan lampu yang dimatikan. Dengan ragu, kucoba membuka pintu utama. Ternyata tidak dikunci. Dengan mudah, aku masuk ke dalam rumahku dan berjalan menyusuri ruang demi ruang menuju kamarku. Namun sial, mama mengagetkanku di ujung tangga. Ia dengan baju tidur berwarna merah maroon itu berdiri dengan dua tangan dilipat di depan dada, ditambah muka yang menyeramkan.

"Dari mana aja kamu?"

"A-anu.."

"Anu apa?"

Aku terdiam dibuatnya. Tidak ada yang mengalahkan seramnya tatapan mama saat marah.

"Kalo ditanya orang tau itu jawab, Selatan!"

"Maaf, Ma. Aku habis dari rumah sakit."

"Ada apa disana?"

"Ada...dokter.."

"Nggak usah becanda. Mama serius!"

"I-iya maaf. Dara sakit, Ma,"

"Cewe buta itu?"

"Ma, nggak sopan!"

"Lebih nggak sopan siapa sama kamu yang berani ngebentak Mama?!"

Nada bicara mama makin meninggi sampai papa bangun dari tidurnya dan bergabung dalam percakapan panas ini.

"Ada apa, sih?"

Kami berdua hanya diam. Tidak ada yang mau membuka mulut. Kami benar-benar sedang emosi saat ini.

Papa yang frustasi akhirnya menghela napas, "yaudah, kalo nggak ada yang mau ngomong, mending kita tidur. Jangan buang-buang energi."

Demi apapun, aku sayang papa.

🐺

"Gimana Dara?"

"She's ok, don't worry. Soal cewe itu udah diurus sekolah, Bang?"

"Udah, sante aja udah gue urus semua."

"Oke, sip. Makasih banyak, ya."

"Yaudah, gue lanjut sekolah ya."

Tuutt...tuutt...

Telepon terputus dan aku bergegas menuju ruang BP.

Begitu sampai disana, aku betemu Brian yang sedang duduk di kursi tunggu.

"Bri? Gimana?"

"Parah! Udah gila itu manusia!"

"Maksud lo?"

"Duit, Than! Pake duit. Masalahnya clear pake duit."

"Setan! Mana mereka?!" tanyaku emosi.

"Udah pulang. Gue juga telat datengnya. Duh, pengen ngamuk aja gue rasanya."

"Kok bisa sih sekolah segede ini mau makan duit siswa gitu?"

"Ya lo pikir aja apa fungsi nama belakangnya si Rara?"

"Tapi apa lo ngga mikir siapa orang tua angkatnya Dara? Orang tuanya Dewa, Bri."

Brian yang baru tersadar dengan fakta itu melotot kaget, "oh iya, ya. Kenapa bisa, ya?"

"Gue rasa bukan cuma duit, sih."

Aku dan Brian saling pandang. Seolah kita berdua memikirkan hal yang sama.

"Bego lo!"

"Lo juga bego!"

"Lupa kan, lo?"

"Ya abisnya, gue tadi lagi kalut banget sampe nggak inget kalo orang tuanya Rara yang punya yayasan."

"Terus gimana dong ngomong ke orang tuanya Dara?"

"Duh, iya ya."

"Nanti aja deh dipikirin. Abis ini jam matematika, kan?"

"Mampus. Gue nggak belajar semalem."

"Puji syukur. Gue belajar. Yes yes. Kapan lagi ngalahin Ethan?"

🐺

PENDEK BANGET YANG PENTING UPDATE YA SKSKS😭😭😭

clueless Where stories live. Discover now