。〔⊹ ⌗ SENTENCE〃〕

95 10 0
                                    

Sampai di dalam perpustakaan, Frapsy masih kebingungan. Apa benar pria itu meninggal karena Frapsy memotong benang di buku? Seperti dunia ajaib saja.

"Mba, saya pinjam buku ini, ya," pinta Frapsy kepada si pustakawan.

"Baik, silahkan. Kartunya taruh disini ya." Frapsy menaruh kartunya dan membiarkan wanita itu mengurusnya.

"Maaf sebelumnya, atas nama Frapsy Antigou. Disini tertulis, anda meminjam buku Minggu lalu dan belum mengembalikannya."

"Begitu ya? Sebentar saya ke meja saya dulu, siapa tau ketinggalan disitu." Pustakawan itu mengangguk. Frapsy baru saja ia melangkahkan kakinya, Ocha datang dengan membawa beberapa buku di tangannya.

"Haduh, Frapsy dicariin juga. Eh ternyata udah minjam buku," ujar Ocha datang tiba-tiba.

"Oh iya, nih bukumu. Sekalian aku bawakan tadi." Frapsy menerima bukunya di tangan Ocha, memang benar-benar terbaik kawannya ini.

"Nih Mba, bukunya," ujar Frapsy kembali menghadap wanita berpakaian formal itu.

"Terimakasih, mohon ditunggu." Frapsy dan Ocha mengangguk.

Ocha melirik sedikit buku yang akan dipinjam sobatnya. Fantasi? Seperti bukan Frapsy saja.

"Tumben minjem buku Fantasi, biasanya ensiklopedia atau fiksi novel," ungkap Ocha. Frapsy menoleh.

"Menarik tau isi bukunya, covernya aja kayak udah usang begitu."

"Permisi, ini bukunya," tutur si pustakawan. Frapsy bangkit dan menerima buku tersebut.

"Saya juga mau pinjam buku Mba, ini buku yang kemarin dan ini buku yang mau saya pinjam. Nih kartunya," sahut Ocha.

Terlihat wanita itu kembali mengurus laptop milik perpustakaan. Dengan mata yang memicing tajam memperhatikan tiap huruf yang tertera di layar tersebut.

"Mohon dikembalikan pada tanggal tiga Mei dua ribu dua puluh." Ocha menerima kartunya kembali beserta buku yang ia pinjam.

"Ayo pulang," ajak Frapsy.

"Lah, barengan? Aku sudah pesan ojol, aku kira kamu gak mau barengan tadi," tolak Ocha.

Frapsy menghela nafas dan membiarkan sahabatnya itu pulang dengan ojek. Dan ya, lebih baik ia meneruskan bacaannya di buku fiksi tadi.

Ia tidak menyadari, bahwa ada sepenggal kalimat yang ia lewatkan di cover buku tersebut. Kalimat yang benar-benar penting.

'Buka, ikuti, dan selesaikan.'

✦• • ┈─╌─̇─̇─̇─̇╌─┈ •

n) di chapter ini, aku emang kehilangan ide sih, ehehe. So sorry kalau kurang ngefeel.

The YarnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang