。〔⊹ ⌗ ACCEPTED〃〕

83 11 0
                                    

Sejuk, menenangkan, namun mengejutkan. Embun akan segera menyusul, biarlah hujan di pukul tiga sore ini menyiram Jakarta.

Pendingin ruangan menyertai ruangan senyap tak berbunyi ini. Frapsy memeluk dirinya sendiri seraya membaca penggalan kalimat yang ada di buku.

Ia menggosok matanya. Hawa yang dingin, tulisan yang kecil beraturan, dan pendingin ruangan. Benar-benar membuatnya mengantuk, sangat mengantuk.

"Hei," sapa seseorang.

"Ngapain lagi sih?" ketus Frapsy.

"Memangnya tidak boleh jika aku ingin berteman denganmu?" tanyanya.

"Nggak, sana pergi jauh-jauh," usir Frapsy. Lihatlah, ia mengusir pria tampan?! Yang benar saja.

"Sudah hampir petang, aku tahu kamu belum makan apapun sejak pagi tadi," ujar pria itu.

"Udahlah Chris, jangan ngurusin hidupku. Kayak gak punya kerjaan lain aja," jawab Frapsy dengan tatapan mata yang masih menghadap bukunya.

"Kamu tidak mau pulang? Biar aku yang mengantarmu," tawarnya.

"Aku gak sudi pulang dengan om-om sepertimu," tolaknya dengan kasar dan dibalas senyuman oleh Chris.

"Aku ramal, hujan ini tidak akan berhenti."

"How did you know? You are human, not a weather forecaster." Chris menyeringai tajam.

"Apa kamu mau terkunci di dalam perpustakaan sepanjang malam? Aku dengar disini ada wanita usil yang suka mengganggu para pembaca disini," ungkap Chris.

Frapsy tersadar, beberapa jam yang lalu juga ada kecelakaan yang terjadi di depan gedung tua ini. Ya siapa tahu roh dari pria itu belum diangkat ke langit bukan?

"Enggak! Sana pergi!" usir Frapsy.

"Coba lihat baik-baik pengharum ruangan di ujung sana, tunggu sampai berbunyi," tutur Chris kepada Frapsy.

Mungkin sekitar dua puluh detik, Frapsy mengarahkan matanya ke pengharum ruangan itu.

PSST

"Nah udah bunyi, terus?" tanyanya.

"Ambil."

Frapsy beranjak dari duduknya dengan malas dan mengambil benda yang terlihat elegan tersebut.

"Nih, kalau sampai kita dimarahin awas aja." Frapsy menyodorkan pengharum ruangannya dan dibalas dengan senyuman Chris.

Chris membuka benda itu, tidak ada apa-apa di dalamnya. Jadi, yang tadi berbunyi itu apa?!

Gadis cuek itu menutup mulutnya tak percaya, ia mulai takut dan gemetar. Lihatlah betapa penakutnya Frapsy Antigou.

"Nye nye nye. Cepetan! Lelet banget sih," ketus Frapsy sambil berjalan keluar.

***

Hey! Apa kabar!! Semoga kalian baik-baik saja. Terimakasih sudah membaca sampai chapter ini. Tolong beri aku krisar nde, dan vote jika berkenan.

The YarnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang