Kini, Helios dan Frapsy tengah beristirahat di dekat danau biru nan bening seperti kristal. Tak jarang juga, Frapsy bermain air bersama ikan-ikan yang ada disana.
"Sudah satu jam lebih kamu bermain-main disana, Frapsy. Kapan kita melanjutkan perjalanan?" tanya Helios yang sedang menutup matanya sembari merebahkan diri di atas rerumputan.
"Errr ... sekarang juga boleh," jawabnya.
Dan mereka pun meneruskan perjalanan yang sempat tertunda. Entah hanya perasaan mereka saja atau bukan, suasana di hutan ini berangsur-angsur sejuk dan menyenangkan. Mungkin karena Atana telah berhasil mereka kalahkan.
Helios melirik pergelangan Frapsy. "Gelangmu sudah menghitam."
"Iya, 'kan udah diajak baku hantam sama Atana."
Helios mengangguk dan mengacak-acak rambut Frapsy. "Good job, Frapsy. Paman bangga denganmu."
Mereka berdua melalui hutan dengan penuh kegembiraan, seakab terlupa dengan prioritas mereka berada disini. Tiba-tiba, Frapsy menghentikan langkahnya dan Helios ketika ia melihat jejak-jejak kaki.
"Punya siapa nih?!"
"Sepertinya, kita sudah dekat dengan keberadaan Chris. Ayo terus berjalan," tutur Helios.
Frapsy mengangguk dan mengikuti langkah Helios dari belakang. Tak lupa, ia perhatikan sekelilingnya, jika saja ada marabahaya yang kembali menyerang mereka.
Helios menyiapkan senjatanya, yaitu tombak berbahan perak. Dari awal, ia sudah curiga, Chris adalah werewolf yang licik. Oleh sebab itu, Helios membawa senjata berbahan perak. Entah kecurigaannya benar atau salah, yang penting ia berjaga-jaga.
"Tetap berada di dekatku, Frapsy," ujar Helios dengan pandangan yang masih mengawasi sekitarnya.
"Selalu, Paman."
***
Tak terasa, hari sudah mulai gelap. Perjalanan mereka mengikuti jejak kaki misterius itu belum membuahkan hasil dan mereka memutuskan untuk bermalam disini, di bawah pohon besar nan rindang ditemani sinar bulan purnama.
Helios mengeluarkan roti dari pouch miliknya dan menyerahkan ke Frapsy. "Makan malam dulu."
Frapsy melirik roti tersebut dan menerimanya dengan sendu. "Aku mau makan ikan, Paman."
Helios menghela nafasnya dan berkata, "Kenapa kamu tidak menangkap ikan saat di danau tadi siang?"
"Ya abisnya ga disuruh," jawab Frapsy cemberut.
"Makan apa yang ada dulu, yang penting perut terisi."
Dengan terpaksa, Frapsy memakan jatah rotinya sambil ditemani kunang-kunang yang berterbangan disekitar pohon.
Drap drap drap!
Baru saja gadis itu akan menyuapkan roti, tiba-tiba suara bising terdengar. Seperti suara orang atau binatang berlari kencang menuju ke dataran tinggi. Tanpa membuang waktu, Frapsy segera melahap rotinya hingga habis dan meminta minum kepada Helios dan segara menegaknya hingga tandas.
"Ayo Paman! Siapa tau itu Chris and the gank!"
Helios mengangguk dan mempersiapkan dirinya mengejar sesuatu yang berlari. Tanpa basa-basi, ia dan Frapsy berlari menuju sumber suara tersebut.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Yarn
FantasiUntuk Takdir yang telah menggiringku kesini, Terimakasih. Warning! nsfw 15+ - Alur cerita mundur.