。〔⊹ ⌗ WEREWOLF〃〕

61 8 0
                                    

Yang lebih lembut dari pada mawar yang mekar diantara rerumputan,
Atau embun malam yang menetes membasahi dinding.
Pualam malam yang kelam,
Musik yang membawa tidur lelap dalam langit yang damai.

Tring Tring

"Yeoboseyo Frapsy! Where are you today?"

"Mianhe Mister, i have a mistake. Soon, i'll be back," jawab Frapsy.

"Si, i hope so," ucap pria di seberang sana.

"Hait, mianhe. Gracias Mister."

"Si."

Baru sehari saja sudah dicari, huh.

Mungkin kalian bingung kenapa bahasa yang digunakan bercampur-campur. Ya karena mereka sudah diharuskan menggunakan bahasa lain saat berkomunikasi. Frapsy mengikuti kursus bahasa asing. Hampir tiap hari ia harus bolak-balik menaiki Transjakarta.

"Gila, sesakit ini ditinggal temen. Lebih sakit daripada ditinggal couple rp lrp," monolognya.

Kini, rasanya kehilangan semangat hidup. Orang yang menemaninya dari nol, sampai bisa terkenal seperti sekarang meninggalkannya.

Ia sendiri, melalui kerasnya hidup
Tanpa adanya teman yang mengiringi.
Bengisnya dunia, akankah bisa ia lalui?

God Bless You, Frapsy.

***

08.00 AM

"Miaw, miaw."

"Eungh, Flory. Don't disturb me."

"Miaw!" Frapsy terlonjak kaget dan melebarkan matanya.

"Apa sih? Gatau lagi males apa." Flo terhenyak.

Flory, kucing pemberian Ocha dua tahun lalu. Netranya sehijau jambrud, bulu halus, dan mudah diatur.

Tok tok tok

"Siapa lagi yang datang," cetus Frapsy. Ia beranjak dari kasur empuknya, diikuti dengan Flory yang berjalan berlenggak-lenggok.

Ceklek

"Good morning Frapsy!"

"MIAW!" Kedua insan itu terkejut, Flory terlihat marah dan ketakutan saat melihat pria itu.

"Kamu lagi, ada apa sih?" ketus Frapsy.

"Mau ajak jalan, boleh?" tanya pria itu—Chris.

"Nggak."

"Ayo lah, aku traktir," tawarnya lagi.

"I said no," tolak Frapsy mentah-mentah.

"Tolong jangan menolak, atau kamu akan menyesal." Frapsy mendelik tajam ke arah pria berjaket hitam itu.

Dengan kesal, ia masuk ke dalam rumah dan membanting pintunya. Marah akan hal itu, Chris menggedor-gedor pintu yang bercat coklat itu.

Sekitar lima menit, Chris masih saja mengetuk-ngetuk pintu dengan tidak sabaran. "Frapsy! Open the door!" teriaknya.

Ceklek.

"Apa? Sabar dong! Cewek butuh persiapan!" jawab Frapsy sembari merapikan pakaiannya. Ya, ia berubah pikiran. Tidak baik terlalu larut dalam kesedihan bukan?

Chris tersenyum dan hendak menggenggam tangan gadis berambut pendek itu, namun dengan cepat ditepis oleh si gadis.

Dalam perjalanan, Frapsy membuka tasnya dan mengambil buku yang sebelumnya ia pinjam beberapa hari lalu.
"Werewolf?" tanyanya pelan.

"Apa apa?"

"Enggak, werewolf itu bagaimana menurutmu?" tanyanya lagi.

"Jelek, tidak sempurna, pembawa sial, dan banyak lagi," jawab Chris.

"Apa yang kamu lakuin kalo aja ketemu sama makhluk itu?"

"Akan aku bunuh, dan aku cari lagi yang lainnya. Supaya mereka punah," jawab Chris lagi seraya mengetatkan rahangnya.

"Kok gitu?! Jahat banget," sahut Frapsy.

"So am i. Asal kamu tahu, mereka itu yang—"

"Yang apa?" Frapsy mengernyitkan dahinya.

"Nevermind."

***

Mianhe (Korean) = Maaf
Si (Spain) = Iya
Yeoboseyo (Korean) = halo
Gracias (Spain) = Terimakasih

Jangan lupa krisarnya! Terimakasih!

The YarnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang