。〔⊹ ⌗ CHRIS〃〕

18 4 0
                                    

"Should I do this?" tanyanya pada diri sendiri. Ia mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di meja dengan berpikir keras.

Sungguh, ia sangat bimbang. Haruskah ia melakukan ini? Ia menginginkan itu, tapi ia juga tidak bisa melakukannya. Berat, sungguh berat.

***

"Sudah jam delapan malam, ayo ikuti aku," ajak Helios menuju tempat persembunyian benang itu.

Frapsy berkeringat dingin, ia benar-benar gugup saat ini. Ditambah suasana malam yang entah mengapa terasa mencekam sungguh membuatnya pucat.

Ceklek.

Helios perlahan membuka kotak itu dan berucap, "La periamento Moirai e Klotho, Lakkhesis, ra Atropos. Qi yarne adseto."

Sekelebat cahaya memancar dari kotak tersebut, Frapsy menghalangi pandangannya dengan tangannya. Sedangkan Chris hanya menyipitkan matanya.

Wush!

Tiga utas benang melayang di langit-langit ruangan kedap suara yang mereka tempati. Dengan hati-hati, Helios mengambil ketiga benang tersebut dan menyerahkan kepada Frapsy.

"Aku percaya padamu, Frapsy," ungkap Helios.

Dengan gemetar, Frapsy mengambil ketiga benang tersebut dan menggenggamnya dengan erat.

"Ikuti perkataanku," tutur Helios.

Frapsy mengangguk dan membenarkan posisi tubuhnya dengan maksud menghilangkan sedikit rasa gugup yang menggerogoti tubuhnya.

"En Frapsy Antigou qa."

Frapsy memejamkan matanya. "En Frapsy Antigou qa."

"Qi yarne adseto. La periamento Moirai e Klotho, Lakkhesis ra Atropos."

"Qi yarne adseto. La periamento Moirai e Klotho, Lakkhesis ra Atropos," sahut Frapsy.

"Ijara, faqio," kata Helios menyudahi mantranya.

"Ijara, faqio."

"Kamu boleh membuka matamu, Frapsy."

Buk!

Frapsy terjengkal ketika Chris mendorongnya dengan kencang, benang tersebut jatuh ke lantai. Dengan cepat, Chris mengambil ketiga benang tersebut dan berlari meninggalkan mereka.

"HOW DARE YOU, CHRIS! COME BACK!" teriak Frapsy dengan kencang dan membangunkan Xevlaa yang tengah tidur di kamarnya.

Chris tidak menghiraukan panggilan Frapsy yang menggema di seluruh penjuru rumah ini. Pria itu tetap berlari meninggalkan toko antik milik Helios.

"Kejar!" sahut Helios. Mereka berdua berlari dengan kencang meninggalkan Xevlaa sendirian di toko antik.

"Chris! Hos, stop! Hos." Nafas Frapsy mulai terengah-engah ketika ia dan Helios mulai memasuki area hutan.

Helios mencekal tangan gadis itu dan menggelengkan kepalanya. "Percuma, kita tidak akan bisa mengejarnya. Larinya sangat kencang. Lagipula, ini hutan terlarang! Kita tidak bisa asal masuk ke dalam, ditambah saat ini sudah sangat larut. Sebaiknya, besok saja kita mencari pria sialan itu."

"Tapi Paman! Aku gak terima! Itu hak punyaku, dan benang itu punyaku! Aku pengen pulang, aku pengen pulang!" ujar Frapsy dengan nada yang terlihat frustasi.

"Besok kita cari lagi. Kita harus tidur malam ini!" tegas Helios.

Baiklah, untuk malam ini ... Frapsy mengalah.

***

Oke jadi ini udah bener-bener masuk ke dalam konfliknya dan jujur aja ... aku sedikit bingung bikin konflik yang kena itu gimana asbdjejdkl.
Aku masih menunggu krisar dari kalian!

The YarnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang