"Apa Ayah tau cara menggunakannya?"
"Tentu saja, Chris. Ritual ini akan dimulai sebentar lagi, kau tunggu saja."
***
Frapsy dan Helios terus berlari menuju sumber suara. Meskipun perut keduanya masih merasa lapar, tetapi suara tersebut harus segara ditemukan.
Hingga mereka sampai di puncak dataran tinggi, mereka melihat dua werewolf yang sedang menunggu bulan purnama muncul.
"Paman ... aku takut," lirih Frapsy dengan mata yang tertutup.
"Jangan takut, ini adalah takdirmu. Kamu pasti bisa," balas Helios.
"Serem banget, jadi kita harus apain mereka?" tanya gadis itu.
"Lihat di genggaman tangannya! Itu benangmu, Frapsy. Sudah pasti itu adalah Chris dan mungkin bersama ... Ayahnya. Kita harus ambil benang itu, bagaimanapun caranya. Meski harus membunuh mereka berdua, kita harus siap," terang Helios dengan nafas yang memburu.
"T-tapi ... Chris temenku."
"Teman bermuka dua."
***
Bulan purnama telah menampakkan wujud dengan keseluruhan. Chris dan Ayahnya dengan segera membaca mantra yang pernab mereka hafalkan.
"Sudah waktunya. Chris, ikuti perkataanku."
Chris mengangguk dan mempersiapkan dirinya di bawah sinar bulan purnama. Antara ragu dan yakin, ia bertekad untuk melakukan ritual pergantian takdir ini.
"La parieto Moirai, Klotho ra Lakkhesis ra Atropos. Werewolf qa yarne labuela," ujar Ayah Chris.
"La parieto Moirai, Klotho ra Lakkhesis ra Atropos. Werewolf qa yarne labuela," balas Chris.
"Teovyn qe, Chris qe laropasa an—"
"Berhenti!" teriak Helios yang datang tiba-tiba di belakang mereka.
Chris dan Ayahnya menggeram dan melihat siapa yang telah mengganggu ritual mereka.
"C-chris," gagap Frapsy saat melihat wujud Chris seperti serigala.
Ayah Chris menyeringai dan segera menerjang Helios. "Berani-beraninya kau menggangguku!"
Namun, pria tua itu kalah cepat. Helios telah meluncurkan anak panahnya berkali-kali sehingga melukai badan werewolf tertua itu.
"Arrghh! Manusia sialan," ucap Ayah Chris sembari memegang lengannya yang terluka.
Melihat Ayahnya yang terluka, Chris memandang Frapsy dan Helios dengan tajam. Tanpa basa-basi, ia berlari menuju Frapsy dan menendang gadis itu hingga terpental.
"Rawr! Matilah kau!" ujar Chris.
Frapsy menangis tersedu-sedu ketika melihat perilaku Chris yang berbanding terbalik dari sebelumnya. Namun, ia harus kuat dan melawan temannya sendiri. Dengan kekuatan yang kian menipis, gadis itu berdiri dan menggenggam pisau ukirnya dengan kuat.
"Maju, lawan aku!" tantang Frapsy dengan berani.
Chris berlari dan hampir saja menendang Frapsy kembali, namun dengan cepat gadis itu menusukkan pisaunya di punggung Chris.
Werewolf itu terjatuh. Bagai kesempatan emas, Frapsy kembali menusukkan pisaunya di pergelangan tangan Chris dan mengambil benang yang memang seharusnya menjadi haknya.
"Gotcha! Paman, ayo kabur!" tutur Frapsy yang sudah berlari menjauhi Chris dan Ayahnya.
Helios meluncurkan anak panahnya sekali lagi dan berlari menyusul Frapsy yang telah mendahuluinya.
Tentu saja, Chris dan Ayahnya tidak tinggal diam. Mereka mengejar Frapsy dan Helios dengan menahan perih yang menjalar dimana-mana.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Yarn
FantasiaUntuk Takdir yang telah menggiringku kesini, Terimakasih. Warning! nsfw 15+ - Alur cerita mundur.