"Hara kamu juga harus bekerja," kataku. Benar, dia harus bekerja aku hanya akan merawatnya sampai luka itu sembuh. Setelah itu dia haru merawat dirinya sendiri, sampai dia menemukan caranya kembali ke zamannya. "Uang sangat sangat sangat penting di zaman ini," lanjutku.
Hara menatapku. "Bukankah aku sudah memberikan uang ku padamu," katanya.
"Hara uang itu tak lagi digunakan, kita bisa menjualnya pada toko antik atau kolektor jika itu asli..."
"Itu asli," potong Hara.
Shaggy mengangguk lalu berkata, "Baiklah nanti kita jual uang mu."Hara terdiam lalu bertanya apa yang bisa dia kerjakan, jika ingin mendapatkan uang. "Apa yang bisa kamu lakukan?" Yang ku balas dengan pertanyaan lagi.
"Aku..." Sebelum dia bicara aku mendahuluinya. "Hara kamu harus tahu kalau saat ini dan jaman mu sangat berbeda. Hal yang bisa kamu lakukan di masa mu mungkin sangat berguna, tapi bisa jadi itu tidak berguna untuk masa kini. Bahkan saat kamu keluar dari apartemen inipun semuanya akan berbeda, kamu tidak bisa percaya pada siapapun di sini. Kau juga pasti memiliki kebutuhan yang haruss dipenuhi." Hara mendengarkan penjelasan ku. "Dan semua hal membutuhkan uang, jadi kamu harus bekerja untuk mendapatkan uang."
"Lalu pekerjaan apa yang kira-kira bisa ku lakukan?" Hara menatap ku dengan serius.
"Aku juga tidak tahu. Pikirkan sendiri," kata ku lalu kembali mengetik di notebook.
"Apa aku juga bisa bekerja sama seperti dirimu?" tanyanya. "Mungkin, kamu bisa menulis?" Dia mengangguk, tapi aku sanksi dengan hal itu. "Maksudku kamu bisa merangkai kata? Untuk dijadikan sesuatu yang indah, seperti puisi mungkin?" Dan kali ini dia terdiam. "Aku tidak tahu," ucapnya kemudian tertunduk.
"Tunggu..." Hara mengalihkan pandangannya pada ku. "Kamu bisa membaca?"
"Tentu saja," jawabnya. Hara tersenyum dengan bangga. "Sudah kubilang aku ini Hamba dari Rakryan Ri Daha Tuanku Lembu Sora, dan dia sudah mendidik ku dengan sangat baik," katanya membanggakan. Aku menatapnya tak percaya, lalu mengambil salah satu majalah yang berada di bawah meja. "Kalau begitu baca ini." Dia menerima majalah itu dan memperhatikanya, keningnya mengerut.
Aku menghela nafas lelah, tentu saja dia tidak bisa membaca tulisan itu. "Sekarang huruf- huruf ini yang dipakai, kamu setidaknya harus bisa membaca agar tidak ditipu." Aku mendesah, Hara tidak mungkin terus menerus bersamaku.
Dan aku tidak mungkin terus-menerus menopang kehidupannya, sampai dia bisa kembali ke zamannya yang entah kapan. Sebenarnya jika hanya makan mungkin aku bisa. Tapi dia tidak bisa terus di sini, jika dia dan aku ingin selamat dari amukan keluarga dan sahabat-sahabat ku.
"Sudahlah Hara, aku akan mengajari mu membaca nanti. Mungkin sore atau malam, atau besok aku tidak yakin berapa lama sampai kamu lancar membaca. Tapi setidaknya kamu harus bisa mengeja kata dan mengerti maknanya. Aneh sekali kau bisa berbahasa modern tapi tidak dengan membaca, siapa yang sebenarnya mengirim mu kesini? Kenapa dia melakukan 'keajaibannya' setengah-setengah," kataku dan Hara hanya mengangguk.
"Kamu tidak akan pergi hari ini?" Hara kembali fokus pada tontonan nya. Aku menggeleng sambil tetap fokus pada notebook dan mengetikan kata-kata. "Aku bekerja dari rumah," jawab ku.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11.38. "Hara kamu lapar nggak?" Aku merebahkan punggung pada senderan sofa. Dia mengangguk.
"Ayo kita keluar cari makan, aku malas masak," kataku. "Aku akan mandi lebih dulu setelah itu kamu." Aku melangkah ke kamar mengambil baju ganti untukku dan Hara."Ini baju dan celana untuk mu, nanti pakai setelah mandi." Aku memberikan itu padanya lalu melangkah ke kamar mandi.
Setelah membersihkan badan dan berpakaian lengkap. Aku memanggil Hara, dia menghampiriku di kamar mandi. Aku mulai menjelaskan cara menghidupkan dan mematikan shower, fungsi juga cara menggunakan shampo dan sabun, lalu memperingati untuk hati-hati pada lukanya. Setelah menjelaskan semua itu aku keluar dan menunggunya di ruang tv sambil memainkan ponsel.
Sekitar 45 menit di masih di dalam sana, membuatku panik. "Dia tidak apa-apa kan?" Aku melangkah kembali ke kamar mandi dan mengetuk pintunya.
"Hara kamu baik-baik saja?" tanyaku.
"Ya," sahutnya dari dalam. Pintu kamar mandi terbuka dan Hara keluar dengan penampilan yang sebenarnya biasa saja, hanya saja terlihat luar biasa. Ah, dia benar-benar tampan mungkin karena itu. Tubuhnya juga atletis.
Tapi rambutnya yang basah sungguh menghancurkan penampilannya, rambutnya lepek dan menutupi sebagian wajahnya. Aku menahan tawa. "Ayo keringkan dulu rambutmu." Aku mendahului nya ke kamar.
"Duduk," kataku. Menarik kursi di depan meja rias, dia hanya menurut. Menggosok rambutnya dulu dengan handuk, lalu menyalakan hair dryer. Hara sempat kaget saat suara mendesign dan udara keluar, tapi aku menepuk bahunya menenangkan. Yang dia lakukan hanya menatap cermin, sementara aku mulai mengeringkan rambut panjangnya. Setelahnya kami kembali ke depan TV."Bagaimana luka mu?" Dia meringis. "Sedikit perih," jawabannya.
"Kalau begitu oleskan salep yang ku berikan padamu kemarin," perintah ku, dan dia mengangguk lalu mengambil mengambil yang berada di bawah meja di depan sofa, dan mulai mengoleskan pada lukanya. Lalu aku mulai membalut lagi lukanya dengan perban.
Aku meringis melihat itu lukanya benar-benar panjang. "Apa kamu yakin tidak apa-apa?"
"Tidak, tenang saja. Bukankah sudah ku bilang, luka ini memang sedikit panjang tapi tidak dalam." Dia memenangkan ku dengan tersenyum. Dia sangat sering tersenyum.
Aku mengangguk lalu mengajaknya keluar. Saat keluar dari apartemen kami bertemu dengan Rosella yang juga baru keluar, dia menatap Hara dari atas sampai bawah lalu tersenyum menggoda. Oh ya ampun, jangan bilang dia menyukai Hara.
"Hai, kamu orang baru? Apa kamu akan pindah ke apartemen ini? Ah, nama ku Rosella. Kamu bisa memanggilku Rose atau Sella," katanya sambil mengulurkan tangan, tanpa melunturkan senyumnya sedikit pun. Itu menakutkan, tatapannya seperti hewan buas yang menetapkan buruannya. Hara melirik ke arahku lalu menaikan halisnya.
"Ah, Rose ini Hara dan dia tidak pindah ke apartemen ku." Rose mengalihkan pandangannya padaku, tapi tatapannya berbeda dengan yang dia tampilkan pada Hara. Itu lebih terkesan dingin. Rose tidak menurunkan uluran tangannya, dia malah menarik lengan Hara lalu menjabatnya."Halo, Hara aku tetangganya Shaky." Aku melotot saat dia salah menyebutkan namaku, lalu buru-buru ku perbaiki.
"Shaggy, namaku Shaggy." Dia tampak tak peduli, dan tidak melepaskan jabatan tangannya pada Hara.
Hara tampak hendak melepaskan jabatan tangannya, namun Rose malah menahannya dan menarik tangan itu hingga Hara terhuyung ke depannya. Rose mengambil pulpen dari dalam tasnya, dan menuliskan sesuatu di tangan Hara. Setelah itu dia melepaskan jabatan tangannya. Aku melihat itu itu adalah nomor ponsel, jika memikirkan ini bukanlah hal yang sopan mungkin aku sudah memutar bola mata tapi tenang saja tidak ku lakukan.
Aku dan Hara menuju lift, dan Rose terus-menerus menatap sambil berusaha mendekatinya.
"Shaky apa hubungan mu dengan Hara?" tanyanya, ini mulai menyebalkan karena dia sekali lagi salah menyebut namaku, Kami memasuki lift. "Sekali lagi saya beri tahu nama saya Shaggy, saya dan Hara kami..." Aku belum menyiapkan skenerio tentang siapa Hara, "emmh, dia... Saudara jauh ku. Sepupu, kami sepupu." Semoga dia percaya.
Rose hanya mengedikan bahunya, lalu kembali menatap Hara dan tangannya membelai lengan atas Hara. Bola mataku hampir keluar melihat hal itu, sementara Hara dia menarik nafas kaget.
"Kalian mau kemana?" Dia tetap membelai lengan Hara dari atas kebawah lalu ke atas lagi, yang kemudian ditepis Hara dengan lembut.
"Kami mau cari makan siang," jawabku dan Rose terlihat kesal. "Kenapa dari tadi kau terus yang menjawab," katanya. Aku mengernyitkan kening.
"Hara kamu mau makan siang dengan ku?" Tawar Rose, dan itu hanya ditujukan untuk Hara.
"Tidak terima kasih, saya akan pergi bersama Shaggy." Bagus Hara, seperti itu jangan mau diajak olehnya. Tapi Rosella sepertinya tidak tahu kata menyerah. "Oh, suaramu bahkan sangat seksi. Kalau begitu aku akan ikut kalian makan siang." Putusnya sepihak, lalu menyilangkan tangannya di depan dada.
Aku tidak tahu akan seperti apa makan siang ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/224873451-288-k63828.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tidak Tahu Apapun
FantasyBagaimana jika seorang pria tiba-tiba berada di kamar mandi mu, dengan tubuh yang berlumuran darah dan ternyata dia berasal dari masalalu! Apa yang akan kau lakukan? Shaggy perempuan berumur 23 tahun, seorang freelancer yang lebih sering disebut pen...