Aku berdiri didepan pintu kamar yang tertutup. Ya Tuhan... Kenapa perutku memalukan sekali, kenapa harus berbunyi di depannya? Baiklah Shaggy anggap saja tak terjadi apapun, ayo masak saja.
Aku pergi ke dapur dan melihat barang belanjaan ku masih belum dibereskan. Mungkin karena terlalu fokus mengurus pria itu, Hara. Dia mengaku berasal dari Majapahit? Apa ini semacam prank? Atau pembodohan? Modus penipuan baru? Dan kenapa aku dengan mudah menerimanya untuk tinggal disini? Karena uang kuno yang ia bawa? Sepertinya karena itu, kalau ini benar uang kuno asli maka harganya akan sangat mahal.
Aku menatap kantong kain yang berisi uang milik Hara, semua orang lemah pada uang bukan?
Aku harus cepat-cepat ke toko antik atau kolektor, dan memastikan jika uang ini asli atau tidak.
Masak apa ya...? Aku ingin ayam goreng. Ya ampun sederhana sekali keinginan ku. Tapi apa Hara bisa memakannya? Lukanya kan sampai ke perut. Apa sistem pencernaan nya baik-baik saja. Tapi tadi dia bilang baik-baik saja, sudahlah terserah.
Aku membersihkan beras lalu memasak nya di rice cooker, sambil menunggu nasi matang membumbui ayam lalu menggorengnya. Saat nasi matang, ayam pun matang, makanan ini akan sempurna dengan sambal dan lalapan. Aku sudah ada sambal terasi instan untuk lalapannya ada sawi hijau.
Aku hendak makan di ruang tv, lalu ingat ada orang lain di kamar yang sedang terluka. Kasih dia makan tidak, ya? Tadi dia mengangguk, saat ku tanya apa dia lapar.
Karena aku orang baik, maka akan ku kasih dia makan. Saat aku membuka pintu, Hara tidak sedang berbaring melainkan berdiri di dekat meja dan memperhatikan globe kecil.
"Benda apa ini?" Tanyanya tanpa menoleh padaku sama sekali dan tetap memperhatikan globe itu.
"Itu globe," jawab ku, Hara menoleh dan menaikan kedua halisnya menuntut penjelasan.
"Itu miniatur dari bumi yang kita tinggali ini," jelasku.
"Miniatur...?"
"Tiruan dari sesuatu tapi lebih kecil." Hara mengangguk-angguk, lalu menatap ku dalam diam dia mengaitkan tangannya dibelakang punggungnya.
Aku menaikan halis. Dia menelengkan kepalanya tanpa mengalihkan pandangannya.
"Kenapa rambut mu pendek?" Aku memegang rambutku, lalu balik menatapnya. Kenapa dia mengomentari rambutku sementara rambutnya juga dipertanyakan. Rambutnya indah, panjang dan berkilau. Bagaimana ia merawatnya, bikin iri saja.
"Memangnya kenapa kalau rambutku pendek?"tanya ku balik. Aku mengaitkan tangan di depan dada.
Dia menggeleng. "Ini pertama kalinya aku melihat wanita dengan rambut pendek." Aku menyipitkan mata tak percaya, tapi ya sudahlah tidak perlu mempermasalahkannya.
"Sudahlah, kau lapar bukan? Cepat keluar dan makan." Aku berjalan mendahuluinya, dan dia berjalan mengikuti.
Seharusnya aku tak terlalu baik padanya. Ah apalah daya jika diri ini titisan malaikat.
Aku duduk di sofa ruang tv dan mulai makan, Hara memperhatikan televisi. Akting nya bagus sekali, jangan fikir aku sudah mempercayainya seratus persen. Hanya saja entah kenapa, aku merasa ini hal yang tepat.
"Benda apa itu?" Dia menunjuk ke televisi.
"Itu televisi, benda itu memperlihatkan gambar seseorang atau seseuatu tapi bergerak juga bersuara," menjelaskan hal seperti ini, ternyata memusingkan juga. Yah, kau tahu aku lebih bisa menulisnya dibandingkan mengatakannya. "Mereka mengambil gambar mu dulu, setelah itu mereka... memperbaikinya dan menayangkannya, mengerti?" Hara masih terlihat bingung, aku mengeluarkan ponsel lalu membuka aplikasi kamera.Menarik Hara mendekat lalu...
Ckrek
Aku mengambil foto kami berdua, wajah Hara menampilkan ekspresi terkejut. Aku tersenyum dan memperlihatkan gambar kami berdua.
"Ini gambar kita, mereka mengambil gambar dulu sebelum menayangkannya di televisi. Dan benda ini," Aku menyodorkan ponsel ku kepadanya, "namanya smartphone bisa disebut juga ponsel, atau hp." Hara menatap ponsel di tangan ku, lalu mengambil nya. Saat dia melihat foto kami berdua, mata dan mulutnya membulat dan itu sangat lucu. Dia hampir membanting ponselku saking terkejutnya. "Bagaimana bisa ada aku di dalam benda ini?"
"Umh," aku bingung harus menjelaskannya bagaimana, "seperti ini anggap saja itu lukisan tapi diambil secara cepat dan tepat karena itu tampak nyata, dan alat yang bisa mengambil lukisan itu namanya kamera." Hara melihat foto kami berdua lagi, aku meminta ponselku kembali dan dia memberikannya.
Saat melihat foto kami berdua dan tersenyum. "Kamu tampak lumayan di depan kamera, aku nggak perlu ngedit fotonya supaya terlihat lebih bagus." Hara menaikan halisnya.
"Ku bilang kau terlihat tampan," kataku, dan Hara tersipu. Ya Tuhan, dia tersipu? Pria ini tersipu karena ku bilang tampan? Aku tersenyum geli, karena itu. Dia cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke televisi dan menunjuknya. "Tapi gambar di sana bergerak dan bersuara."
Aku masuk ke aplikasi kamera lagi lalu mengambil video dirinya. "Hara coba katakan sesuatu," ucapku.
"Aku harus mengatakan apa?" Aku menyudahi video itu, lalu memutarnya di depan Hara.
"Hara coba katakan sesuatu,"
"Aku harus mengatakan apa?"
Hara terlihat lebih takjub dari sebelumnya. Dan senyumku semakin lebar, ini seperti aku tengah membanggakan benda yang ada hanya pada zaman ini.
"Sudahlah Hara ayo makan." Hara mengangguk, dan ikut duduk dengan ku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tidak Tahu Apapun
FantasyBagaimana jika seorang pria tiba-tiba berada di kamar mandi mu, dengan tubuh yang berlumuran darah dan ternyata dia berasal dari masalalu! Apa yang akan kau lakukan? Shaggy perempuan berumur 23 tahun, seorang freelancer yang lebih sering disebut pen...