Bab 16

276 49 11
                                        

"Ehhh... Rose..." Hara gelagapan saat melihat ekspresi Shaggy setelah mendengar jawabannya, sungguh tidak mengenakan. "Tapi sikapnya benar-benar genit, seperti seorang jalir." Buru-buru ia tambahkan, walaupun dengan nada tenang dan lembut seperti biasa.

"Jalir itu apa?"
    "Emhh..." Hara menampilkan ekspresi sedikit tidak enak. "Mereka perempuan yang rela tidur dengan pria yang bukan suaminya, demi sesuatu,"  terang Hara. "Aku tidak bermaksud menghinanya."

Shaggy mengangguk paham. "Sekarang kami menyebutnya pelacur, tapi bahasa sopan nya adalah PSK."

Mereka duduk bersila, saling berhadapan di sofa. Shaggy mengeluarkan ponsel bersiap merekam kembali. "Hara ayo ceritakan lagi kisah mu," ucap Shaggy tapi Hara hanya diam saja sambil menatap nya, "kenapa kau diam saja?"

"Shaggy bukankah sejak awal perjanjian kita adalah aku akan bercerita kisah ku, dan kau akan menceritakan zaman ini?" Shaggy mengangguk. "Aku sudah menceritakan dua kisah ku, selama dua hari kemarin. Tapi kau bahkan belum menceritakan apapun, selain menjelaskan benda-benda yang ada di sini. Aku bahkan tidak tahu ini tempat apa, atau di mana, kenapa bangunan ini bisa begitu tinggi, dengan ruangan besi kecil tadi yang bisa naik ke atas, dan 'mobil' tadi yang kita kendarai bersama Rose membuat ku begitu mual," jelas Hara panjang lebar. Dengan tetap mempertahankan nada tenang dan tatapannya pada mata Shaggy.

Shaggy melongo mendengar kata-kata panjang Hara, tapi ia tetap mengerti intinya. Ia mengangguk lalu mengambil notebook di meja depannya, mencari peta Indonesia di internet.

"Pertama," mulainya, "yang harus kau tahu Majapahit sudah tidak ada. Kerajaan itu sudah runtuh 500 tahun lebih yang lalu." Hara mendengarkan dengan saksama, walaupun dari ekspresi nya terlihat sedikit sedih. "Lalu sekarang kau ada di Indonesia, negri ini bukan kerajaan seperti negeri mu. Tapi republik." Shaggy menunggu Hara mengajukan pertanyaan, tapi tidak, ia hanya diam mendengarkan.

Lalu menunjukan peta Indonesia. "Republik itu bentuk negara dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat." Hara menjengit kaget.
    "Hara kamu bisa bertanya kalau tidak mengerti."

"Tapi Shaggy itu tidak sopan," ucap Hara serius.
Shaggy tersenyum maklum. "Sopan atau tidaknya itu berdasarkan orang yang sedang bersama mu, dan aku tidak masalah dengan itu."
  Hara mengangguk lalu bertanya, "Baiklah, kalau begitu bagaimana bisa sebuah negara dikuasai oleh rakyatnya?"
    "Karena pemimpin dari negara ini dipilih oleh rakyat, dan berasal dari rakyat juga. Dan pemimpin kami disebut presiden, bukan lagi Raja, Prabu atau apapun itu gelarnya." Hara semakin melongo.

"Jadi maksudmu, seorang rakyat biasa bisa menjadi pemimpin negara?"
   "Benar," jawab shaggy. "Walaupun sebenarnya bukan rakyat biasa juga sih, lebih ke rakyat yang 'berkuasa' atau rakyat yang 'ber-uang'."

Kening Hara terlipat semakin dalam. "Benar ini memusingkan, tapi setidaknya kau harus tau hal seperti ini. Kita lanjut Hara, atau kamu masih ada pertanyaan?"

"Lanjutkan saja." Shaggy mengangguk.

"Indonesia itu berdiri dari berbagai kerajaan di masalalu yang runtuh, kami bersatu menjadi Indonesia." Shaggy melingkari peta di notebook menggunakan jarinya. "Dan sekarang kau berada di ibukota negara ini, Jakarta." Ia menunjuk titik kota Jakarta.

"Lalu bangunan ini?"
     "Gedung ini seperti rumah buat beberapa orang, tapi lebih tepatnya disebut apartemen. Susunan rumah ini ke atas, ada 3 'rumah' dalam satu lantainya dan Rose adalah salah satu penghuni lantai ini. Dia tetangga ku, yang sangat menyebalkan. Sementara satu orang lainnya pindah beberapa bulan lalu." Shaggy menjelaskan dengan cara sesimpel yang ia bisa.

"Ruangan besi kecil tadi itu lift, benda itu yang mempermudah untuk naik dan turun dari lantai ke lantai. Supaya tidak terlalu capek naik turun tangga. Hara apa kau bingung?" Tanya Shaggy melihat ekspresi Hara. Keningnya terus mengkerut dan semakin dalam.
    "Sedikit, lanjutkan saja. Tapi Shaggy, bagaimana lift itu bisa naik turun? Apa ada orang yang menariknya?" Ekspresinya sedikit merileks setelah ditanyai Shaggy.

"Sebentar aku ingin minum," kata Shaggy. Ia meneguk esnya banyak-banyak, membuat Hara ikut melakukan hal tersebut tapi dengan cara yang lebih pelan.

"Ok lift,

"Apalagi yang kau tanyakan tadi? Ah...benar, kau mual saat berada di mobil. Yah banyak orang yang merasakannya, bukan hanya kamu." Shaggy berhenti bicara, lalu menatap Hara.

"Apalagi ya..." Menyangga kepalanya dengan sebelah tangan, ia berfikir apalagi yang harus diceritakan. "Apa itu cukup?"

"Tidak aku butuh lebih banyak. Kau bilang kerajaan ku berasal runtuh dan menjadi negeri ini, bagaimana bisa?"

"Tenang Hara, aku akan menceritakan itu. Tapi kau harus bisa membaca lebih dulu," jawab Shaggy. "Nanti aku akan mengajarimu."

Hara mengangguk. "Ah...dan kedua, uang mu sudah tidak berlaku. Itu hanya dijadikan koleksi, atau panjangan di museum. Museum itu tempat memamerkan benda peninggalan sejarah atau karya seni," jelas Shaggy. "Sekarang uang yang dipakai itu ini," Shaggy mengeluarkan semua uang pecahan yang ada di dompetnya, "ini," ia mengeluarkan kartu kredit, "dan ini." Lalu menunjukan smartphonenya.

Hara mengambil kartu kredit shaggy. "Bagaimana cara menggunakan ini Shaggy?"

"Kau hanya perlu menggeseknya." Hara menaikan sebelah alisnya. "Nanti ku perlihatkan," katanya. Shaggy mengambil uang pecahan seratus ribuan. "Ini gambar presiden pertama Indonesia, Insinyur Soekarno."

"Jadi maksudmu, dia yang meruntuhkan semua kerajaan dan menjadikannya Indonesia?" Tanya Hara, dengan polosnya. Shaggy menggeleng lalu berkata, "Kerajaan-kerajaan itu hancur bahkan sebelum Soekarno lahir."

"Dan dia adalah salah satu pahlawan Negeri ini," kata Shaggy sedikit tak terima, ketika Hara menyebutnya orang yang meruntuhkan kerajaan-kerajaan itu.

"Sekarang aku kita mulai belajar membaca."

___________________________________________

Thanks for reading and voting

Kalo ada typo tolong ditandai

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku Tidak Tahu ApapunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang