05. Kenyataan Pahit

5.2K 184 2
                                    

Maria membuka matanya, berharap semalam adalah mimpi buruk. Tapi tidak, dia merasakan pelukan posesif itu begitu kuat di perutnya. Dia melepas tangan sang suami, lalu mencoba menginjakkan kaki di lantai untuk memungut handuknya, airmatanya kembali jatuh, seiring rasa sakit yang kembali muncul.

Dia meraih handuk dan memakainya dengan pandangan nanar. Dia berjalan, duduk di dekat jendela dan menatap kosong. Isakannya kembali terdengar sangat pilu. Dia merasa telah hancur dan tak berarti. Semua perlakuan suaminya semalam terekam jelas dalam memorinya, membuatnya terus mengalirkan airmata yang menganak sungai.

"Dev." Maria beberapa kali menyebut nama kekasihnya di sela isakannya.

Jo terbangun mendengar tangisan istrinya. Dia berjalan mendekat, lalu memeluknya dengan erat. Tangisan istrinya semakin terdengar keras. Bahkan dia tidak mau mengangkat wajahnya, hanya memeluk lututnya.

"Maafkan aku Maria, aku pikir kamu sudah pernah melakukannya. Andai saja aku tahu, kalau kamu masih.." Jo menjeda ucapannya "aku tidak akan melakukan itu padamu." ucapnya dengan penuh penyesalan.

Maria terus menangis bahkan bukan lagi isakan, tapi suara pilu yang membuat Jo semakin merasa bersalah. Hingga tak hentinya dia mengucap maaf.

Perlahan Maria mengangkat wajahnya, menatap suaminya yang kini tersenyum dengan tulus. Tidak lagi buas seperti beberapa saat yang lalu.

"Maria, aku tidak rela kamu bersama laki-laki lain. Aku sangat mencintaimu."

"Kamu mencintaiku? Kamu bilang kamu mencintaiku? Jika memang kamu mencintaiku kamu tidak akan pernah merendahkanku seperti ini. Kita memang sudah menikah, tapi bagiku pernikahan kita ini palsu. Kita menikah bukan karena cinta. Dan sebelum bersamamu aku sudah punya kekasih."

Jo merasa seperti tertusuk panah pada bagian jantungnya. Dia menyadari telah melakukan kesalahan fatal atas apa yang dia lakukan, justru membuat wanita yang sangat dia cintai membencinya, dan tidak akan pernah bisa melupakan kesalahannya seumur hidup.

"Maria, aku sangat menyesal. Ribuan kata maaf pun tidak ada gunanya. Tapi apa kamu tidak bisa memberiku kesempatan? Apa kamu tidak bisa mencoba untuk menerimaku?" Jo mulai menitikkan airmata.

"Dalam hatiku hanya ada Dev, aku sangat menyayanginya. Meskipun kami sudah pacaran selama tiga tahun lebih, Dev tidak pernah menyentuhku sampai sejauh ini, dia sangat menghargai keputusanku. Tapi setelah ini aku juga akan kehilangannya. Jadi kamu tidak perlu khawatir, kamu berhasil membuatku berpisah darinya. Terima kasih, terima kasih untuk semuanya." Maria tertawa kecil di sela isakannya.

Sekali lagi, jantung Jo seperti tertusuk panah untuk kedua kalinya. Ucapan istrinya sungguh menyayat hatinya.

"Ceraikan aku."

Jo tak percaya dengan apa yang dia dengar. Pasti istrinya bercanda, dia tak mungkin bersungguh-sungguh.

"Maria, aku tahu kamu marah. Tapi jangan pernah mengatakan kalimat mengerikan itu." Jo kembali merangkul istrinya yang terisak "aku tidak ingin berpisah darimu, kamu adalah hidupku Maria." desahnya lembut

"Aku tidak bisa hidup bersamamu Jo. Aku salah. Aku terlalu cepat mengambil keputusan menikah denganmu." Maria menahan tangisnya.

"Aku tahu aku salah, aku telah mengambil semuanya semalam secara paksa. Tapi kita suami istri bukan? Kumohon jangan ambil keputusan terlalu cepat." Jo menekan keningnya ke kepala Maria dengan isakan penuh penyesalan.

I Hate My Hubby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang