44. Perpisahan

2.9K 71 0
                                    

Keesokan harinya...

Marco tampil menawan dengan jas hitam yang menghiasi kemeja biru mudanya, ditambah lagi ditangannya membawa seikat bunga mawar merah yang di rangkai indah. Sedangkan tangan kanannya berkali-kali menekan bel apartemen seorang gadis yang menjadi pujaan hatinya.

Hari ini aku akan mengutarakan perasaanku padamu, Agnez.

Sudah berkali-kali Marco menekan bel namun pintu tak kunjung dibuka untuknya. Lalu seketika tubuhnya membeku bersamaan dengan seikat mawar merah itu yang jatuh dari tangannya, sesaat terlintas dalam ingatannya ketika Agnez berbicara dengan kakaknya melalui telefon, bahwa dia akan kembali ke Jerman setelah Maria melahirkan.

"Agnez, bagaimana kau bisa pergi tanpa memberitahuku."

Dengan terburu-buru Marco pergi dan melajukan mobilnya menuju ke rumah Jo. Setiba disana, nampak Maria sedang duduk menggendong bayinya di sofa. Dia lantas segera berdiri saat melihat Marco yang tampak panik.

"Marco, ada apa?"

"Maria, apa kau tahu Agnez ada dimana sekarang? Aku baru saja ke apartemennya tapi dia tidak ada. Apa mungkin dia mau kembali ke Jerman."

"Kalau dia pulang, dia pastinya berpamitan pada kami terlebih dahulu." jawab Maria

"Arghhh! Apa mungkin dia marah karena kejadian malam itu."

"Apa maksudmu kejadian malam itu?" Jo dari lantai atas berjalan menuruni tangga menyahut ucapan Marco yang kelepasan bicara.

"Aku.."

"Katakan. Apa maksudmu dengan kejadian malam itu. Apa yang sudah kau lakukan pada Agnez? Jawab!" Jo yang sudah terbakar amarah mencengkram kerah kemeja Marco

"Sayang, tenanglah." tutur Maria

"Lepaskan aku dulu brother. Aku akan jelaskan semuanya."

Emosi Jo bergejolak. Dia tidak mempedulikan penjelasan Marco dan hampir saja memukulnya.

"Daddy!!"

Panggilan Syeina sontak membuat Jo menghentikan kepalan tangannya yang hampir mengenai Marco.

"Kenapa daddy mau memukul om Marco?" tanya Syeina

Jo mengatur nafasnya yang tak beraturan karena emosi, lalu melepas cengkramannya dari kerah kemeja Marco dan menarik tangan kanannya yang hampir memberinya bogem mentah.

"Syeina, Daddy cuma akting dengan om Marco. Kami hanya berpura-pura sayang." Jo berbohong dengan senyum manisnya

"Benarkah?"

"Iya sayang."

Setelah itu seorang pelayan membawa Syeina masuk kedalam agar tidak mendengar percakapan orang dewasa itu.

"Sekarang jelaskan padaku." pinta Jo saat emosinya sudah mereda

"Jadi beberapa hari yang lalu, kami sempat minum-minum sampai kami mabuk. Lalu hampir saja terjadi sesuatu diantara kami saat kami tidak sadarkan diri. Tapi sungguh aku tidak berbuat macam-macam padanya." jelas Marco berterus terang

"Agnez baru saja berangkat ke bandara. Dia tadi mengirim pesan dan aku baru mau beritahu Maria soal ini." kata Jo

"Apa! Jadi benar dia mau kembali?" tanya Marco panik

"Kalau kau memang menginginkannya, cepat kejar dia." seru Jo penuh semangat

"Terima kasih banyak brother. Tolong, doakan aku." Marco pun melenggang pergi dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke bandara.

***

Setiba di bandara, Marco lari tergesa-gesa. Dia terus saja mencari sosok Agnez disana. Kemudian dia melihat seorang perempuan sedang berdiri bimbang di tengah kerumunan orang banyak.

"Agnez! Kau mau kemana jangan tinggalkan aku!" teriak Marco sambil berjalan setengah berlari menghampiri Agnez yang saat ini diam mematung karena kedatangannya.

"Agnez, aku tidak berhak melarangmu pergi. Meskipun aku sangat ingin kau tetap disini. Tapi setidaknya aku ingin mengungkapkan perasaanku." ucap Marco yang sukses membuat mata Agnez membulat, lalu menggenggam kedua tangannya sebelum melanjutkan ucapannya.

"Agnez, aku jatuh cinta padamu."

Refleks Agnez tertegun seiring dengan jantungnya yang berdetak kencang.

"Mungkin aku terlambat mengatakannya, karena selama ini aku masih ragu dengan perasaanku. Tapi aku benar-benar serius kalau aku ingin bersamamu Agnez."

"Aku.. aku sebenarnya juga menyukaimu sejak kita mulai dekat. Tapi aku juga masih ragu dengan perasaanku. Dan sekarang aku sudah sadar. Aku jatuh cinta padamu, Marco."

Seketika senyuman terukir di bibir Marco, lalu mencium kedua tangan Agnez dengan perasaan bahagia yang menyelimuti hatinya.

"Jadi, apa kau mau menjadi kekasihku?" tanya Marco dengan tatapan teduhnya.

"Aku tidak tahu. Aku harus pulang terlebih dahulu untuk meyakinkan kedua orang tuaku, terutama kakak." balas Agnez dengan tatapan sendu

"Iya, aku akan menunggumu."

"Kau yakin?"

"Aku yakin." jawab Marco cepat

Agnez tersenyum. "Aku ingin berkata jujur, sebenarnya aku belum pernah pacaran. Aku punya banyak teman laki-laki, tapi aku tidak pernah menjalin hubungan." ucap Agnez yang kemudian disusul dengan senyum hangat oleh Marco.

"Iya, aku tahu. Kau akan kembali kan?" tanya Marco dengah sedikit menyentuh dagu Agnez.

"Aku pasti akan kembali."

Mereka pun kembali tersenyum. Hingga sedetik kemudian Agnez memejamkan mata saat Marco menciumnya. Dia melingkarkan tangannya pada leher Marco sambil berjinjit untuk membalas ciumannya dengan lembut. Marco semakin mempererat pelukannya ketika ciuman mereka semakin lama semakin dalam. Tangannya bergerak perlahan, mengusap punggung Agnez lalu menangkup pipinya saat dia sudah melepaskan tautan bibir mereka. Marco menatap Agnez lembut, menempelkan dahi mereka satu sama lain dengan nafas mereka yang saling beradu. Sungguh, dunia serasa milik berdua.

"Maaf, aku mengambil ciuman pertamamu." ucap Marco

"Karena itu kau harus bertanggung jawab jika suatu saat aku sudah kembali." balas Agnez

"Pasti. Aku tidak akan mengingkari janjiku."








Tbc
22 September 2020

I Hate My Hubby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang