18. Rahasia

3.5K 133 9
                                    

Maria tidur di kamar terpisah. Disana ada sebuah lemari besar, banyak deretan handuk dan juga baju khusus ibu hamil untuknya. Maria takjub, sejak kapan suaminya menyiapkan semua ini untuknya.

Begitupula di meja rias, sudah ada peralatan make up mahal yang sudah di sediakan untuknya. Rupanya Jo benar-benar menyiapkan semua ini selama istrinya tinggal bersamanya sampai melahirkan.

Perhatian ini tidak membuat Maria bahagia, justru dia bersedih tapi sekuat mungkin dia berusaha membendung airmatanya. Bagaimanapun, ini semua memang kesalahannya. Suaminya tak lagi baik dan hangat seperti saat mengejar-ngejarnya dulu.

Saat di meja makan pun, Jo bersikap acuh dan tidak sedikitpun tersenyum kepada Maria.

"Mulai sekarang kamu akan diantar oleh supir pribadi. Aku sudah mencarikanmu supir sekaligus bodyguard yang akan menjagamu."

"Iya." Maria menurut

"Ingatlah, aku melakukan ini karena anak kita. Aku tidak mau anakku kenapa-napa, kalau sampai terjadi sesuatu aku tidak akan memaafkanmu." tegas Jo dengan tajam

"Iya, aku mengerti." jawab Maria dengan menunduk

Selesai sarapan, Jo beranjak meninggalkan Maria begitu saja. Diluar sudah ada Ramon yang menunggu. Maria tetap menjalani kewajibannya sebagai istri, memandang suaminya masuk ke mobil sampai menghilang dari pandangannya.

***

Malam Hari

"Aku tidak bisa tidur." Maria merasa gelisah menggeliat ke kanan lalu ke kiri, entah mengapa malam ini dia tidak bisa tidur. Sampai kedua matanya kembali terbuka setelah mendengar alunan musik dari rungunya.

"Siapa itu yang memainkan musik tengah malam begini?" gumam Maria

Maria akhirnya memutuskan untuk mencari ke arah sumber suara. Semua lampu terang sudah dimatikan, hanya lampu redup yang menyala. Maria berjalan ke suatu ruangan yang belum pernah dia masuki sebelumnya. Disana terlihat ada beberapa alat musik dan juga peralatan untuk menyanyi.

"Wah."

Namun ada sesuatu yang membuat Maria lebih tercengang, disana terlihat sang suami tengah berdiri memainkan biola. Lewat nada-nada yang di mainkannya-lah yang membuat hatinya terasa lebih ringan dan juga sedikit menghilangkan beban pikirannya.

Suara alunan biola itu mengalun merdu bagi setiap orang yang mendengarnya. Jo memainkannya dengan sangat ahli, di setiap gesekan nadanya membawa perasaan kesedihan yang dialami dalam hari-harinya.

Dari luar ruangan, terlihat Maria menatap ke arah Jo dengan pandangan sedihnya. Suara alunan biola itu semakin keras, semakin menyentuh hingga ke dalam dada Maria. Seolah terhipnotis dengan nada yang di dengarnya barusan.

Rasanya aku seperti pernah merasakan perasaan ini sebelumnya.

Setelah cukup lama Maria mengamati suaminya yang memainkan biola, dia pun memutuskan kembali ke kamarnya. Dia tidak berani berlama-lama karena takut ketahuan.

***

Keesokan Harinya

Terlihat, Jo sedang merapikan dasinya di ruang tamu. Maria yang berdiri disana memberanikan diri melangkah mendekatinya.

"Jo."

Yang di panggil pun menoleh ke arahnya.

"Ada apa?"

"Aku.. aku.. minta maaf. Maaf sudah berniat melakukan itu kemarin. Aku khilaf, aku bingung harus bagaimana. Sementara pagi itu kamu menyerahkan surat cerai kepadaku. Jadi aku.."

I Hate My Hubby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang