Tiga

3K 482 5
                                    

"Kepalaku rasanya ingin meledak."

   Para siswa berhamburan keluar dari kelas, terkecuali Haruto. Pemuda itu memilih berjalan ke pojok belakang kelas dan membaringkan tubuhnya, dengan tas -entah milik siapa- menjadi bantalan.

   Ingin rasanya pulang ke asrama dan mengistirahatkan otaknya dengan bermain video game yang ia bawa dari rumah, secara sembunyi-sembunyi tentunya. Peraturan di sekolah dan asrama Haruto itu sangat ketat. Untungnya, teman sekamar pemuda itu bisa diajak bekerjasama.

   Haruto sebenarnya lapar, tapi ia terlalu malas untuk berjalan menuju kantin.

   Baru saja dirinya akan terlelap, namun sebuah suara mengacaukannya.

   "Ada Haruto tidak?" Tanya seorang pemuda berpipi gembul yang sedang berdiri di depan pintu. Namanya Doyoung jika kalian ingin tahu.

   "Haruto? Dia sedang berbaring di belakang." Jawab pemuda yang tengah duduk di meja guru. Ia sedang memetik gitarnya asal omong-omong.

   "Terimakasih infonya Junghwan."

   "Hm. Santai saja."

   Doyoung berjalan menuju belakang kelas dan mendapati Haruto sedang berbaring membelakanginya. Pemuda itu berjongkok dan menggoyangkan lengan Haruto dengan pelan.

   "Hey, Haruto! Bangun tidak? Kau dipanggil ke ruang osis. Ada rapat." Ujar Doyoung yang tadinya mengguncangkan badan Haruto dengan pelan, namun ketika melihat tidak ada reaksi dari sang korban, membuat guncangan pada tubuh Haruto semakin cepat dan kuat.

   "Jangan mengangguku, Doyoung Kim." Ucap Haruto sedikit mengernyit tak suka. Ia menjauhkan tangan Doyoung dari tubuhnya.

   Doyoung menatap pemuda yang sedang berbaring itu dengan nyalang. Mulutnya merengut sebal. "Kau menyebalkan sekali."

   "Jika begitu, maka pergilah."

   Pemuda berambut belah tengah itu mendengus setelah mendengar penuturan Haruto.

   "Untung saja kau temanku, jika tidak, sudah kulempar kau pulang ke negara asal." Ujar Doyoung sebelum memilih bangkit dari duduknya dan keluar. Daripada dirinya emosi, lebih baik sisa istirahatnya ia pakai untuk mengambil jatah makan siangnya.

   Namun, dirinya berbalik dan menoleh kembali pada Haruto yang masih setia memejamkan matanya.

   "Aku akan mengambil jatah makan siang. Kau mau ikut tidak?" Tanya Doyoung yang mendapatkan gelengan dari Haruto.

   "Bawakan saja kemari."

   Mendengar jawaban dari Haruto membuat Doyoung mencibir. "Kau pikir aku suruhanmu, hah?"

   Haruto membuka matanya perlahan dan manatap Doyoung yang berdiri tak jauh dari tempatnya berbaring. "Kau berisik sekali. Sudah, sana pergi. Jangan mengangguku. Aku sedang berisitirahat."

   Pemuda bermarga Watanabe itu mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap tembok, membelakangi Doyoung. Kemudian mengibaskan tangan kanannya pelan, bermaksud mengusir Doyoung.

   "Disuruh rapat tak mau. Diajak makan siang juga tidak mau. Terserah padamu saja. Dasar manusia tak berperasaan." Ujar Doyoung dramatis. Kemudian berjalan keluar kelas dengan kesal.

   Sedangkan si pelaku kekesalan Doyoung tertawa puas. Sambil meledek beberapa ucapan yang diutarakan Doyoung.

   "Dasar manusia tak berperasaan." Cibir Haruto sambil sesekali terkekeh.

   Haruto pun kembali mencari posisi nyaman dan hampir terlelap lagi, jika sebuah suara tidak mengintrupsinya.

   "Haruto, kau dip-"

   Pemuda itu bangkit dari tidurnya dan berbalik. "Sudah kubilang jangan menganggu- eh?"

   Ucapan Haruto terputus ketika melihat seorang pemuda berkulit tan, dengan mata sipit namun tajam yang menatapnya canggung.

   "Jeongwoo...?"

   "...ya?"

Half | Haruto × Jeongwoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang