Lima

2.4K 372 23
                                    

   Haruto memasuki kamarnya dengan langkah yang pelan, wajahnya terlihat lesu. Pemuda itu pun merebahkan tubuhnya pada kasur tanpa melepaskan sepatu yang masih terpasang pada kakinya. Melihat itu, Junkyu yang sedang bermain handphone menghela napas kasar.

   "Haruto, buka sepatumu. Kau tak lihat lantai menjadi kotor karena ulahmu?"

   Dengan santai, Haruto malah menijak kembali lantai menggunakan sepatunya.

   "Jika kotor, ya tinggal dibersihkan. Jangan membuat masalah kecil menjadi besar, hyung." Sahut Haruto seakan tidak perduli dan kembali merebahkan tubuhnya pada kasur.

   Junkyu menggeram kesal. Pemuda Kim itu bangkit dari duduknya dan menghampiri kasur milik Haruto. Junkyu mengambil bantal miliknya dan berniat untuk membekap wajah pemuda Jepang itu.

   Mengetahui hal buruk akan terjadi jika ia tetap berbaring dan tak bergeming, dengan terpaksa Haruto pun bangkit dari acara berbaringnya. Ia mendudukkan dirinya pada kasur, lalu menatap nyalang pemuda Kim.

   "Kau ingin membunuh adik tampanmu ini, hyung? Jahat sekali." Ujar Haruto yang mendapat tatapan tidak suka dari Junkyu.

   "Tampan katamu? Rasanya aku langsung mual setelah mendengar itu." Sahut Junkyu yang langsung memperagakan adegan mual.

   "Kau sangat menyebalkan."

   Junkyu terkekeh kecil, "kau tidak sadar jika dirimu lebih menyebalkan?" Tanya Junkyu. Pemuda itu pun berbalik dan kembali ke kasurnya sendiri.

   "Selalu salah aku di matamu." Ujar Haruto. Ia pun kembali merebahkan dirinya ke kasur dan menyembunyikan tubuhnya di balik selimut. Tanpa melepas sepatunya.

   "HARUTO LEPAS SEPATUMU ATAU KUBUAT KAU DAPAT TERTIDUR SELAMANYA?!"

Sssss~

"AUUUU!!!"

   Seorang pemuda yang sedang tertidur lelap tengah mengernyitkan dahinya. Ia merasa terganggu akan suara berisik dari luar sana. Ditambah udara dingin yang terasa menusuk tulang-tulangnya, membuat pemuda itu semakin membenamkan tubuhnya ke dalam selimut tebal.

   "Ngh... berisik sekali." Gumam pemuda itu.

   Haruto menggerakan tubuhnya ke kanan dan kiri beberapa kali, mencoba untuk mencari posisi yang nyaman untuk terlelap kembali, tapi suara itu sangat mengganggunya.

   Menyerah, Haruto pun mulai membuka matanya perlahan. Gelap. Pencahayaan pun hanya didapatkan dari jendela yang tengah terbuka.

   Tunggu, jendela?

   Bukannya jendela sudah ditutup oleh Junkyu saat sore tiba? Kenapa bisa terbuka?

   Ia pun mengalihkan penuh pandangannya pada jendela kamar yang terbuka keduanya. Angin malam masuk dengan kuat, membuat gorden jendela bergerak tak beraturan. Seakan-akan seperti ingin terbang dari posisinya saja.

   Dan lagipula, sejak kapan Junkyu bisa tertidur dalam suasana gelap?

   Terlalu banyak pertanyaan yang muncul di kepala pemuda itu, membuat Haruto bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju saklar lampu yang berada di dekat pintu kamar.

   Ctak. Ctak.

   Pemuda itu bolak-balik menatap heran pada saklar dan lampu.

   "Mati lampu, kah?" Gumamnya ketika melihat keadaan yang masih gelap. Ia pun menoleh pada Junkyu yang sepertinya tidak merasa terganggu dengan suasana saat ini.

   Haruto berjalan menuju jendela yang terbuka. Ia menatap pemandangan luar yang sangat sepi. Tentu, manusia mana yang masih terjaga di jam dua malam?

   Pemuda itu masih diam menatap pemandangan luar, menikmati angin malam yang berhembus seakan membelai wajahnya. Melupakan niatnya yang ingin menutup jendela.

Blasst!

   Sekelebat bayangan hitam tiba-tiba saja muncul melewatinya. Haruto melebarkan matanya.

   "Tadi itu... apa?"

   Pemuda Watanabe itu pun segera menutup rapat kedua jendela dan membenarkan posisi gorden. Ia berbalik dan berjalan menuju tempat tidurnya kembali.

   Sebelum itu, Haruto mengambil handphonenya yang berada di bawah bantalnya dan melihat tanggal hari ini.

   Jum'at, 6 Juni.

Half | Haruto × Jeongwoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang