Tujuh

2.1K 344 74
                                    

Hi, hi, hi! Maaf baru bisa update karena aku lagi sibuk banget belajar buat ulangan dan PTS huhu T^T

Buat chapter ini, aku tulis 1k++ words hehe.

Selamat membaca~

.
.
.

"Kau ada rekomendasi lagu tidak?"

    Pemuda berambut coklat terang itu menoleh, "Lagu?" Ulangnya. Ia menaruh ibu jari dan telunjuknya pada dagu, seolah berpikir. "Stack it up? Aku sedang mendengarkan lagu itu akhir-akhir ini." Lanjutnya. Junghwan menoleh oada teman sebangkunya, "Untuk apa?"

   "Pentas seni," Jawab Haruto singkat tanpa menoleh. Ia masih memperhatikan pelajaran yang tengah diajar seorang guru laki-laki di depan sana.

   "Ah? Kau bisa bernyanyi? Dengan suara beratmu itu?" Junghwan bertanya dengan menampilkan ekspresi terkejut yang kentara sekali dibuat-buat. Haruto melirik kesal pada pemuda yang memiliki darah campuran itu.

   "Padahal kau sudah tahu jawabannya, jangan meledekku."

   Mendengar itu, tawa Junghwan pun pecah. Membuat semua pasang mata di sana memperhatikan mereka berdua. Mengetahui itu, Haruto pun segera menatap kembali papan tulis di depan dan mencatat asal. Sedangkan Junghwan yang malang masih tidak mengerti situasi tetap tertawa dengan keras.

   "Duh, perutku sakit karena tertawa. Aku masih ingat, saat kau bernyanyi hahaha suaramu itu hahaha astaga hahaha aku tidak sanggup mengingatnya." Ujarnya. Ia masih belum sadar jika di depan sana, ada aura gelap yang memperhatikannya.

   "Junghwan So."

   Pemuda itu seketika menegapkan tubuhnya dan menoleh ke depan. Matanya terbelalak. Junghwan bodoh. Batinnya mengiris.

   "Ya, Pak?" Tanyanya dengan suara yang tercekat.

   "Maju ke depan dan jelaskan ulang semua pelajaran yang sudah saya terangkan, beserta contoh soal dan penyelesaiannya!" Titah guru tersebut.

   Pemuda itu menatap pada Haruto, meminta pertolongan. Bukannya menolong, Haruto lebih terlihat seperti menahan tawa.

   Tamatlah riwayatmu, Junghwan.

   "Mau ke kantin?" Tanya Junghwan usai bel istirahat berbunyi dengan nyaring. Haruto mengerutkan keningnya, menimang-menimang, lalu menggeleng. "Sepertinya tidak," ujar Haruto.

   Junghwan mengangguk paham, "Oke sip. Kau ingin titip sesuatu?"

   "Tidak perlu. Terimakasih," Jawab pemuda itu sembari tersenyum tipis. "Nanti aku menyusul saja, jika ingin." Lanjutnya.

   Junghwan pun berlalu. Namun, Haruto memanggil ia lagi.

   "Junghwan! Aku berubah pikiran."

   "Apa?"

   "Titip roti saja."

   "Baik. Lalu uangnya?"

   "Uangku ada di dalam tas, dan rasanya sulit sekali untuk membukanya." Ujar Haruto.

   "Huh? Maksudmu?"

   "Lihat. Tanganku saja tidak bisa mencapai posisi tas milikku."

   "Kau tinggal berdiri dan mengambilnya," sahut Junghwan.

   "Tidak bisa. Itu terlalu jauh. Tanganku tidak sampai."

   "Ayolah Haruto. Bilang saja jika menggunakan uangku." Pemuda itu mulai jengah dengan Haruto.

Half | Haruto × Jeongwoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang