Enam

2.2K 356 13
                                    

   Haruto bergerak gusar di kasurnya. Sudah dipaksa pun, matanya tak mau terpejam. Pemuda itu mengambil sebuah boneka dan ditaruhnya di atas wajahnya.

   "Arghhh, aku tidak bisa tidur!" Ujarnya sambil melemparkan boneka itu menjauh, lalu menenggelamkan dirinya kembali ke dalam selimut.

   "Haruto." Panggil pemuda Kim yang tengah memasukkan bukunya ke dalam tas. Tidak mendapat jawaban, Junkyu pun menoleh dan menghela napas berat. Ia berjalan menuju kasur Haruto dan menggoyang-goyangkan lengan pemuda itu.

   "Haruu."

   "Ruto, bangun."

   "Ru...?"

   "HARUTO!"

   "KAU INI MASIH HIDUP ATAU TIDAK?"

   Junkyu memutar otak, jika dengan teriakan saja pemuda itu belum juga bangun, maka ada satu cara yang bisa membuat teman sekamarnya itu terbangun. Semoga. Ia berjalan ke kamar mandi dan kembali ke kamar dengan membawa gayung berisi air. Berjalan dengan pelan lalu—

   Byurr!

   "HYUNG!"

   Pemuda itu terduduk dan mengusap wajahnya yang basah menggunakan tangan secara kasar.

   "Astaga hyung, kau pikir aku tanaman yang harus disiram di pagi hari?" Gumam Haruto yang masih bisa di dengar oleh seniornya tersebut.

   "Apa katamu?!" Tanya Junkyu yang langsung mendapatkan gelengan dari Haruto.

   "Tidak, aku tidak mengatakan apapun." Jawab Haruto. Ia pun memejamkan matanya kembali namun langsung tersentak bangun ketika mendengar teriakan dari Junkyu kembali.

   "Haruto! Bangun tidak? Atau mau ku adukan pada wali kelasmu bahwa kau ingin membolos?" Ancam Junkyu.

   "Yayaya aku bangun. Kau puas?"

   Haruto berjalan dengan pelan menuju kamar mandi sembari memegang kepalanya yang terasa pening. Pemuda itu berdiri di depan wastafel, mengamati pantulan dirinya di cermin. Muka bantal, kantung matanya yang membesar, dan jangan lupakan seluruh tubuhnya yang basah kuyup. Sangat berantakan. Tangannya pun terulur untuk menghidupkan keran dan membasahi wajahnya menggunakan air, lalu mengeringkannya dengan sebuah handuk yang tergantung di sebelah kanannya.

   "Haru, ada temanmu."

   "Siapa?" Tanya Haruto sembari mengambil sebuah pasta gigi dan mengoleskannya pada sikat gigi miliknya. Tangannya terangkat hendak memulai kegiatan menyikat giginya, namun seketika terhenti setelah mendengar jawaban teman sekamarnya.

   "Jeongwoo."

   "Hah? Jeongwoo?"

   "Ada apa kemari?"

   Haruto memandang penampilan Jeongwoo dari bawah sampai atas dengan pandangan menyelidik. Menyadari itu, pemuda bermata tajam pun menendang pergelangan kaki Haruto.

   "Kenapa kau selalu menatapku seperti itu? Jangan bilang kau suka padaku, ya? Menyeramkan." Sahut Jeongwoo yang berhasil mendapat jitakan kuat dari Haruto.

   "Kenapa kau memukulku?" Tanyanya yang dibalas dengan gelengan pelan oleh Haruto.

   "Ini masih pagi dan suaramu yang besar itu bisa saja membangunkan seluruh warga di asrama ini, tau?" Jawab Haruto lalu masuk ke dalam kamarnya kembali. Meninggalkan jeongwoo yang masih terdiam di depan pintu kamar.

   Haruto mengambil tas sekolah dan dua bungkus roti yang ia simpan di bawah tumpukan pakaian miliknya. Kemudian menghampiri kembali Jeongwoo yang sedari tadi memperhatikannya dari luar kamar.

   "Untukku?" Tanya Jeongwoo dengan pandangan berbinar setelah melihat bungkusan roti yang berada digenggaman Haruto.

   Haruto menutup pintu kamarnya lalu berjalan melewati lorong asrama, diikuti Jeongwoo di belakangnya. Pemuda berkulit tan itu sedikit berlari untuk mengimbangi langkahnya dengan Haruto. Walaupun tinggi mereka tidak terlalu jauh, tetap saja kakinya Jeongwoo tidak sepanjang kaki milik Haruto.

   "Aku bertanya padamu, kenapa tidak kau jawab?"

   "Hey, Haruto!"

   "Kau ini mendengarkan aku tidak?"

   "Ha–"

   Ucapan Jeongwoo terhenti ketika merasakan sebuah benda bertekstur lembut masuk ke dalam mulutnya secara paksa. Ia mendelik, menatap tak suka pada Haruto yang tengah menatapnya remeh. Masih dengan mulut yang sibuk mengunyah, Jeongwoo mendorong Haruto dengan kencang dan berjalan mendahului pemuda itu.

   "Woo! Kenapa kau marah padaku?" Tanya Haruto sedikit berteriak karena posisi mereka yang mulai menjauh.

   "Pikir saja sendiri." Balas pemuda itu tanpa menoleh ke arah Haruto dan menghilang di balik tangga.

   "Apa salahku?" Monolog Haruto sebelum mengendikkan bahunya tak acuh dan melanjutkan jalannya.

Half | Haruto × Jeongwoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang