Rival (Jaesahi)

557 48 11
                                    

Pairing:

- Jaehyuk X Asahi

- Asahi X Haruto

- Jaehyuk X Jeongwoo

- Haruto X Jeongwoo

Oneshoot ini benar-benar isi kehaluanku tentang hubungan mereka berempat yang menurutku complicated. wkwkwkwk...

Lucu aja gitu menurutku. Dan caraku menyalurkan imajinasiku adalah dengan membuat fanfic ini. ehehe...

Oiya, dan fanfic ini masih ada hubungannya dengan fanfic sebelumnya (Fansign).

Ok, selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan vote dan komentar. Sankyuuu~

***

Pukul 22.00 biasanya para member memilih untuk tinggal di dorm. Tapi Haruto tidak. Ia justru melangkahkan kakinya keluar kamar dan melenggang menuju pintu dorm.

"Mau ke mana, Ruto? Ini sudah malam."

Haruto yang setengah terkejut berbalik dan menemukan leadernya dari dapur. Lengkap dengan segelas cola dan cemilan di tangan. Haruto menggaruk tengguknya canggung, seperti anak kecil yang ketahuan mencuri.

"Hm, itu Hyung, aku mau tidur di dorm Asahi."

Hyunsuk mengangkat salah satu alisnya bingung. "Kenapa tidak tidur di sini saja?"

Haruto melirik pintu kamarnya yang tertutup. "Jeongwoo berisik. Dia sedang main game. Hyung tau sendiri kan betapa berisiknya dia kalau bermain game."

Meskipun sudah dua tahun lebih, ia tetap tidak terbiasa dengan satu itu. Ia biasanya tidur dengan Junkyu tapi malam ini Yedam tidur di dorm. Sedangkan Hyunsuk dan Junghwan tidur di single room. Ia tidak punya pilihan selain tidur di kamar Jeongwoo dan Jaehyuk alias kamar lamanya dengan Hyunsuk.

Bukannya turut prihatin, Hyunsuk justru tertawa mendengar keluhan Haruto. Ia bisa memahaminya. Dormnya memang lebih padat penduduk daripada dorm Asahi. Kalau di dorm Asahi, satu orang bisa menggunakan satu kamar. Enak sekali bukan?

"Ya sudah. Kamu boleh pergi."

Setelah mendapatkan ijin dari sang leader, Haruto tersenyum senang. "Gumawo, Hyung."

Secepat kilat, Haruto mengenakan sandal dan berlari keluar dorm. Meninggalkan Hyunsuk yang menggeleng tak habis pikir akan tingkah salah satu magnae Jepang itu.


***


15 menit kemudian....

Brak!

Jeongwoo berjingkat dari duduknya karena pintu kamarnya dibanting dengan keras. Ia sudah siap mengumpati pelaku tapi diurungkannya karena Haruto terlihat badmood. Tanpa mengatakan apapun, Haruto menaiki tempat tidur Jaehyuk. Ia menaik selimut sampai menutupi kepalanya.

Jeongwoo, yang masih duduk di lantai, memperhatikan member seumurannya itu. Tidak biasanya Haruto kesal seperti itu. Pasti ada sesuatu yang terjadi.

Jeongwoo meninggalkan laptopnya yang masih menyala. Niatnya untuk melanjutkan belajar harus ditunda sebentar. Ia bergeser lalu mencolek Haruto yang tertutup selimut. "Ruto-ya, ada apa?"

Hanya keheningan yang menjawab pertanyaan Jeongwoo. Jeongwoo menunggu lama tapi Haruto tidak merespon. Ia tahu jika sudah begini ia tidak akan bisa memaksa Haruto.

Tapi ketika Jeongwoo hendak kembali ke posisinya, ia mendengar suara terisak yang sangat lirih. Jeongwoo terkejut dan khawatir. Ia kembali menggunjang tubuh Haruto.

"Ruto, kamu kenapa? Kenapa nangis?"

Haruto meredakan tangisannya. Ia membuka selimutnya sedikit sehingga tampaklah wajah merah Haruto. Hal itu tentu saja membuat Jeongwoo semakin khawatir.

"Jeongwoo-ya, kenapa menyukai seseorang bisa semenyakitkan ini?"

Jeongwoo bingung dengan arah pembicaraan Haruto. Ia butuh waktu lebih dari lima detik untuk mengerti maksud Haruto.

"Maksudmu, Asahi Hyung?"

Haruto tidak mengangguk. Tidak juga menjawab pertanyaan Jeongwoo. Haruto justru melayangkan pertanyaan pada Jeongwoo.

"Bagaimana kamu bisa baik-baik saja meskipun Jaehyuk Hyung tidak membalas perasaanmu?"

Jeongwoo terdiam. Ia tidak menyangka Haruto akan bertanya seperti itu. Ia lebih tidak percaya lagi bahwa Haruto mengetahui perasaan yang ia pendam selama ini.

"B-bagaimana kamu tahu, Ruto?"

Haruto menatap Jeongwoo dengan mata merahnya. "Karena aku juga merasakan hal yang sama, Jeongwoo. Aku menyukai Asahi Hyung seperti kamu menyukai Jaehyuk Hyung."


***


Jeongwoo tidak duduk di lantai. Kini ia berbaring di tempat tidur atas. Moodnya untuk belajar hancur sudah setelah pertanyaan Haruto tadi. Karena ia yakin, ia tidak akan bisa konsentrasi sampai masalah ini selesai.

"Katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Jeongwoo memecah keheningan di kamarnya. Ia menatap kosong langit-langit di atasnya.

Ia mendengar suara berdecit dari tempat tidur. Rupanya Haruto sedang mendudukkan diri. Jika Jeongwoo mau mengintip, ia akan bisa melihat Haruto menyembunyikan sebagian wajahnya di balik boneka Shinchan kesayangannya.

"Tadi saat aku hendak tidur di kamar Asahi Hyung, aku melihat Jaehyuk Hyung di sana."

Tidak ada tanggapan dari Jeongwoo. Jeongwoo menunggu kelanjutan cerita Haruto.

"Mereka tidur bersama. Di tempat tidur yang sama. Saling berpelukan. Aku melihat Asahi Hyung menyembunyikan wajahnya di dada Jaehyuk Hyung." Suara Haruto mulai pecah lagi. "Dan itu menyakitiku."

'Hanya mendengarnya saja aku juga merasakan sakit yang sama.'

Jeongwoo teringat bagaimana rasanya dipeluk Jaehyuk. Perasaan hangat dan terlindungi. Itulah sebabnya ia sangat suka dipeluk Jaehyuk. Orang itu selalu tahu bagaimana membuat orang lain nyaman dengannya. Dan kadang membuat orang lain salah paham akan tingkahnya. Termasuk Jeongwoo saat ini.

Di saat Jaehyuk hanya menganggapnya sebagai adik, Jeongwoo tidak bisa menganggapnya begitu. Ia memiliki kakak laki-laki kandung tapi kakaknya tidak pernah melakukan hal seperti itu. Mau tak mau Jeongwoo merasa spesial diperlakukan seperti itu oleh Jaehyuk. Dan sekarang, Jaehyuk melakukan hal yang sama pada Asahi, yang merupakan kekasih Jaehyuk. Jeongwoo tidak bisa memungkiri kalau ia iri dengan Asahi.

Sekarang Jeongwoo tahu apa yang dirasakan Haruto.

"Tidak bisakah kita memisahkan mereka?"

Jeongwoo terkejut dengan pemikiran Haruto. Ia segera duduk dan menatap marah pada Haruto.

"Haruto! Apa maksudmu? Tega sekali kamu berpikir seperti itu!" teriak Jeongwoo pada Haruto.

Sementara yang ditatap kini membanting bonekanya dan balas berteriak, "Apa? Memangnya aku salah? Aku hanya ingin bersama Asahi Hyung! Kau juga! Bukankah kau juga ingin bersama Jaehyuk Hyung?"

Jeongwoo menjawab dengan lirih, "Iya tapi_"

"Kalau begitu ayo lakukan sesuatu!"

Jeongwoo menatap prihatin pada Haruto. Ia bisa melihat tekad laki-laki itu. Tapi Jeongwoo masih bisa berpikir jernih. Tidak dibutakan oleh api cemburu seperti Haruto.

"Memangnya jika kita memisahkan mereka, mereka akan mau menerima kita begitu saja?"

Secara berangsur-angsur, kilat kemarahan di mata Haruto sirna. Sepertinya ia mulai bisa berpikir jernih. Laki-laki itu mengambil kembali bonekanya dan memeluknya.

"Kamu benar," kata Haruto sedih.

Keheningan yang mencekam kembali menggelayuti kamar itu. Jeongwoo kembali berbaring. Berusaha menenangkan diri. Begitu juga Haruto.

"Sejujurnya, aku sudah cukup dengan hubungan seperti ini. Aku tidak berharap lebih. Asalkan aku bisa bersama Jaehyuk Hyung setiap hari. Mendapatkan pelukannya setiap malam. Mendapatkan perhatiannya setiap waktu." Jeongwoo menjeda kalimatnya. "Aku hanya takut, jika aku berharap lebih, Jaehyuk Hyung akan menjauhiku. Itu justru akan lebih menyakitiku, Haruto."

Haruto mengangguk tanpa sepengetahuan Jeongwoo. "Aku juga. Asalkan aku bisa bermain dengan Asahi Hyung setiap waktu. Asalkan aku bisa didekatnya setiap saat. Bagiku, itu sudah lebih dari cukup. Aku tidak bisa kehilangannya."

Keduanya menatap ke atas. Jeongwoo menatap langit-langit sedangkan Haruto menatap bagian bawah kasur Jeongwoo. Lalu mereka memejamkan mata dan berpikir dengan kepala dingin. Emosi telah membutakan cintanya. Tapi mereka berusaha berpikir jernih.

Mungkin benar apa kata orang.

"Tidak semua hal yang kita cintai harus kita miliki."

***

TREASURE PUZZLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang