Chapter 06 (1)

152 26 0
                                    

Sumizome di tarik masuk kembali ke dalam ruangan yang menahannya lalu ketiga bocah itu kembali memborgolnya dengan borgol yang baru.

"Jangan borgol aku lagi! Lepaskan!" rengek Sumizome. Ia meronta-ronta tapi karena badannya yang lebih kecil, ketiganya dengan gampang memasang borgol kembali ke tubuhnya.

"Ini! Baca bukunya lagi!" pinta Rikuto dengan kesal. Ia sudah lelah padahal hari masih pagi.

"Kami akan membantu kalau kakak tidak mengerti," tambah Towa sambil tertawa kecil.

Dia meremehkanku, hahahaha.... Batin Sumizome.

Ia memang sengaja bertingkah seperti anak kecil dan membuat rusuh. Hal ini cukup untuk melepas suntuknya ketika terkurung di sini dan ia puas melihat wajah tuan muda sombong itu yang seperti cacing kepanasan.

"Ah~ baiklah ... aku akan belajar. Hmph!" ujar Sumizome pura-pura kesal.

Sebenarnya ia memang bermaksud belajar untuk sekarang karena ia tahu tidak ada cara lain selain mempelajari buku itu walaupun ia tetap kesal. Selain itu, ia cukup puas dan sudah mendapat energi untuk melihat tulisan-tulisan kecil yang memusingkan itu.

Namun, ternyata ia terlalu meremehkan buku susunan pak tua Sengoku itu. Beberapa menit kemudian, ia benar-benar merengek lagi.

"Apaan ini?! Aku tidak mengerti!" seru dirinya yang bahkan belum berpindah dari halaman pertama buku itu.

Rikuto mengerutkan keningnya seraya melirik halaman buku itu. Membelalakkan matanya, ia bertanya, "Ini adalah jurus paling dasar! Kakak ini belajar apa sih dulu?!" Ia tidak percaya bisa menemukan orang sebodoh ini di dunia.

Sedikit tersinggung, Sumizome mengucap, "Aku belajar banyak hal kok!"

Seperti belajar teknik bagus dalam melakukan itu dengan wanita tambahnya dalam hati yang tentunya tidak ia katakan. Kalau ia katakan, ia benar-benar akan diremehkan habis-habisan oleh bocah-bocah ini.

Kalau mau mengaku, Sumizome benar-benar tidak pernah menyentuh buku jurus ini sejak pertama kali ia sekolah di Yurihana. Yang ia lakukan benar-benar bermain dan melatih jurus terlarang yang menurutnya berguna saja. Palingan, jurus yang pernah ia pelajari di Yurihana melalui buku di perpustakaannya adalah kelima jurus yang dia gunakan untuk melawan manusia salju beberapa saat yang lalu walaupun sangat tidak berguna saking lemahnya.

"Seperti apa?" tanya Rikuto yang sudah benar-benar meremehkannya. Bahkan, tatapan matanya menjadi sangat merendahkan dan menyebalkan, mengingatkannya pada tatapan merendahkan Yuushu.

Dasar! Jangan-jangan semua anggota keluarga Higa itu seperti ini!

"Aku ada belajar jurus seperti ini!" serunya lalu mempraktekkan salah satu dari kelima jurus yang ia pelajari.

Angin kecil memenuhi ruangan itu sebelum akhirnya hilang. Ketiga bocah yang melihat praktek itu terdiam. Rikuto ternganga lebar dan Towa yang sudah tidak bisa menahan diri langsung tertawa terbahak-bahak.

"Ada apa dengan eskpresi kalian itu?!"

"Kau bercanda!" Rikuto menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya.

Sumizome mengerutkan keningnya. Apa ada yang salah? Tapi tidak mungkin! Jurus itu aku pelajari dari kumpulan buku milik klan Higa.

"Kak Sumizome, ini ... hihihi ... ini adalah jurus terendah di antara yang rendah yang bahkan tidak perlu diajarkan di sekolah," jelas Towa yang masih tertawa.

"Hah?! Beneran?!"

Ketiganya mengangguk.

"Aku bahkan sudah bisa jurus itu saat berumur 6 tahun! Dan kalau kau mau tahu, itu adalah jurus yang bisa dilakukan semua orang yang memiliki kekuatan spiritual dan biasanya digunakan untuk kehidupan sehari-hari saja!" jelas Rikuto membuat Sumizome merasa nyawanya hampir keluar.

Searching for the Truth [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang