Chapter 08 (1)

147 23 3
                                    

Sumizome tidur dan terus tidur. Dalam tidurnya, ia bisa merasakan tubuhnya semakin mengeras dan tidak bisa digerakkan.

Hal selanjutnya yang ia lihat ketika ia bangun adalah lapangan gersang penuh tanah. Ini adalah tempat ia pertama kali melihat Higa Ren.

"Hah ... aku mati lagi ya." Sumizome meratapi nasibnya.

Matahari sudah terbit dan begitu cerah tapi seperti biasa, tempat ini terlalu penuh dengan energi negatif sehingga cahaya pun tidak bisa menembus lapisan energi itu.

Melihat sekelilingnya, Sumizome berguling-guling bosan. "Pasti anak-anak itu khawatir ketika menemukanku seperti itu ya," gumamnya. Namun, ia langsung menghapus pemikiran itu.

"Tidak mungkin mereka khawatir. Siapa yang khawatir dengan kematian seorang Sumizome yang kejam, bukan?" mengatakan itu kepada dirinya sendiri, Sumizome merasa sedang menelan air bekas cucian.

Tatapannya tiba-tiba mengabur lalu kembali jelas lagi.

"Hm?"

Sumizome melambai-lambaikan tangannya ke atas mata. Tidak ada yang aneh tapi tiba-tiba sekelilingnya menjadi kembali kabur. Sangat kabur sampai kepalanya pusing. ia merasa terombang-ambing sampai akhirnya semuanya gelap.

"... bagaimana dengan nyawanya?!"

Sebuah seruan yang sangat keras memekakan telinganya. Suara ini?! Sumizome kembali bad mood. Kenapa ketika ia mati, ia harus mendengar suara orang yang ia benci lagi?! Dan ini sudah yang keberapa kalinya?

Sumizome berusaha membuka matanya yang terasa sangat berat. Ketika matanya berhasil terbuka setengah, ia melihat wajah Yuushu yang begitu menyeramkan tidak jauh darinya. Ia melihat sekelilingnya yang begitu asing. Ketika ia menyusuri sekelilingnya, ia menemukan tangan Yuushu yang membuka kerah pakaiannya hingga dadanya terekspos.

Pikiran nakal langsung merasuki otaknya. Ia menggenggam lengan Yuushu dan menyadari bahwa tangannya yang seharusnya kecil menjadi cukup besar untuk menggenggam seluruh pergelangan tangan Yuushu yang lebar.

Yuushu membeku. Matanya menatap tajam ke arah Sumizome yang entah sejak kapan sudah sadar. Sumizome masih menatapnya dengan wajah bingung.

"Ka—"

Kata-kata Yuushu terhenti oleh tangan Sumizome yang tiba-tiba membelai pipinya. Mata Yuushu terbelalak.

Sumizome tersenyum genit seraya mengedipkan sebelah matanya. "Aku tidak tahu kau punya hasrat padaku, dasar me—sum~," Ujarnya dengan wajah yang sedikit memerah. Ia sengaja memutar bola matanya ke samping dan menutup mulutnya dengan lengan bajunya, meniru gaya wanita yang sedang malu-malu.

Kernyitan di kening Yuushu semakin mendalam. Melihat respons itu Sumizome tertawa bahagia di dalam hatinya.

"Ka—kau! Sumizome! Jangan mengotori Yuushu!" seru suara seorang pak tua yang mengundang kernyitan di dahi Sumizome.

Aku kenal suara ini

"WUAH!" Sumizome memekik ketika pegangan tangannya dilepas dengan paksa lalu pergelangan tangannya digenggam erat oleh Yuushu.

Dengan satu tarikan, Yuushu mengangkat tubuh Sumizome sehingga sekarang ia bergelantungan di atas udara. Saat itu juga, mata Sumizome menangkap pria berjanggut putih yang menatapnya dengan penuh kemarahan.

"Ah!" Sumizome menunjuk ke arahnya. "Pak tua Sengoku! Kau masih hidup?!"

Pertanyaan Sumizome membuat wajah Sengoku semakin memerah. Urat-uratnya muncul ke permukaan saking marahnya.

"TENTU SAJA AKU MASIH HIDUP BODOH!" teriak Sengoku yang bisa memecahkan gendang telinga semua orang.

Yuushu menghela napas. "Apa hanya 'ini' yang ada di sini?" tanya Yuushu lagi kepada yang lain sambil menunjuk Sumizome.

Searching for the Truth [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang