Chapter 20

253 24 8
                                    

Sumizome menghela napas lega. "Aku kira aku akan mati," gumamnya yang mendapati dirinya yang hanya mendapatkan luka ringan.

Karena semua ketegangan yang ia rasakan, setelah semua itu hilang, badannya jadi lemas. Ia terkulai lemas di atas tanah.

Pengikat rambutnya yang longgar jatuh ke tangannya. Ia menggenggam erat pengikat itu dan senyum lebar terlukis di wajahnya. "Semuanya selesai," gumamnya. Ia menjatuhkan kecupan kecil ke kain pengikat itu.

Sekarang ia bingung harus ke mana. Tidak mungkin ia kembali ke klan Higa. Ia tidak ingin menyusahkan mereka lebih dari itu.

"Apa aku pergi berkelana saja...."

Bukan ide yang buruk.

Dengan pikiran yang terbang ke mana-mana, Sumizome merasa mendengar suara Koni. Ah ... sudah kubilang aku tidak akan pulang ke klan Higa gerutunya pada dirinya yang sepertinya sudah merindukan tempat itu sampai menghalusinasikan suara rubah yang ia tinggal sebagai penggantinya.

"Kon!" Sebuah jilatan di pipi menyadarkan Sumizome.

"Wuah!" Di sebelahnya, sudah ada Koni dalam ukuran besarnya. Rubah itu benar-benar ada di sini!

"Ko—Koni? Kenapa kau ada di sini?"

"Kon!" seru rubah itu lagi.

Jika Koni ada di sini, Sumizome memikirkan sebuah kemungkinan pria itu juga ada di sini. Yang benar saja, ketika ia melihat ke belakang rubah itu, seorang pria dengan wajah menyeramkan berjalan mendekatinya.

Wajah Sumizome memucat. Aku akan mati! Pikirnya melihat seberapa murka beruang itu.

Sumizome ingin berlindung di balik badan besar Koni tapi seperti tidak dapat membaca suasana, rubah itu mengecilkan badannya. Ia mulai panik. Melihat Yuushu yang semakin mendekat, ia mau mundur ke belakang tapi karena terlalu lega, kekuatan di tubuhnya sudah hilang semua.

Yuushu berhenti di depan Sumizome. Sumizome akhirnya hanya bisa tersenyum bodoh menampakkan giginya.

"Hai, Yuushu."

Yuushu tidak mengatakan apa-apa. Ia berjongkok di depan Sumizome tanpa mengubah ekspresi sama sekali. Ia mengangkat tangannya membuat Sumizome menutup matanya, mempersiapkan diri untuk menahan sakit dari pukulan pria itu.

Namun, rasa sakit itu tidak kunjung datang. Badannya malah tertarik ke depan dan wajahnya menubruk sebuah dada bidang yang keras dan kuat serta hangat. Ia membuka matanya, dan mendapati dirinya sudah di dalam pelukan pria itu.

"Yuushu?"

"Bodoh! Sudah kubilang aku akan membantu, kenapa kau pergi sendiri?!" marah Yuushu kepadanya.

"Yuushu, a—"

"Kau tidak tahu apa yang aku rasakan ketika dibangunkan rubahmu itu hanya untuk menemukan kau sudah tidak ada?!"

Pria ini benar-benar mencemaskannya. Mata Sumizome kembali panas. Ia merasa dirinya menjadi cengeng beberapa hari ini.

"Yuushu...," gumam Sumizome dengan mata berkaca-kaca.

"Aku kira kau akan mati," gumam Yuushu dengan suara rendahnya.

Sumizome bisa merasakan tubuh Yuushu melepaskan ketegangannya, memperlihatkan betapa leganya pria itu.

Sumizome tertawa kecil. Awalnya ia ragu, tapi akhirnya ia balik memeluk pria itu, merasakan kehangatannya. Membenamkan wajahnya pada tubuh kokoh itu untuk mencium bau bunga sakura yang masih menempel di tubuhnya.

"Yuushu," panggil Sumizome lagi.

Ia melepaskan pelukannya dan menyentuh kulit wajah Yuushu yang sedikit kasar. Sumizome kembali mengecup bibir pria itu. Kali ini lebih dalam, dan lebih lama.

Searching for the Truth [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang