Chapter 04 (1)

200 29 7
                                    

"Sumizome! Kau bolos lagi?!" seru Eichi dengan kagum. Pria berwajah imut itu tidak pernah berani membolos karena orang tuanya yang begitu ketat kepadanya. Padahal, ia tidak begitu suka belajar dan terus-terusan menolak ketika ia direncanakan akan dikirim ke Higa untuk belajar.

Pria tinggi kurus yang dibalut oleh pakaian serba hitam menoleh ke arah sumber suara. Ketika ia menoleh, ular merah yang terjahit pada lengan kirinya terlihat jelas. Ketika menyadari bahwa itu Eiji, Sumizome tersenyum nakal ke arahnya. "Habisnya, pelajaran pak tua itu sangat membosankan! Aku sudah tidak ingin mengikuti kelasnya sejak mendengar pelajarannya di hari pertama sekolah di sini!"

Tiga bulan lalu, Sumizome yang berumur 15 tahun dikirim ke Ibu kota klan Higa, Yurihana, untuk belajar di sekolah yang berada di atas pegunungan klan tersebut. Ia tidak terlalu paham dengan keputusan ayahnya yang adalah pemimpin klan karena klan Ine tidak pernah melatih jurus-jurus 'terang' yang menurutnya sangat lemah itu. Jurus yang digunakan klan Ine lebih kuat dan keren walaupun terlarang dan ia merasa tidak ada guna baginya untuk belajar jurus-jurus lemah yang butuh latihan tekun untuk menguasainya.

Oleh karena itu, setelah mengikuti kelas pertama di sini, ia selalu bolos dan menjahili para guru yang mengajar. Karena kenakalannya, ia sudah merasakan segala hukuman di sekolah ini dari yang ringan hingga berat sampai para guru tidak tahu lagi harus memberinya hukuman apa. Para murid yang seumuran dengannya pun banyak mengenalnya. Ada yang kagum seperti Eichi ini tapi ada juga yang selalu menatapnya tajam dan penuh benci seperti tuan muda klan Higa yang menyebalkan itu.

"Eichi, seharusnya kau ikut aku bolos juga! Hari ini aku turun gunung, menuju pusat kota dan menemukan beberapa kakak-kakak seksi yang mengajakku bermain bersama mereka. Kau pasti akan menyukainya juga!"

Menurun dari sang ayah, Eichi terkenal menyukai wanita dan sering bermain dengan wanita juga selama berada di klan. Namun, dalam pembelajaran ini, ayahnya menjadi begitu ketat. Ia diawasi dan akhirnya tidak bisa leluasa menuju tempat-tempat seperti itu juga. Mendengar cerita Sumizome, ia iri setengah mati dengan laki-laki itu.

"Kalau saja ayahku seperti ayahmu, aku sudah pergi ke tempat itu!" serunya kesal yang mengundang tawa dari Sumizome.

Sumizome sebenarnya sering mendapat dampratan dari ayahnya. Hanya saja, ia adalah tipe pembangkang. Semakin dimarahi, ia akan semakin menjadi. Ayahnya pun sudah tidak tahu lagi harus mengatakan apa kepadanya hingga akhirnya, pria tua itu hanya bisa menutup mata dan telinganya.

"Oh! Kau benar-benar berani, Sumizome! Aku bisa melihat wajah pak tua Sengoku yang begitu masam ketika mendengar kau tidak mengikuti kelas lagi!" seru murid lain yang berpakaian klan Samurakami yang berjalan mendekatinya.

Ada beberapa murid lain juga yang menggunakan pakaian klan lain bahkan ada juga yang dari klan Higa. Namun, yang berasal dari klan Ine hanya dia sendiri sehingga dia benar-benar terlihat mencolok dan memang yang dikirim dari klan Ine hanya dirinya sendiri.

Saat ini, kelima klan besar penuh dengan konflik sehingga umumnya mereka akan saling bermusuhan dan tidak berkumpul dengan damai seperti ini. Namun, entah mengapa, jika di sekitar Sumizome, mereka seperti melakukan gencatan senjata untuk sementara dan berbincang dengan seru – mengeluhkan betapa bosannya pelajaran dari bapak-bapak tua di sekolah ini terutama dari si kepala sekolah, Higa Sengoku yang kolot itu.

Sumizome tidak pernah menanyakan alasannya. Ia hanya mengikuti arus dan berteman dengan siapa pun yang tidak takut untuk mendekatinya karena jurus terlarang miliknya. Namun, ia sedikit bosan karena anak-anak klan yang bersekolah di sini tidak ada yang berani bolos seperti dirinya. Bermain sendiri juga menyenangkan tapi tentu saja lama kelamaan, ia butuh seseorang yang bisa menemaninya melakukan kenakalan.

Searching for the Truth [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang