Chapter 04 (2)

174 29 3
                                    

"Hatttchyuuuuuuu! Hehhhh ... dinginnnnnn." Tubuh Sumizome gemetaran. Ia mau menggosok-gosok tubuhnya dengan kedua tangan tapi tidak bisa karena kedua tangannya terikat dengan tali. Kakinya juga terikat dan ia dipaksa untuk duduk di atas kedua kakinya sebagai hukuman. Karena ingin mendapat kehangatan, ia bergeser menggunakan lututnya mendekat ke arah Yuushu, menempelkan lengannya pada lengan tuan muda itu.

"Jangan dekat-dekat, bocah sampah!" seru Yuushu seraya menggoyangkan lengannya dengan kasar sehingga tubuh Sumizome terhentak ke samping.

Kehilangan keseimbangannya, Sumizome jatuh ke samping dengan bagian kanan tubuhnya menempel langsung pada lantai kayu yang dingin. "Dingin! Tuan muda sombong, ini dingin sekali! Tarik aku naik!" seru Sumizome berusaha bangun kembali tapi tidak bisa karena badannya sudah kaku akibat duduk dalam posisi yang sama berjam-jam.

Ia dan Yuushu dikurung di dalam ruangan sempit yang kosong yang disebut ruangan penyesalan di sekolah ini. Ruangan ini berada di tengah-tengah hutan. Tidak ada hal lain selain rumah kecil ini di sana. Udaranya sangat dingin apa lagi sekarang sedang pergantian dari musim gugur menuju musim dingin.

Mereka yang dihukum akan langsung dikirim ke sini dengan tujuan untuk mendinginkan kepala mereka. Jubah luar hangat yang mereka gunakan saat musim gugur dan musim dingin di lepas dan mereka dibiarkan menggunakan pakaian tipis mereka saja.

"Pak tua! Keluarkan aku sekarang! Kepalaku sudah dingin kok!" seru Sumizome yang masih ambruk di atas lantai.

Yuushu mengerutkan keningnya kesal. Ia berusaha untuk bermeditasi dan menenangkan dirinya untuk menyalurkan hawa panas ke tubuhnya dengan kekuatan spiritualnya tapi konsentrasinya terus terkacaukan oleh seruan menyedihkan sampah di sebelahnya.

"Diam!" tegurnya.

Sumizome memanyunkan mulutnya. "Tidak mau! Aku akan terus berisik sampai pak tua itu mengeluarkanku!"

"Pak tua~ Sengokuuuuu~ janggutmu yang begitu berkilau sangat menyilaukannn~" Sumizome memulai nyanyian dengan dana yang tidak beraturan dengan suara keras.

Tangan Yuushu terkepal erat menahan emosi. Kerutan di keningnya begitu dalam sampai alis matanya terasa bisa copot saat itu juga. Ia berusaha mencueki nyanyian aneh itu dengan menenggelamkan telinganya di antara kedua bahunya.

"Ohhhhh~~ Pak tuaaa~~ keluarkanlahhh akuuuu~~ aaaku akan memberimu ciumanku—GUAHH!"

Yuushu memberi Sumizome satu tendangan di bokongnya. Ia tidak tahan lagi dengan lagu aneh Sumizome yang sangat tidak sopan kepada guru yang ia hormati. "Kau! Beraninya mengeluarkan kata-kata seperti itu! menci—ci—cium guru! Kau gila?!" Semburat merah muncul di wajahnya.

"Hah?! Jangan tendang bokong orang dong! Bokongku yang berharga ini kalau rusak gimana?" seru Sumizome kesal. Ia ingin mengelus bokongnya yang sakit tapi tidak bisa.

Sumizome menatap tajam ke arah Yuushu yang mengalihkan pandangannya dengan sombong.

"Apanya yang berharga? Bokong sampah seperti itu, hancur pun tidak ada yang peduli!"

"Heh! Bokong indah ini sudah diincar beribu-ribu pria di luar sana tahu! Kalau misalnya aku tidak bisa melakukan sesuatu yang enak lagi, kau mau tanggung jawab?!" seru Sumizome sekaligus menjahili si Yuushu yang polos itu.

Mendengar itu, Yuushu langsung memerah. "Pri—pria?! Kau! Ternyata seperti itu?! pe—pergi jauh-jauh dariku!" seru Yuushu dengan jijik.

"Apa-apaan matamu itu?! Aku jadi ingin mendekatimu kan," ujar Sumizome menyeringai nakal.

Karena tidak dapat bangun, ia menelungkupkan badannya lalu mengesot mendekat ke arah Yuushu. Tuan muda itu langsung menatap horor ke arahnya dan mulai mengumpat.

Searching for the Truth [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang