Chapter 13 (1)

134 24 3
                                    

Pagi hari di desa Shizume juga sangat suram. Sekeliling mereka terasa sangat gelap padahal matahari di atas bersinar dengan cerahnya. Udara di sekelilingnya pun sangat dingin. Walaupun musim semi memang sejuk tapi udara ini bahkan lebih sejuk lagi membuat beberapa dari mereka menggigil.

"Aku rasa aku akan masuk kembali ke kamar dan bergulung di dalam selimutku," ujar Rikuto yang menggosok-gosok tubuhnya. Untungnya ia membawa selimut pribadinya yang sangat tebal untuk mengantisipasi ketika ia harus tidur di ruangan terbuka.

"Aku ikut." Towa mengekor dari belakang.

Rikuto ingin memprotes tapi Towa sudah mendorong anak muda itu untuk masuk. Rikuto masih berusaha untuk memprotes tapi Towa hanya memasang senyum, menutup kedua lubang telinganya dari suara apa pun.

"Dasar lemah! Aku akan mengajari mereka dari awal!" seru Yuushu yang tidak bisa menerima anak muridnya seperti itu – apalagi keduanya sudah senior! Ia berjalan masuk ke dalam penginapan bagaikan raksasa yang mau menculik anak manusia di dongeng-dongeng.

Bayangan itu membuat Sumizome geli sendiri dengan pemikirannya. Kazuma dan Akio ingin berbicara padanya tapi Sumizome sudah terlanjur tertawa terbahak-bahak sehingga mereka menunggu sampai pria itu puas.

"Kami akan melakukan perburuan makhluk jahat di sekitar hutan. Kakak mau ikut?" tawar Kazuma.

"Tidak. Aku ingin melihat-lihat desa ini."

Mengangguk, kedua saudara itu berjalan pergi sambil berbincang-bincang singkat.

Sumizome memperbaiki ikatan rambutnya yang sedikit longgar lalu berjalan menuju bangunan lain yang masih berdiri di desa itu. ia memulai dari rumah yang terletak beberapa meter dari penginapan.

Baru saja ia memegang gagang pintu yang sudah tidak pas dengan bingkai pintunya, Sumizome mendengar teriakan berbagai suara dengan berbagai jenis kelamin menggema di kepalanya! Sumizome segera membuka pintu itu dan suara teriakannya semakin keras.

"Seberapa banyak arwah gelap di tempat ini?!" gumamnya seraya menahan sakit di kepalanya.

Aura negatif di dalam ruangan itu lebih pekat lagi sampai perasaan yang terbawa oleh aura itu dapat menyelinap masuk dalam dirinya.

Sumizome mengucapkan beberapa mantra kecil untuk memasang penghalang agar perasaan-perasaan itu tidak masuk. Kenapa ia hanya memasang penghalang? Karena ia tidak bisa menggunakan jurus penyucian. Lagipula, untuk menyucikan aura negatif yang sepekat ini mungkin butuh bertahun-tahun lamanya.

Kepalanya sudah mulai membaik dan pandangan Sumizome bisa kembali fokus. Ia mengamati sekeliling rumah itu. Rumah ini memiliki dua tingkat. Di tingkat pertama, terlihat meja dan kursi, serta ruangan-ruangan yang biasa ada dalam sebuah rumah. Tidak ada yang aneh.

Namun, ketika ia naik ke lantai dua, banyak sekali pintu kamar di sana. Ukuran setiap kamarnya sangat kecil. Dibukanya pintu itu dan yang terlihat bukanlah kamar dengan tempat tidur dan meja belajar, tapi borgol berkarat yang terhubung dengan dinding dan sebuah meja panjang yang penuh dengan alat-alat penyiksaan. Bahkan terdapat pisau dan gunting dengan berbagai ukuran. Memikirkan untuk apa kedua barang itu sudah bisa membuat dirinya muntah.

Ia membuka pintu kamar lainnya dan semuanya memiliki barang-barang yang sama. Yang berbeda hanyalah jumlah bercak darah yang menempel di sekitarnya, ada yang lebih banyak dan ada yang lebih sedikit.

Merasa semakin mual, Sumizome berlari keluar dari rumah itu. Bisa ia pastikan rumah itu digunakan untuk penyiksaan. Lantai bawah adalah tempat para penyiksanya tinggal dan di atas adalah korban-korbannya.

Setelah puas menghirup udara segar – sebenarnya tidak segar juga tapi lebih segar dari pada di dalam rumah, ia berjalan menuju rumah yang lain.

Rumah yang lain pun tidak beda jauh dengan yang pertama ia lihat. Sepertinya warga desa ini mendapatkan penyiksaan berat di masa lalu. Oleh siapa? Tentu saja Sumizome tidak tahu. Ia ingin membaca pikiran orang-orang yang pernah di sekap di sana tapi aura negatif dan kebenciannya begitu pekat sampai ia tidak bisa menemukan yang bisa bercerita secara jelas kepadanya.

Searching for the Truth [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang