Chapter 09 (1)

146 25 2
                                    

"Mm .. baiklah. Aku mengerti," ujar Dai lalu memutuskan komunikasi telepatinya.

Di belakangnya berdiri Rikuto, Towa, dan Akio dengan berbagai macam ekspresi. Koni duduk di atas bahu Rikuto sambil menggoyang-goyangkan ekornya dengan tidak tenang.

"Apa yang guru besar katakan?"

Dai menggaruk-garuk kepalanya. "Katanya nyawa Tuan Sumizome telah kembali ke tubuhnya sendiri."

Ketiganya mengerutkan dahinya bingung. Seingat mereka, ketika membaca buku sejarah, tubuh Sumizome dibakar bersama tubuh Klan Ine yang meninggal.

"Katanya, tubuhnya ditemukan di sebuah gua," jelas Dai yang memahami kebingungan ketiganya.

"Dan, pesan untuk kalian. Kalian akan tetap mengawasi Tuan Sumizome yang sudah berada di tubuh aslinya. Mungkin kalian akan sering tidak masuk kelas tapi Tuan Yuushu akan mengganti waktu kalian yang habis itu untuk mengajarkan kalian jika ada waktu luang," tambahnya.

"Hah? Kami akan mengawasinya lagi? Apa pemimpin klan juga berkata begitu?" tanya Rikuto yang kira akan terbebas dari kakak menyusahkan itu dan kembali ke kehidupan normalnya.

"Untukmu, Naoto sudah memerintahkannya. Untuk kalian berdua, Naoto memang menyuruh kalian untuk melanjutkan tapi konfirmasi lagi pada pemimpin kalian masing-masing."

Rikuto menghela napas lelah. Ia tidak bisa memprotes jika kepala klan Higa sudah membuat keputusan.

"Kalau semuanya sudah siap, kemas barang kalian. Besok Tuan Yuushu dan Tuan Sumizome akan sampai di sini dan akan langsung memulai perjalanan lagi. Kalian bisa bubar sekarang," ujar Dai lembut.

Ketiganya mengangguk hormat lalu keluar dari ruangan.

Di dalam, Dai membuka laci yang menyimpan barang pribadinya. "Tubuh Tuan Sumizome ya," gumamnya.

Dari dalam laci, ia mengeluarkan sebuah kalung sederhana dengan liontin bunga sakura. Di tengah bunga itu terdapat seekor ular merah kecil. Ini adalah kalung yang ada bersamanya ketika Yuushu membawanya kembali ke kota Yurihana. Kalung ini merupakan tanda yang mengingatkan keanggotaannya sebagai Klan Ine selain warna matanya.

Kalung itu begitu indah dan menenangkan hati Dai setiap kali ia melihatnya. Mengingatkannya pada sesuatu yang begitu hangat dan lembut. Ingatannya kabur tapi karena ia selalu tenang melihat kalung ini, ia menggunakannya sebagai jimat keberuntungan.

"Apa aku bisa mengetahui siapa pemiliknya kalau aku bertanya pada Tuan Sumizome?" Ia berharap begitu. Dimasukkannya kalung itu ke dalam kantung lengannya lalu berjalan kembali ke meja kerja, meneruskan pekerjaannya yang belum selesai.

*****

"Hah ... alis berkerut! Aku harus tidur di mana?!" Sumizome menusuk-nusuk pinggang Yuushu yang sudah berbaring di atas tempat tidur.

Yuushu menendang Sumizome hingga ia terduduk kembali di atas lantai kayu. "Tidur di atas lantai," perintahnya lalu kembali memfokuskan diri untuk tidur.

"Hah?! Kalau begitu beri aku kamar sendiri!" protes Sumizome.

Yuushu tidak menjawab. Lebih tepatnya, ia pura-pura tidak mendengar.

"Woi!" Sumizome dengan geram berjalan mendekati Yuushu lagi. Walaupun bokongnya masih sakit karena terbentur berkali-kali, ia menggoyang-goyangkan tubuh Yuushu. "Beri aku kamar lain!"

"Berisik!" Yuushu kembali menendangnya lagi.

Kali ini Sumizome berhasil menghindar. Yuushu bangun seraya mendengus kesal. "Aku tidak mungkin membiarkanmu punya kamar sendiri! Cepat tidur di lantai!" perintahnya, berusaha menggunakan aura seramnya untuk menundukkan Sumizome.

Searching for the Truth [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang