Chapter 05 (2)

163 27 4
                                    

"Hari ini kita akan belajar menggunakan jurus penyembuhan tingkat rendah." Yuushu berdiri di depan kelas yang berisi sekitar 20 orang murid tahun pertama, mengajarkan jurus-jurus dasar. Jurus-jurus dasar mudah digunakan karena memerlukan kekuatan spiritual yang kecil sehingga tidak membutuhkan alat sebagai bantuan.

Angin lembut membawa beberapa kelopak bunga sakura yang masih bermekaran masuk ke dalam ruang kelas melalui jendela-jendela yang terbuka. Angin itu juga menerpa jas luar panjang berwarna abu-abu bercorak gelombang air mengalir yang dikenakan Yuushu. jas luar itu adalah pakaian para guru di sini dan yang digunakan Yuushu lebih mewah dari milik guru lain karena posisinya yang tinggi.

Yuushu berjalan kecil sambil melihat para murid yang mengeluarkan buku yang sedikit tebal bertuliskan "Jurus Penyembuhan Tingkat Rendah" pada sampul bukunya. Buku tersebut merupakan bagian dari buku kumpulan jurus tingkat rendah 2000 halaman itu. Agar mudah di bawa, buku itu dibagi lagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan kegunaan jurus tersebut. Hal ini baru diterapkan setelah sekolah ini dibangun selama beberapa tahun.

Para murid sibuk membuka halaman pertama dari buku itu karena mereka memang baru memasuki bagian jurus penyembuhan hari ini. Mengecek semua murid telah siap, Yuushu melanjutkan.

"Jurus penyembuhan tidak memerlukan kekuatan spiritual yang memiliki daya penghancur seperti yang biasa kalian gunakan untuk bertarung, tapi itulah yang membuatnya susah untuk digunakan. Ada yang tahu mengapa seperti itu?"

Seorang murid dari klan Kamida mengangkat tangannya. Yuushu mempersilahkannya menjawab.

"Itu karena kita harus menggunakan kendali yang lebih besar dalam menggunakan jurus penyembuhan," jawab murid itu dengan penuh semangat.

Yuushu mengangguk dan baru saja mau menambahkan jawaban muridnya, kata-katanya disela.

"Heeehhh ... begitu. Mengapa butuh lebih banyak kendali. Beritahu aku~ Guru alis berkerut sepanjang masa."

Kening Yuushu langsung berkerut semakin dalam. Urat-urat di sekitar dahinya sampai muncul ke permukaan.

"Ka—kau! Gu—guru besar, maaf, kami akan menarik orang ini keluar secepatnya," ujar Rikuto yang sesegera mungkin berlari ke arah Sumizome yang entah sejak kapan sudah duduk di salah satu kursi kosong yang dimiliki kelas itu.

"Eh~? Tidak mau! Aku kan ke sini untuk mendengar pelajaran dari Guru alis berkerut sepanjang masa!" seru Sumizome, mengeratkan genggamannya pada meja dengan erat.

Rikuto berusaha menarik Sumizome pergi tapi usahanya sia-sia. Sumizome tidak bergerak satu senti pun dari tempat itu. Murid-murid junior lain semuanya menatap ke arah mereka. Ada yang bingung, ada yang menahan tawanya, ada yang mulai horor karena melihat Yuushu yang mukanya semakin menyeramkan.

Sumizome yang ditarik terus merengek, tidak mau pergi seperti anak kecil. Di ambang pintu, Akio yang baru sampai langsung membantu Rikuto sedangkan Towa tetap berdiri di ambang pintu sambil tertawa terbahak-bahak melihat tingkah orang tua yang sangat tidak cocok dengan umurnya itu.

"Towa! Jangan hanya tertawa dan bantu kami!" seru Rikuto marah. Walaupun Akio sudah ikut membantu, Sumizome tetap tidak bisa digerakkan.

Kekacauan semakin menjadi-jadi hingga Dai yang biasanya hanya duduk di luar kelas, menunggu pamannya selesai mengajar ikut masuk ke dalam. Ia kaget melihat Sumizome yang seharusnya terantai di dalam ruangan, sudah berada di sana. Kedua tangan dan kakinya masih terpasang bekas borgol dengan tali rantainya yang sudah patah. Sepertinya bocah itu mematahkan rantai borgol secara paksa dan lari keluar dari sana tanpa bisa dihentikan tiga murid senior yang menjaganya.

Dai menatap Yuushu dan melihat pamannya yang berusaha menenangkan diri dengan menarik napas dalam-dalam. Yuushu lalu berdeham keras sehingga ruangan itu menghening.

Searching for the Truth [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang