tiga (A)

141 31 0
                                    

Original story by Wira Yunila

Tahun terbit: 2013

Happy Reading!

Suara burung memecah pagi. Keheningan tiba-tiba berubah menjadi hiruk-pikuk gesekan piring, ataupun sekedar bunyi kran air. Jam menunjukkan pukul 6. biasanya pagi seperti ini, Jessica, Ibunya  Sinb sudah mulai memasak di dapur dengan celemek bermotif kartunnya. Ayahnya sudah memulai berdandan untuk memasuki ruang kerjanya yang terletak di belakang rumah.

Asap mengepul di atas gelas. Secangkir teh itu sudah mampu menjadi teman yang baik bagi mereka untuk menikmati waktu pagi yang cerah ini.

"Ibu..." Sinb mengeluarkan suara yang terdengar masih serak basah. Wanita itu berhenti memperbaiki posisi bunganya begitu mendengar gadis itu memanggil. "Apakah Ibu pergi kerja hari ini?" sambungnya.

Wanita setengah baya itu tersenyum kecil, kemudian beranjak menuju anaknya yang tengah duduk di atas kursi kayu dalam rumah.

"sebentar lagi kau akan pergi ke Asahikawa. Apakah menurutmu Ibu masih akan ke kantor hari ini?"

Gadis itu hanya menundukkan kepala, tidak tahu apa maksud ucapan Ibunya.

"Ya tidak Sinb.. Ibu sudah minta izin untuk tidak bekerja hari ini. Mana mungkin Ibu melepasmu ke Asahikawa sendiri?" ia tersenyum lagi. "Paling tidak Ibu akan mengantarmu, meski hanya sampai stasiun densha."

*densha: kereta listrik

"Benarkah? Kenapa tidak langsung ke tempat Bibi Yoona saja? Bukankah Ibu sudah lama tidak bertemu dengannya?"

"Belum sekarang. Ibu perlu ke mebel nanti siang. Ofuro kita sudah pecah dari beberapa hari kemarin. Lagian Ibu masih kerja dan tidak mungkin Ibu menginap di tempat Bibimu."

Sinb memperlihatkan tampang kecewanya.

"Kalau kau mau, ajak saja Hyunjin ke sana." wanita setengah baya itu menambahkan.

"Tidak perlu Bu. Tapi kapan-kapan Ibu harus ke sana ya?'

Wanita itu mengangguk, mengiyakan perkataan gadis itu. Dengan tenang ia memeluknya.

Sinb belum terbiasa jauh dari keluarganya. Apakah dia akan betah tinggal di sana? Ada secercah kecemasan dalam hatinya. Apakah dia yang akan merasakannya atau anaknya sendiri. Tapi yang pasti, hidup tanpa Sinb di dalam rumah itu pasti tidak akan menyenangkan. Terasa hambar. Bagaimanapun juga dia menyadari bahwa anaknya membutuhkan pengetahuan.

Sinb kembali menghirup suasana pagi. Sesekali ia mengarahkan cangkir teh itu ke mulutnya. Asap yang mengepul di atas cangkir teh tampak mulai mengabur. Ia langsung berdiri menuju dapur begitu isi cangkirnya habis.

"Memangnya ongkos kereta ke tempat Bibi berapa Bu?" terdengar Hyunjin melontarkan pertanyaan.

"Tidak begitu mahal."

"Kalau begitu, kenapa Sinb nuna tidak pulang sekali tiga hari saja?" tanyanya lagi. "Bukankah itu akan lebih menyenangkan?"

"Memang menyenangkan. Tapi bagaimana nanti sekolahnya kakakmu? Dia pasti sangat sibuk karena harus bolak-balik ke rumah."

"Benar juga. Sinb nuna nanti akan pulang ketika dia libur?"

Sinb yang mendengar percakapan mereka langsung menyanggah. "Begitulah. Kamu pasti sangat merindukanku nantinya."

Hyunjin langsung berbalik ke arah belakangnya. "Asalkan setiap pulang nuna membelikanku oleh-oleh saja."

Sinb tersenyum sendiri, kemudian mengalihkan pandangan ke arah wanita itu. "Ibu, barangnya sudah aku persiapkan. Ibu juga sudah siap-siap bukan?"

From Manga With Love  • H E B × J J H • Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang