Original story by Wira Yunila
Tahun Publish: 2013
Happy Reading!
⚠️ Typo!!Sinb terbangun, ia berpikir tengah bermimpi mendengar orang berteriak dan terlihat gaduh di lantai satu rumah. Ia melongok jam dinding, jam sebelas. Suara itu terdengar samar ditelinganya. Dengan hati-hati ia keluar dari kamarnya dan menuruni tangga. Ia mencoba mendengarkan apa yang mereka perdebatkan dari balik dinding tangga.
"Sudahlah suamiku. Jangan terlalu memarahi Jaehyun seperti itu!"
"Jangan membelanya saat dia berbuat salah!" Ia berkacak pinggang. Wajahnya memerah menahan amarah.
Jaehyun tampak menundukkan wajah di depannya. "Ayah aku harus berapa kali mengatakan kalau aku sama sekali tidak melakukannya." Ia mengucapkannya dengan tenang.
"Omong kosong. Kalau kau tidak melakukannya, kenapa dia menangis-nangis kesini dan mengatakan perhiasannya hilang karena kau ambil?"
Sinb terperanjak mendengar penuturan lelaki itu. Ia menelan ludah dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang didengarnya tidaklah benar.
"Sudahlah, jangan memarahinya seperti itu. Biar Jaehyun menjelaskannya!"
"Menjelaskan? Dari tadi ia hanya mengatakan kalau dia tidak melakukannya." Ia menghirup napas. "Tapi dia tidak menjelaskan kenapa temannya itu bisa mengatakan seperti itu!"
"Mungkin aku tidak bisa membuktikannya, tapi aku tidak pernah melakukan itu." Jaehyun menatap lelaki itu dengan tatapan lirih.
"Sudahlah. Percuma saja!" Ia mendesah. "Aku seharusnya berpikir dua kali untuk mengangkatmu sebagai anak jika tahu akhirnya dia menjadi seorang pencuri rumahan." Ia melontarkan kata-kata itu, kemudian hilang masuk ke kamarnya.
Jaehyun tertunduk kaku di tempat berdirinya. Ia merasa badannya seketika lemah. Matanya berkaca-kaca dan ia langsung terduduk di lantai. "Akhirnya, Ayah mengatakannya juga!" Gumamnya lirih. Air mata sudah membanjiri matanya.
Sinb semakin tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia merasakan udara menyesak penuh di rongga dadanya. Ia merasakan sekujur tubuhnya dingin. Matanya mulai berkunang-kunang.
Wanita setengah baya itu duduk hingga setinggi Jaehyun. "Jaehyun, jangan hiraukan ucapan Ayahmu!" Ia memeluknya dengan erat. Matanya tampak berkaca-kaca. "Kau tahu sendiri bagaimana Ayahmu jika dia sedang emosi."
Jaehyun merebahkan kepalanya di pundak wanita itu. "Tidak Bu, Ayah benar. Sepatutnya kalian tidak mengambilku di panti asuhan waktu itu."
Wanita itu mengangkat wajahnya dan menatap lekat ke arah wajah yang berada di depannya. "Cukup sekali ini Ibu mendengar kau mengatakan itu. Kau adalah anak kami. Sampai kapanpun tetap begitu." Ia menangis terisak dan memeluk anaknya itu dengan tambah erat.
Mata Sinb dipenuhi oleh air mata menyaksikan kejadian itu. Ia memilih untuk naik ke loteng, ke kamarnya dibandingkan terus melihat drama yang sangat menyedihkan itu. Ia menumpahkan kesedihannya di dalam kamar.
Inikah yang kau maksudkan dengan kau masih beruntung dibandingkanku waktu itu? Sinb bergumam lirih. Ternyata kau begitu menderita dibandingkanku! Ia membenamkan wajahnya dalam selimut. Tapi apakah dia benar mencuri? Apa yang dia curi? Bukankah dia sudah mendapatkan uang yang cukup dari Bibi? Ia semakin kalut.
Ia menghentikan desahan tangisnya begitu mendengar langkah seorang menaiki tangga. Sejenak kemudian suara itu menghilang. Dengan hati-hati ia mnguntit di balik pintu. Ia melihat Jaehyun tengah berdiri lemah di tepi balkon. Menatap langit Asahikawa yang dikerumuni oleh bintang. Suara desahan tangis lelaki itu terdengar samar olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Manga With Love • H E B × J J H •
FanfictionMenjadi seorang mangaka adalah impian Sinb dari kecil. Tapi, ia minder dan putus asa lantaran tidak bisa menggambar dan terus dipermalukan oleh teman-temannya. Akankah Sinb berhasil mewujudkan mimpinya? ... dan bagaimana pula kisah cinta mengharukan...