Original story by Wira Yunila
Tahun terbit: 2013
Happy Reading!
Gadis itu masuk ke kamarnya, seketika itu pula pintu terdengar berderit hampir menjerit. Laki-laki dan perempuan setengah baya terdiam di atas bantal kecil di samping meja setinggi betis. Mereka saling pandang, kemudian menunduk seperti memperhatikan kedua tangannya.
Suara hening, hanya terdengar gesekan ranting sakura yang mulai berguguran. Bunga kecil itu tampak mekar beberapa hari kemarin. Tapi, hari ini dia terlihat tak seperti biasanya. Begitu rapuh terkena angin.
"Bagaimana ini? Sinb terlihat tidak menyukai pendapat kita"
Ia melihat sekilas ke lelaki yang duduk di depannya. Laki-laki itu menghembuskan napas panjang, seperti berpikir. Mencerna apa yang disampaikan oleh istrinya itu.
"Jessica, jangan terlalu cemas melihatnya. Sinb sudah besar. Dia akan memikirkannya lagi."
Ucapnya pelan, kemudian berlalu dari hadapan wanita itu. Menghilang, setelah menggeser fusuma kemudian menariknya lagi.*panel berbentuk persegi panjang yang dipasang vertical pada rel dari kayu, dapat dibuka atau ditutup dengan cara didorong
Setengah gelas teh hijau seakan malu, diperhatikan oleh wanita itu. Bukan tehnya. Pikirannya tengah berkecamuk. Tidak tahu apa yang harus dia lakukan terhadap anak perempuannya.
Hwang Eunbi atau Sinb, anak gadisnya itu menginginkan tinggal di Sapporo, hanya dengan sekolahlah agar ia bisa menikmati kehidupan disana. Tapi bagaimanapun juga, dia masih 19 tahun. Mana mungkin mereka mengizinkannya tinggal di kota yang begitu besar di Hokkaido? Siapa yang akan menjaganya disana? Siapa yang bisa memastikan dia akan baik-baik saja? Siapa yang memastikan dia mendapatkan pergaulan yang baik disekolahnya? Lalu, siapa yang akan menjaganya jika dia jatuh sakit? Jawabannya hanya satu, tidak ada seorangpun.
Dia hanya melanjutkan sekolah di Asahikawa, kota wisata yang berjarak tak terlalu jauh dari Lugaeshite dia akan aman-paling tidak ada yang menjaganya-ada bibinya, Yoona yang akan merawatnya. Dia adalah wanita yang baik untuk semua orang. Perawakannya yang tenang akan membuat Sinb nyaman disana. Itulah yang dipikirkan oleh wanita itu, tak beda pula dengan yang dipikirkan suaminya. Tapi apa mau dikata? Sinb terlihat tidak sepakat tentang hal ini. Dia lebih memilih kota Sapporo meskipun tidak ada yang menjaganya disana.
Mungkin ada alasan serius kenapa dia mengingikan ke sana. Wanita itu berpikir begitu. Pasti ada alasan kenapa dia lebih memilih ke Sapporo. Kakinya meninggalkan bantal kecil itu, berlalu menuju kamar yang berada paling ujung. Lebih tepatnya lagi disamping kamar Hyunjin.
Gadis itu mendongak ke arah pintu, kemudian memaksakan tubuhnya berdiri turun dari kasur.
"Okaasaan" (Ibu)
Wanita itu hanya tersenyum kecil mendengar penuturan kecil dari anaknya. Kakinya mulai elangkah masuk dan mendekat ke arahnya.
"Sinb, Ayah tidak bermaksud memaksa." Ia membelai rambut bergelombang gadis itu.
"Dia hanya memikirkan yang terbaik untukmu. Di Asahikawa memungkinkan untuk itu."
"Ibu juga berpikir seperti itu?"
Gadis itu mengeluarkan suara dengan hikmat, menatap ke wanita setengah baya itu.
Tidak ada jawaban, hanya ada sedikit anggukan kecil darinya. Melihat bahasa isyarat itu dia sudah menerka apa jawabannya.
"Tidak perlu cemas, aku akan memikirkannya lagi, Okaasan." cecarnya sambil memeluk wanita itu. Dia tengah berpikir untuk melupakan saja mimpinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Manga With Love • H E B × J J H •
FanficMenjadi seorang mangaka adalah impian Sinb dari kecil. Tapi, ia minder dan putus asa lantaran tidak bisa menggambar dan terus dipermalukan oleh teman-temannya. Akankah Sinb berhasil mewujudkan mimpinya? ... dan bagaimana pula kisah cinta mengharukan...