tujuh

93 21 4
                                    

Original story by Wira Yunila

Tahun publish: 2013

Happy Reading!!


Ia mendapati cowok itu setengah tertidur di atas kursi. Seragam putih dengan kotak-kotak merah tampak masih menggelayut di badannya.

"Apakah kau lapar? Mau aku masakan telur mata sapi kesukaanmu?" Tidak ada balasan.

"Jaehyun kau terlihat sangat kelelahan."

"Apa pedulimu?" Jaehyun mencoba menegakkan tubuhnya. Ia menatap Sinb dengan pandangan sama, tenang dan dingin. Membuat gadis itu tidak mampu menatap mata yang hitam pekat itu.

"Aku hanya mencoba bersikap baik." ia menundukkan wajah. Ia tidak menyangka ternyata Jaehyun memberikan tanggapan seperti itu terhadap niat baiknya.

"Jangan begitu baik padaku!" ia mengusap rambut acaknya dengan agak kasar. "Aku bisa masak sendiri!" Ia mengambil tasnya dan mendorong pintu dengan agak keras.

"Kenapa dia? Sensitif sekali." Sinb manggut-manggut sendiri melihat lelaki itu. Tiba-tiba, ponselnya terdengar bergetar dari dalam saku bajunya.

"Sinb-ya.." terdengar suara dari ujung ponsel. "Kau tidak lupakan?"

"Apa?" Sinb menjawab dengan kening berkerut. Ia mengingat-ingat lagi apakah dia pernah memiliki janji dengan Jungwoo. Kemudian ia mendapatinya. "Oh, itu.. maaf Jungwoo-ya. Nanti malam kan?"

"Akhirnya kau mengingatnya juga." Ia menghembuskan nafas lega. "Nanti malam aku jemput ke rumahmu. Jadi, kau harus menungguku pada jam tujuh."

Ia mematikan sambungan.

Andai saja Jaehyun bisa bersikap lebih baik lagi padaku. Ia berpikir sejenak. Seperti Jungwoo misalnya? Oh, aku tidak bisa membayangkannya!

Ia menaiki tangga. Perasaannya masih tidak tenang melihat sikap Jaehyun. Apakah dia sedang ada masalah? Andai saja dia mau bercerita, tentu saja aku akan mendengarkan setiap kegelisahannya. Bahkan jika dia mau, aku akan melakukan apapun untuknya..

Ia setengah tidak percaya dengan apa yang dipikirkannya. Oh, Sinb kenapa kau begitu payah? Memikirkan hal yang begitu rumit untuk dibayangkan. Ia menceroteh sendiri. Ia mengingat sesuatu, ia membuka laci dan mengambil buku berwarna biru dengan motif bunga sakura putih. Ia mulai merangkai kata, memasukkan apa yang tengah menari-nari dalam benaknya. Karena dengan itulah ia bisa menghilangkan sesak yang mulai menusuk di dadanya.

Dear ..

Coba kau bayangkan betapa bodohnya aku. Diam-diam mengagumi sosok Jaehyun. Bukan karena dia mengingatkanku tentang Taeyong, tapi lebih karena dia sangat tenang. Aku juga tidak begitu paham kenapa aku bisa menyukai cowok sepertinya, tapi ini benar-benar kenyataan! aku menyukai cowok dingin dan tidak bersahabat. Tapi bagiku, Jaehyun tidak terlalu buruk, ia sebenarnya adalah orang yang baik. Ia tidak akan tega melihat orang menangis. Itu hasil penelitianku. Pertama, saat dia menolong kakek Suji dan yang kedua ssaat melihatku menangis merindukan Ibu. Aku tahu, waktu itu ia berusaha menghiburku, meski dia terlihat masih saja membuatku muak dengan kata-katanya.

Sebenarnya aku menyadari bahwa Jaehyun adalah seorang sepupu, apa kata Ibu jika dia mengetahui kalau aku menyukai anak adiknya sendiri. Jikapun dia memperbolehkannya, tetap saja aku tidak enak dengan Bibi dan Paman. Yang lebih penting lagi, seharusnya aku menyadari kalau dia tidak mungkin menyukai gadis sepertiku. Ia memiliki selera yang tinggi. Cewek cantik, pintar, tinggi, dan mungkin saja dia menyukai cewek yang terlihat seksi dibandingkanku yang tidak bermode sama sekali. Mungkin seperti Rose yang dia panggil sayang waktu itu

From Manga With Love  • H E B × J J H • Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang