15

654 54 0
                                    

Taeyong dan Jaehyun masuk ke kelas, Taeyong masuk lebih dulu lalu Jaehyun. Sekarang sudah saatnya pulang jadi mereka ingin mangambil tas lalu pulang.

"Aku ingin ke cafe dulu. Kamu harus ikut".

Jaehyun menoleh kearah Taeyong yang sudah menatapnya tajam, menunggu jawaban tapi bukan penolakkan.

"I-iya, ayo kita ke cafe".

Taeyong menatap kesal Jaehyun dan jalan lebih dulu keluar kelas, sedangkan Jaehyun hanya terus merutuki dirinya yang bodoh.

Di lorong kelas terlihat cukup sepi karena saat mereka kembali ke kelas hampir semua temannya sudah pulang.

'Sepinya, aku mau ajak bicara Taeyong dan juga minta maaf. Tapi rasanya sekarang bukan saat yang tepat'

Jaehyun mengikuti Taeyong dalam diam, sampai mereka keluar gerbang sekolah.

Mereka berdua sama-sama diam, sampai akhirnya Taeyong membuka pembicaraan tepat didekat pertigaan.

"Jaehyun".

"Iya, kenapa?".

Jaehyun menpercepat langkahnya agar dekat dengan Taeyong yang tidak jauh didepannya.

"Maaf, soal yang diperpustakaan. Aku hanya sedang kesal dan kau tau kan kalau aku sedang kacau".

"Jadi, soal bayaran atau apapun itu. Sudah lupakan saja, dan jangan ungkit lagi".

Jaehyun diam, dia tidak tau apa yang harus dia katakan. Entah ini salahnya atau salah Taeyong, dia binggung.

Jaehyun menjernihkan pikirannya sejenak dan menepuk pundak kecil Taeyong lembut.

"Aku yang salah, semua salahku. Aku yang salah, jadi kamu jangan meminta maaf yang harus nya minta maaf itu aku bukan kamu".

"Aku yang nggak bisa mengerti situasinya, jangan merasa bersalah. Oke".

Taeyong terdiam mendengar kata-kata Jaehyun, jika boleh dia ingin memeluk Jaehyun dan menangis didalam peluknya tapi dia tahan.

Karena dari tadi ada yang mengikuti mereka tidak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang.

"Jaehyun".

"Iya".

Jaehyun menatap dalam Taeyong, tapi Taeyong menatap Jaehyun seakan memberi sebuah kode.

Jaehyun yang sadar dengan kode segera menanyakan Taeyong dengan panik.

"Ke-kenapa?".

"Apa kamu masih kuat bertarung?".

"Eh?!".

Taeyong menepis tangan Jaehyun dn memunggut batu kecil dan melemparnya ke tiga arah yang berbeda.

Tak

Tak

Tak

Jaehyun memperhatikan sekeliling seraya membuang tasnya ke pinggir jalan.

"Ada berapa banyak?".

Jaehyun gugup, mungkin akan lebih melelahkan dibanding perkelahiannya di kantin tadi.

"Sekitar 12 orang".

Taeyong menjawab Jaehyun dengan tenang seraya menyiapkan diri. Akhirnya ada yang dia pukul, rasanya tangannya gatal belum memukul orang selama beberapa hari.

"Apa?!. Wah sepertinya kita akan berakhir di rumah sakit, setelah ini Taeyong".

"Halah, cuma 12 orang lagi pula kita bisa berbagi. Bukan begitu?".

"Semoga saja".

Jaehyun makin gugup tapi yang paling penting sekarang, dia harus bersiap untuk melindungi dirinya dan juga Taeyong.

Tidak lama beberapa orang keluar dari persembunyiannya, tepat dari arah lemparan batu Taeyong.

Benar semua ada dua belas orang, empat orang dari masing-masing arah.
Dan dari banyak kerumunan itu ada orang yang tadi Jaehyun pukul dikantin.

Dan juga orang yang kemarin dia temui dengan Taeyong. Johnny Seo.

"Hey, Yuta. Siapa yang memukulmu sampai separah ini?".

Johnny menatap remeh Jaehyun dan Taeyong, karena dia tau kalau Jaehyun dan Taeyong akan kalah dari segi jumlah dan kekuatan.

"Itu dia. Si pacarnya Taeyong".

"Ah, si pecundang itu".

Johnny semakin memandang rendah Jaehyun, dan suasana perlahan memanas.

Tapi ditengah itu Taeyong malah menghela nafas kasar dan berjalan kedepan Jaehyun. Menutupi Jaehyun dari Johnny.

"Oh, jadi ini anak buahmu Johnny?. Ah pantas lemah, ketuanya saja sampah".

"Kalau nggak setuju. Maju sini, gua buat patah tuh tangan sekalian".

TBC

Scommessa | JaeYongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang