Cast : Park and Kim (Kim siapapun terserah)
[Berisikan monolog dan minim dialog]
***
Aku nggak pernah sesemangat ini dalam hidup. Ada tipe orang yang sangat bersemangat bila mendapat nilai bagus, ada juga yang bersemangat bila bisa makan makanan favoritnya, ada yang bersemangat saat bisa mencapai target, ada yang bersemangat bila berhasil merebut kebahagiaan orang lain, ada yang bersemangat saat- yah pokoknya ada banyak jenis semangat di dunia ini, tetapi mereka tetap bukan golonganku sih karena aku nggak pernah semangat dalam melakukan rutinitas atau capaian membanggakan. Nggak pernah sama sekali. Cuma kali ini, aku sangat bersemangat. Kalian penasaran nggak, sih?
Ada baiknya kita itu nggak boleh penasaran sama urusan orang lain, kata ibuku begitu.
Namun tak apa, khusus kali ini aku akan bagi kabar bahagia pada kalian. Sekalian mau sombong nih. Haha.
Aku tuh sebenarnya ...
Sekarang ...
Tuh ...
Hm ...
Apa sih kok nggak bersemangat gitu? Katanya mau tahu?
Ayo coba kalian tunjukkan wajah yang manis.
Hah? Nggak bisa? Duh, gimana mau punya pacar kalo nunjukkin wajah pakai senyuman Pepsodent aja nggak bisa?
Gurlsss, kalian harus lebih percaya diri dengan apa yang kalian miliki. Sip. Pede aja walau kalian nggak secantik aku, Roseanne Park anaknya juragan lele.
Oke, oke. Kita fokus lagi untuk membicarakan diriku yang sangatlah stunning ini. Jadi sebenarnya tuh aku mau cerita kalo kemarin aku habis di ...
L A M A R!
Hehe. Iya, habis dilamar. Bayangkan, bagaimana bisa aku langsung tak merasa sombong setelah si Kim gila itu memintaku dengan manis pada bapak dan ibu? Hanya saja aku tak bisa terlalu over dalam hal ini karena takutnya setelah koar-koar kebahagiaan malah batal kawin. HII AMIT BANGET DEH!
Cuma ya gimana, namanya orang habis dilamar 'kan selalu mengumbar kebahagiaan. Sekalian mau membungkam mulut para budhe yang selalu jahat dengan bertanya 'kapan rabi, nduk?'. Mohon-mohon maaf aja nih, aku sudah selangkah lagi menuju halal, anak kalian apa kabar?
(Kapan nikah?)Itu hanya tertera dari raut ekspresiku saat para tetua keluarga memberikan selamat kepadaku dan mas tunangan. Gila aja aku memberikan atensi permusuhan dengan mereka, bila nekat maka tahun depan aku tak akan lagi mendapatkan uang saku di kala lebaran datang.
Kalau ngomongin mas tunangan, nggak usah ditanya lagi gimana datarnya dia punya muka. Mau seneng, susah, marah, semua ekspresinya sama. Cara paling mudah untuk membedakan ekspresinya adalah bagaimana naik-turun alisnya. Kalau lagi marah, alisnya menukik tajam ke bawah. Kalau lagi seneng, alisnya melengkung. Kalau lagi ngambek, alisnya turun. Kalau lagi perang dingin, aku nggak tahu gimana bentuk alisnya karena dia sama sekali nggak mau nunjukkin wajah di hadapanku sampai emosinya reda.
Pernah kita perang dingin gara-gara aku bikin masalah sama dia-biasa, salah paham- dan berakhir dua minggu kita nggak bertemu ataupun bertukar sapa di WhatsApp. Dan yang rugi jelas aku, mampus aja pas lagi kangen banget dia malah marah.
Eh ternyata pas aku pc dia-akhirnya aku duluan yang minta maaf- dia lupa mau WhatsApp aku gara-gara sibuk sama kerjaan. Ampun deh, seandainya aku wa seminggu sebelumnya itu kita bisa haha-hihi cuddle-an dong kayak biasanya? Ah, capek. Dari situ kalo aku lagi buat salah dan bikin dia marah, langsung cepat-cepat minta maaf biar nggak perang dingin segala.
KAMU SEDANG MEMBACA
911, Call Center
FanfictionKumpulan oneshots / twoshots Rosé dari founders #teamorosie ✧