Kecupan itu

208 136 55
                                    

Teman-temannya berteriak dan langsung lari menuju pantai begitu motor-motornya diparkirkan. Arsy tersenyum melihatnya, "sebahagia itu mereka"

Denis berjalan disampingnya "nginep juga gak Sy?" tanyanya.

"Mana bisa Nis, lagian kesininya juga dadakan", jawab Arsy.

"Sayang banget, padahal nanti malem aku mau ajak mereka pesta kecil-kecilan"

Pikiran Arsy melayang jauh, mengingat Denis yang pernah tersandung kasus dulu yang membuatnya di DO.

Apa mungkin yang dia maksud pesta kecil-kecilan itu ada hubungannya dengan itu?
Tapi sepertinya Denis sehat-sehat saja, mungkin dia sudah tidak seperti itu lagi? Lantas apa ini ada hubungannya dengan teman bandel yang dimaksud Ramon?

Semua pertanyaan itu muncul dalam pikiran Arsy, tidak mau terjadi sesuatu dengan Ramon.

Citra memanggilnya "Arsy, ganti baju gak?" Arsy mengangguk dan berlari menghampiri mereka.

Keluar dari ruang ganti, Arsy mengenakan celana pendek berwarna merah dan blose bertali berwarna hitam, rambutnya diikat kuncir kuda memperlihatkan lehernya yang jenjang, Citra yang menyadari ada liontin berinisial D dikalung Arsy bertanya "itu inisial siapa Sy?"

Arsy tersenyum, "inisial Ramon"

Hani ikut melihatnya, "kok D?"

"Iya dia salah beli, harusnya inisialku" jawab Arsy.

"Kamu gak curiga itu buat..."

"Husshhh" potong Hani.

Arsy tertawa, "biasa aja lagi, sku juga mikir kayak gitu. Tapi ya udahlah anggap aja dia lagi jujur salah beli" jawab Arsy.

"Arsy beneran polos ya. Sy, disana yang ngejar-ngejar Ramon tuh cewek-cewek agresif. Nih kalo ada kejadian kayak gini aku gak yakin si cewek bakal marah-marah" ujar Citra.

"Aku gak rugiin kan? Aku baik-baik aja dan itu cukup" jawab Arsy sambil tersenyum.

"Langka nih cewek kayak Arsy" ujar Hani lagi.

Mereka menyimpan barang-barangnya digazebo yang mereka sewa. Lalu berlari kearah pantai. Meskipun matahari masih cukup terik mereka bersemangat bermain ombak, berlari-lari saling mengejar.

Arsy duduk disamping gazebo. Ramon terlihat sudah membasahi setengah badannya saat ditarik oleh teman-temannya tadi. Arsy yang melihatnya dari kejauhan tersenyum, lalu merebahkan tubuhnya, memejamkan mata menghirup bau laut dan suara ombak serta desir angin yang seolah membiusnya.

Tak lama, ada suara nafas yang terdengar. Arsy membuka matanya perlahan. Wajah itu berada tepat diatas wajah Arsy, bola matanya bersinar kecokelatan, hidung mancungnya sedikit lagi menempel ke hidung Arsy, rambut tebalnya tersibak oleh kencangnya angin, melihatnya dari jarak dekat seperti membuat jantung Arsy berdebar-debar. Ramon seolah mendegarkan debaran itu, dia tersenyum melihat bibir Arsy yang sedikit tebal merona.

Arsy menggeserkan kepalanya lalu terbangun hingga posisi duduk, jantungnya seolah mau copot.

Ramon duduk disampingnya. Arsy menunduk memperhatikan kakinya Ramon yang kini hanya menggunakan celana pendek diatas lutut, "Cumi, itu bulu kaki sengaja dicukur?"

"Iya, biar kamu gak kegelian deket-deket aku" jawab Ramon.

Arsy tertawa, "hah? Ini seriusan karena itu kamu cukur?"

Ramon mengangguk, "geli ya liatnya? Aku abis tuh diejek sama mereka semua"

"Terus kamu kasih alasan apa ke mereka?"

"Jujurlah, cewek gue gak suka makanya gue cukur", ucapnya seperti sedang mengulang caranya berbicara kepada teman-temannya.

Arsy tertawa mendengar jawaban ringan itu, "iya mulus banget jadi kayak betis cewek"

Cumi & Kuya [Complete]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang