Malam yang hangat

226 140 59
                                    

Arsy dan teman-temannya baru sampai Cafetaria jam 19:20.
Sampai dilantai dua, Rizal terlihat duduk diatas panggung mengenakan hodie berwarna putih, wajahnya yang oriental berkulit putih tinggi semampai menggunakan skiny jeans membuat dirinya tampak bersinar.

Pandangannya mengarah kepada Arsy yang mulai duduk di bangku dengan meja dekat panggung. Melihat itu Rizal turun dari panggung, berjalan kearah Arsy sambil tersenyum.

"Hai semua, baru pada datang?"

"Ngisi nih?" tanya Erwin.

"Ngisi waktu kosong aja kak, sambil latihan" jawab Rizal.

Erwin tersenyum, "mantap, lanjutkan" serunya.

Rizal duduk disamping Arsy, membuka hodie nya dan menaruhnya di sandaran kursi "titip kursi ya biar gak didudukin orang"

Arsy menoleh, melihat Rizal yang kini hanya menggunakan tshirt polos berwarna putih.

"Okay, temen-temen kamu belum pada datang?"

"Cuma aku sama Sigit aja yang main bass. Cabutan aja yg lainnya dari homeband sini. Kenapa kamu mau join ngedrum?" tanya Rizal.

"Enggak lah, nanti pada bubar"

Rizal tertawa, "gak mungkin, yang ada fokusnya ke kamu doang nanti. Kamu gak liat disini kebanyakan pengunjung cowok? Homeband nya aja cowok semua, lihat cewek pasti seger deh. Kalian baru pada datang aja tadi udah banyak yang lirik apalagi kalo naik panggung?"

Erwin yang mendengar itu menanggapi, "naik Sy sana"

"Ih kakak kok gitu sih? Kita kesini kan cuma mau nongkrong aja"

"Cek ombak aja dulu sana, belum waktunya naik kan Zal?", lirik Erwin ke Rizal.

"Iya belum. Ayok!" ajak Rizal, menarik tangan Arsy "cek sound aja, yuk?"

"Enggak ah Zal, aku juga gak bawa stik drum" jawab Arsy yang memang meninggalkan stick andalannya dirumah Echi.

"Ada disana, tenang aja"

Dengan berat langkah akhirnya Arsy mau. Berjalan bersama Rizal, tangannya masih dipegang Rizal seakan takut jika Arsy tiba-tiba melepaskan tangannya dan berbalik.

Beberapa pengunjung yang menyadari hal itu merespon dengan siulan membuat Arsy nervouse seperti saat pertama kali manggung.

Sampai dipanggung, Rizal mengarahkannya ke drum. Seseorang yang sebelumnya duduk disana langsung beranjak, seolah tau maksudnya Rizal memberikan stik drum nya. Arsy mulai duduk menyesuaikan posisi senyamannya.

Sigit, basis nya Rizal tersenyum kerah Arsy. "Cek aja dulu kak, sama aku mau?"

Arsy mengangguk, lalu membetulkan posisi pedal agar bisa dia jangkau dengan baik. Setelah dirasa pas, Arsy mulai menggebrak sener perlahan lama-lama berirama disusul suara bass yang mengikuti irama itu. Rizal duduk menghadap ke arah Arsy, mengarahkan ponselnya seperti sedang memotret.

Arsy mulai menjamah pedal, rythem, kini terdengar sempurna diiringi suara bas yang semakin mantap. Teman-teman Arsy berteriak, "Arsyyy!"
membuat mata pengunjung berfokus ke panggung.

Arsy hanyut didalamnya, perasaannya tumpah dalam setiap gebukan stik dikedua tangannya juga pedal dikakinya. Sudah tidak peduli dengan orang-orang bahkan Rizal yang memperhatikan dengan sangat detail.

Setiap hentakannya terarah menciptakan nada sendiri. Sesekali terdiam sejenak untuk mendengar suara bass yang dimainkan Sigit, lalu disahutinya dengan gebukan selanjutnya.

Kini mereka sudah menjadi pusat tontonan, Arsy tak sadar masih tetap fokus pada permainannya sampai tak terasa dua menit berlalu, menutupnya dengan mulus berbarengan dengan bass.

Cumi & Kuya [Complete]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang