Tak ingin dekat

192 131 24
                                    

Langit kini sedang menunjukan sisi merahnya, sementara air laut membiaskan sinar cantik yang membuatnya kemilau. Arsy berdiri diujung teras vila yang cenderung seperti tebing menghadap pantai.

Sementara yang lainnya sedang menikmati hidangan yang disediakan di vila.
Benar kata Denis, selain bintang tamu, Fuji membawa semua band pengisi acara kesini. Bukan hanya untuk mengakrabkan mereka semua tapi ternyata untuk memperkenalkan bahwa Steve and friends juga dulu sempat dibawanya sebelum akhirnya dibawah label langsung saat ini.

Sejenak perkenalan tadi yang dibawa oleh Fuji membawa harapan indah untuk orang-orang yang ada disana, tapi tidak untuk Arsy.

Entah mengapa dirinya memang cenderung tidak terbuai akan sesuatu yang jauh untuk digapai. Biarlah semua berjalan dalam langkah-langkah kecil yang dia bisa, sampai mungkin langkah itu akan membawanya kesesuatu yang bahkah tak pernah ia bayangkan.

Perlahan Arsy menahan rambut panjangnya yang tersibak oleh angin yang cukup kencang. Mencoba mengambil nafas panjang seakan memang ingin meyimpan aroma laut dalam dadanya. Matanya terpejam untuk menderangar deru ombak dan angin yang bertuip ditelinganya.

Seseorang berdehem dibelakangnya, membuat Arsy berbalik. Cowok berambut gimbal itu menghampiri Arsy, membuat Arsy salah tingkah. Bukan apa-apa, Arsy memang selalu tak enak jika mengobrol berdua dengannya seperti saat ini.

Dirasa ini adalah tempat untuk menikmati pemandangan sendirian, tapi ternyata malah Steve yang memergokinya. Arsy hanya tersenyum simpul lalu membalikan badannya kembali kearah pantai.

"Seneng menyendiri ya?" ujar Steve yang kini berdiri disamping Arsy.

"Ini udah mau kesana kok, kak" jawab Arsy.

"Yah, aku ganggu ya?"

Arsy menggeleng, "gak lagi ngapa-ngapain juga, jadi apanya yang keganggu?"

Steve melirik Arsy lalu mendekat menatap wajahnya, "kamu denger orang-orang bicara apa tentang aku?" Tanya Steve yang membuat Arsy malah grogi didekati seperti itu.

Arsy sedikit mundur menjaga jarak.

"Tuh kan, kayak ketakutan gitu kalo aku deketin?" Tanyanya lagi kali ini sedikit tersenyum.

"Ih kak, bukan ketakutan tapi gak nyaman tau" celoteh Arsy, yang malah membuat Steve tertawa.

"Kok lucu sih kamu?"

"Maaf kak, gak tersinggung kan? Tapi gak ada yang ngomongin kakak kok"

"Abis aneh aja, kayaknya kamu sama yang lain kalo ngobrol biasa aja gitu?"

"Hmmm.. takut jadi sorotan aja. Nanti malah jadi gossip kan gak enak" jawab Arsy sembil tersenyum.

Steve ikut tersenyum memandang Arsy.

"Orang yang gosip nya dong yang salah, aku kan gak salah? Jadi jangan akunya yang dicuekin. Tapi gosipnya aja yang dicuekin" ucap Steve, "banyak yang bilang, katanya asyik lho ngobrol sama aku" ucap Steve lagi.

Arsy tertawa sambil tanpa sengaja menyenggol bahu Steve, "dih pede banget sih kak"

Steve malah ikut tertawa, "ih beneran, banyak yang bilang bukan beberapa orang doang"

"Iya tapi gak perlu diomongin dari mulut sendirilah, jadinya bukan kata orang-orang lagi. Tapi kata kak Steve sendiri" ledek Arsy yang kini mulai terlihat nyaman mengobrol dengan Steve.

"Oh ya salah dong ya? Yah, jadi gak keren ya kedengerannya?"

"Oh jadi bilang kayak gitu biar dibilang keren?" Tanya Arsy.

Steve mulai duduk dibawah teras tanpa alas apapun, mau tak mau Arsy mengikutinya karena canggung.

"Biasa aja dong Sy, aku sama kok kayak Fuji, Erwin, Cemen"

Cumi & Kuya [Complete]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang