Setiap penulis konon pernah mengalami kesulitan; kehilangan ide, gairah, kebuntuan plot, atau setidaknya hal remeh seperti ketidakmampuan menulis kalimat pembuka. Bahkan, Shugong, yang telah menulis ratusan tahun dengan ratusan alias juga ribuan buku juga mengalaminya.
Atau karena terlalu lama jadi penulis adalah penyebabnya? Aku tidak yakin.
Aku hanya tahu betapa frustrasinya dia dari gumpalan kertas yang menggunung di depan pintu, sudah kuceritakan bukan, bagaimana dia gemar menulis? Benar-benar menulis dengan tangan, bukan dengan mesin ketik atau perangkat apapun.
"Ini tidak buruk," kataku usai merampungkan bacaan kertas pertama, lalu kedua. "Ini bahkan brilian!"
Shugong hanya diam, menyesap darah yang kusuguhkan dengan es batu. Kulit vampir memang pucat, tapi dia benar-benar tampak seperti mayat yang kena azab. Kantung mata Shugong bahkan mungkin cukup untuk menampung semua luey yang kukumpulkan.
"Kemarilah."
Ugh. Aku tidak menyukai ini, umurku baru saja empat belas dan membuatku tak begitu suka dipangku—tak apa, situasi moodnya sedang buruk. Kali ini saja.
"Qiu, jangankan brilian, paragraf pembukaku ini jauh lebih payah daripada—" Shugong mulai menyebutkan deretan nama penulis paling buruk versinya, dari beragam zaman.
"Tapi, menurutku ini bagus, siapa sangka virus zombie datang dari kaus kaki yang tak kau cuci? Ahaha."
Shugong menghela napas, mendekapku dengan keputusasaan.
"Kau berkata begitu karena tak tahu apapun tentang sastra. Ini tidak bisa dibandingkan dengan—" dia mulai mengutarakan lagi daftar penulis hebat yang tak kutahu apapun tentangnya.
Pertama-tama, aku tidak tersinggung, tentang minimnya wawasanku, itu memang benar. "Dan ... Shugong tahu? Di luar sana, para pembacamu itu banyak yang sepertiku. Tak tahu menahu mengenai sastra, tapi aku yakin mereka akan menyukai tulisanmu. Seperti aku."
Maksudku, siapa peduli tentang tulisan orang lain? Shugong telah memiliki namanya sendiri, dan semua orang memiliki selera masing-masing. Ini bukan kompetisi lagi, bukan perebutan nobel, atau sesuatu yang mengharuskanmu menjadi yang terbaik.
"Kau selalu menulis untuk dirimu sendiri, lalu kau mulai peduli dengan pembacamu. Itu sudah cukup. Bisakah kau berhenti mencemaskan perbandingan itu?"
Shugong memang tak tidur berhari-hari, rambut panjangnya pun merebak tak beraturan, tapi setahuku dia tetap vampir yang tak butuh istirahat. Makanya, ketika kedua mata merahnya berkaca-kaca aku malah tertawa. Rasanya tak perlu kuungkap lagi bahwa jika pun suatu hari tak ada lagi yang menyukai tulisannya, aku akan tetap jadi pembaca setia.
Selalu.
"Aku mengerti." Senyum lelahnya kemudian tampak. "Terimakasih, Qiu."
Dan aku memukul kepalanya, sebelum berhasil menciumku.
"Shugong hentikan! Aku sudah besaaar."
"Hahaha."
.
.
Penulis: 3(Me-V) Qiu Ye
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa Bercerita
Short StoryAda satu semesta, dengan berlapis-lapis angkasa. Matahari-matahari pada tiap angkasa gemar dan lihai bercerita. Maukah kamu mendengar cerita mereka?