The Great Chicken Migration

18 1 0
                                    

Puluhan ribu ayam telah melintasi perbatasan Wadd dan Nauel. Tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan mereka bermigrasi—atau menginvasi—tanah lain. Kebanyakan dari mereka adalah jenis ayam petelur yang lepas dari peternakan di seluruh penjuru padang pasir. Menurut polisi, fenomena ini nyaris mustahil, mengingat mereka semua berasal dari peternakan yang berbeda sebelum membaur jadi satu.

Sampai berita ini diturunkan, ayam-ayam masih melompati air Sungai Eden, berusaha menyeberang. Kerugian peternakan ayam ditaksir mencapai miliaran Luey. Bukan hanya peternak yang panik, tetapi juga penduduk sepanjang wilayah yang dilewati rombongan ayam. Anak-anak mereka pulang dalam kondisi kacau setelah disosor habis-habisan saat main layang-layang.

Tahu, tidak? Sebenarnya semua ini salah Mamang.

Setelah memenangkan perlombaan fashion show ayam di Bazaar Besar Wadd, ia mendapatkan sebuah peluit misterius. Fungsinya masih belum diketahui. Tidak ada himbauan dari pemilik sebelumnya.

Sepanjang perjalanan, Mamang penasaran. Ia pun menggunakan benda itu seperti peluit pada umumnya. Meniupnya selagi memacu langkah dari Wadd menuju Akademi. Hitung-hitung membunuh bosan. Eh, hasilnya malah seperti ini.

Ia baru sadar diikuti ribuan ayam setelah menyeberangi Sungai Eden. Sekarang, polisi bingung harus mereka apakan ayam-ayam ini. Sudah mereka panggul pawang ayam untuk menggiring dan memanterai mereka agar pulang ke peternakan masing-masing. Sayang, belum ada hasil.

"Waduh, bagaimana ini, Mang?" tanya kepala polisi setelah satu jam Mamang menyerahkan diri. Pak Polisi cemas. Bukan karena pemilik peternakan mengamuk, melainkan karena jam kerjanya sudah berakhir. Seharusnya, dia sudah pulang dan menemui anak istri. Nyatanya, gara-gara ulah Mamang, dia mesti lembur sampai selarut ini.

Mamang mematung, tinggi menjulang, dan berkeringat. "Mana kutahu, Pak?"

"Saya tidak mau tahu. Cari cara mengembalikan mereka sebelum pagi tiba."

Si aurumean nyaris pingsan. Besok pagi tinggal sembilan jam lagi. Sedangkan ayam-ayam ini saja sudah melangkah lebih dari dua belas jam.

'Dahlah, pusing. Ditinggal tidur saja,' pikir Mamang. Pikirannya pening belakangan ini. Berkedut-kedut kepala besarnya. Mau minta ampun sama diri sendiri, tapi belum kelar perkara ini. Perjuangan tiga tahun meditasi hancur berkeping-keping.

Tenang. Fokus. Tarik nafas dalam-dalam, dan embuskan. Walhasil, Mamang malah ketiduran.

Untungnya, insiden ayam melintasi Sungai Eden hanya mimpi belaka. Mamang bangun di atas lantai. Ia memang tidur di lantai kamar karena kasurnya kekecilan. Dreamcatcha yang baru tiba di tangannya minggu lalu malah memberinya mimpi buruk. Ini kenapa, ya? Salah prosedur?

Mamang membaca instruksi pemakaian sekali lagi. Oh, ia baru ingat. Dreamcatcha-nya berpasangan dengan Naomi Kayo, dan sekarang si puan tengah menghilang.

Okay-dokay. Jadi, apakah mereka bertemu dalam mimpi?

Angkasa 21: 0 (D-C) Mamang Spakbor

Angkasa BerceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang