Chapter 14

113 49 172
                                    

|♉IG @fira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|♉IG @fira.prilia|

A/N Aktifkan musik video yang ada dimulmed🔝 biar tambah greget bacanya😄

Happy Reading♡♡

Sakit.

Sesak..

Begitu perih rasanya...

Bahunya bergetar tanpa komando. Air matanya sudah menggenang dipelupuk mata. Tangis yang sedari tadi berhasil anak ini tahan karena perdebatan dua orang dewasa yang entah kapan reda akhirnya lolos juga. Satu persatu bulir air mata berhasil melewati pipi tembamnya.

Tangan mungilnya bergerak tak tentu arah, menuntun pensil digenggamannya menari dengan paksa hingga menghasilkan coretan abstrak.

Buku yang harusnya digunakan belajar malah berakhir sebagai pelampiasan rasa yang begitu menyesakkan. Benar-benar menyakitkan. Sampai kapan ia harus mendengar kedua orang tuanya saling beradu mulut? Sampai kapan?

"Kamu itu selalu pulang malem gak ngurus anak gak ngurus suami! Kamu itu istri ga berguna!" teriak Dodi memaki di lantai bawah.

"Halah, ngaca dong mas! Ngaca! Kamu itu juga pulang ke rumah seminggu beberapa kali doang. Gak usah sok nasehati gitu!" pekik Rina.

"Heh berani ya kamu sama suami?! Mana tata krama kamu?! Aku tu kerja cari uang buat nyekolahain Gio! Buat kehidupan sehari-hari kita! Gak kayak kamu yang bisanya cuma ngehabisin uang!" Dodi benar-benar naik pitam.

"Oh jadi kamu keberatan aku pakai uang kamu?! Iya?! Oke aku bakal cari uang sendiri!! Dasar laki-laki brengsek!"

"Heh! Berani banget ngatain aku brengsek!! Jaga tuh mulut kamu!!"

"Loh emang bener kok! Kamu pikir aku ga tau kelakuan kamu diluar sana yang malah asik selingkuh hah!!!"

Plaaakk!!!

Tamparan keras mengenai pipi wanita beranak satu ini membuat ia langsung terjatuh kehilangan keseimbangannya.

Dodi menjambak rambutnya frustrasi, "Jangan sembarangan fitnah! Aku tu di sana beneran cari uang, banting tulang buat nyekolahain Gio!! Jangan nyalahin aku atas perbuatan yang kamu lakuin sendiri!!!"

"Kamu tuh yang selingkuh Rin!! Nyadar diri!! Dasar wanita murahan! Udah cukup ya, aku udah cukup bersabar sama kelakuan kamu itu! Detik ini juga aku talak kamu!" lanjutnya dengan keputusan final.

Tubuh anak kecil ini seketika membeku mendengar kalimat Dodi. Dia bukan anak bodoh yang sama sekali tidak mengerti apa ucapan ayahnya. Ia tau betul artinya.

Siang malam Gio berdoa pada Yang Maha Kuasa. Berdoa pada Sang Pencipta untuk memperbaiki hubungan kedua orang tuanya. Walaupun kecil kemungkinannya karena orang tuanya sama sekali tidak ada yang mengalah, tapi anak kecil ini tetap berharap.

Tapi sekarang apa??

Kenapa permohonannya tidak dikabulkan?

Kenapa??

Brakk!

Setelah membanting pintu dengan cukup keras, Dodi memilih pergi meninggalkan rumah bercat cream ini. Masa bodoh, ia benar-benar lelah.

Dengan langkah yang gontai serta tubuh yang gemetar ia segera menuruni tangga. Dihampirinya Rina yang bersimpuh di lantai lalu dipeluknya erat sang ibu.

Dalam rengkuhan anaknya Rina menangis sejadinya, "Ma-mamah.."

Tangis Gio ikut pecah, hatinya terasa tersayat mendengar tangisan Ibunya yang begitu pilu.

Rina mendekap anak kelas 2 SD ini. Ia tidak pernah menyangka bahwa rumah tangganya akan seperti ini.

"Gio ma-maafin mama sayang..." Setelah mengucapkan itu, Rina mengecup kening anaknya yang masih menangis. Dilepaskan rengkuhan anaknya secara paksa. Dengan segera ia menghapus air matanya.

"Ma-mama mau pergi, Gio nanti bisa ke rumah nenek kan?"

"Ta-tapi..."

Belum sempat Gio menyelesaikan kalimatnya, Rina sudah lebih dulu berlari ke luar rumah meninggalkan Gio yang sedari tadi meneriaki namanya. Rupanya di depan sudah ada taxi yang entah sejak kapan disana.

"Ma mamah... ja-jangan pergi.." lirihnya dengan terbata-bata. Kakinya terasa mati rasa. Ia masih tidak menduga kedua orang tuanya malah meninggalkannya sendirian disini. Kenapa mereka begitu egois?

"Tolong Ma hiks..."

Malam itu adalah malam terpahit bagi Gio. Jika ini mimpi bisa dipastikan ini adalah nightmare, mimpi buruk dalam hidupnya. Tapi sungguh disayangkan ini adalah kenyataan.

Anak kecil itu mengganti posisinya, ia bersujud diatas ubin marmer. Ia bisa merasakan sensasi yang begitu dingin menyentuh kulit luarnya.

"YaAllah Gi-Gio janji akan jadi anak baik-baik, ta-tapi Gio mohon YaAllah Gio ga mau Mama sama Papa pisah... Gio mohon...Gio mohon...YaAllah kenapa ini terjadi sama Gio? Apa ini balesannya karena Gio nakal? Kalau gitu Gio mohon ampun YaAllah... Gio mohon ampun... Tapi tolong jangan buat keluarga Gio berantakan... Gio mohon YaAllah....Gio-" Cukup sudah bocah ini tidak mampu melanjutkan kalimatnya. Dengan posisi yang masih bersujud, Gio kecil meluapkan tangisnya.

Duh maaf banget kalau feelnya kurang dapet, saya sendiri juga masih belajar tolong dimaklumi ya hehe😄✌

Oke sekian♉

Jangan lupa klik vote🌟, comment💬, share♻, dan juga follow✅ biar saya tambah semangat gitu hehe.. Don't be a siders guys okay..👌

See you next chapter ♥♥

Let Me Hate You |On Going|✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang