Chapter 7

185 89 143
                                    

Alia melirik Gio yang malah asik memainkan ponsel dan tidak membantunya membakar sate

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alia melirik Gio yang malah asik memainkan ponsel dan tidak membantunya membakar sate. Dasar.

Gadis bersurai panjang itu meletakkan kipas dengan kesal lalu menghampiri Gio yang tengah duduk.

"Gio, bantuin aku manggang itu loh!"

Gio tak mengindahkan ucapan Alia, lelaki itu masih sibuk dengan benda pipih persegi panjang ditangannya.

Alia mendengus kasar dan memilih berbalik namun tangan Gio menariknya membuat ia kehilangan keseimbangan dan akhirnya terduduk dipangkuan Gio. Bisa dipastikan jantung Alia kini sedang berdegup abnormal.

" Gio..." lirih Alia.

Salah satu tangan Gio terulur memeluk pinggang ramping Alia, sedangkan tangan yang satunya masih sibuk dengan ponsel.

Alia melirik ponsel kekasihnya. Sebenarnya apa sih yang dilakukan cowok ini hingga mengabaikannya.

Oh rupanya Gio sedang membuka aplikasi IG dan mengganti bionya. Jemari Gio menari diatas ponsel mengetikkan sesuatu disana.

Alia tertegun, entah kenapa darahnya terasa berdesir kala membaca apa yang diketikkan Gio.

'Kembalikan kebahagiaanku saat kecil'

Alia menunduk, apakah Gio semenderita itu?

Alia memang sudah mengetahui masa kecil Gio sebab diceritakan langsung oleh orang yang bersangkutan. Namun Gio hanya menceritakan secara singkat dan kurang detail.

Lelaki jangkung itu menghela nafas lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku. Kedua tangannya kembali merengkuh Alia lebih erat lagi.

"Gio..."

Gio membenamkan wajahnya dipunggung Alia, menghirup dalam dalam aroma gadisnya.

"Sebentar Al, sebentar aja."

Alia mengangguk dalam diam dan memejamkan matanya, membiarkan Gio merengkuhnya. Membiarkan Gio menyalurkan perasaannya yang tidak bisa diungkapkan.

"Al-" ucapan Rhea terhenti kala melihat dua makhluk malah asik bermesraan.

"Ck bikin iri aja!" Gumamnya pelan lalu memutar badan berjalan kembali ke ruang keluarga dimana disitu ada Farabi, adiknya Alia yang asik menonton tv.

"Tau bakal jadi obat nyamuk gini mending gue gak usah ikut aja kesini! Lagian Larissa ngapain sih sok sibuk segala lagi! Hih!" gedumelnya lagi.

"Loh satenya mana kak?" Tanya laki-laki 11 tahun yang kerap disapa Abi.

"Belum mateng!" Sembur Rhea yang sudah duduk disebelah Abi.

"Yaelah kak gak perlu ngegas juga kali." Balas Abi sembari melemparkan kulit kacang ke wajah Rhea, sang empu hanya mendengus menanggapi. Gadis ini terlanjur bete.

Alia membuka matanya kala mencium aroma gosong. Dengan paksa Alia melepaskan pelukan Gio.

"Yah Gio! Gosong nih!"

"Yaudah buang aja Al." Ujar Gio santai.

Wajah Alia tertekuk, "Tapi mubazir Gio..."

"Yaudah kamu makan aja kalo gitu."

Alia melotot, ya kali dirinya harus makan arang.
"Ga mau ih!"

"Nah makanya dibuang aja Alia, lagian itu juga masih banyak yang belum dibakar hemm." Ujar Gio gemas.

"Minggir, aku aja yang manggang."

Alia menurut, gadis itu memilih duduk dikursi yang tadi diduduki Gio.

"Orang tua kamu pulang jam berapa?" Tanya Gio sembari mengayunkan kipas kekanan dan kekiri berulang kali.

Alia melihat arlogi dipergelangan tangan, sudah pukul 19:30 rupanya.

"Em besok, Ibu bilang kalo jam 7 belum nyampe rumah berarti besok baru pulang gitu."

Gio hanya ber-o-ria.

"Oh iya, kayaknya aku bakal potong rambut. Aku mau ikut lomba paskib." Ujar Alia.

Alia menggigit bibirnya pelan sebelum kembali bersuara. "Setelah lomba itu aku bakal keluar dari paskib kok."

Yah Alia sudah lama memikirkan untuk keluar dari paskib, walaupun sebenarnya menyenangkan tapi kadang juga sedikit menggangu aktivitasnya dalam belajar.

Ia terkadang harus meminta bantuan Rhea maupun Larissa dalam memahami pelajaran yang ia tinggalkan karena harus berlatih.

"Hem." Balas Gio singkat.

Alia menghela nafas pelan. Gio pasti kesal, itu bisa dilihat dari tangannya yang menggenggam kuat kipas ditangannya hingga otot-ototnya mulai mengeras.

Gio tidak suka.

Pasti waktu Alia akan tersita dengan berlatih dan jarang memperhatikannya lagi. Nanti pasti banyak cowok disekeliling Alia karena anggota paskib mayoritas cowok dan yang cewek hanya ada beberapa saja.

Huh!

Rahang Gio mengeras.

Gio tidak suka ada cowok disekitar Alia kecuali dirinya.

Dulu Gio bahkan sempat beberapa kali bertengkar dengan Alia gara-gara anggota paskib yang kebetulan juga sekelas dengan Alia.

Padahal yang dilakukan Alia hanya mengobrol ala kadarnya sebagai teman sekelas. Namun Gio begitu keras kepala dan mudah terpancing emosi.

Hingga akhirnya Alia yang mengalah dan meminta maaf pada Gio.

Bagi Gio, Alia itu adalah miliknya cuma miliknya. Dia tidak ingin Alia melirik atau berbicara dengan cowok lain kecuali dirinya.

Gio haruslah menjadi pusat perhatiannya Alia. Harus.

"Aku kedalam." Ujar Gio melenggang pergi begitu saja.

Alia meremas tangannya sendiri melihat kepergian Gio. Ia menggigit bibirnya pelan sembari merapalkan doa dalam hati, semoga Gio mengerti dan hubungannya tidak akan renggang.

Jangan lupa klik vote🌟, comment💬, share♻, dan juga follow✅ biar saya tambah semangat gitu hehe.. Don't be a siders guys okay..👌

See you next chapter ♥♥

Let Me Hate You |On Going|✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang