Chapter 6

192 98 112
                                    

"Kamu kenapa?" Tanya Sarah yang melihat putrinya mengerucutkan bibir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu kenapa?" Tanya Sarah yang melihat putrinya mengerucutkan bibir.

"Liptint baru punya Rhea kesita Bun." ujarnya mengadu.

Sarah menggelengkan kepalanya pelan, "Lagian kamu juga yang salah, udah ada aturannya kalau gak boleh bawa begituan tapi kamu masih aja ngeyel."

"Iihh Bunda, kalo aku gak pake liptint bibir aku kelihatan pucat."

"Kan ada yang gak berwarna, pake itu aja kalo ke sekolah. Lagian kamu kok pake yang warnanya mencolok." Sarah lalu berjalan kearah ruang keluarga lalu duduk disofa diikuti oleh Rhea.

"Bunda ih, kalo yang gak berwarna sama aja dong bun. Ntar kalo absen selalu ditanyain kamu sakit? Kalo sakit ke UKS sana, gitu Bun. Gimana sih bunda ini."

"Keras kepala banget, nurun siapa sih kamu ini?" Jengahnya.

"Nurun Bunda." Balas Rhea sembari terkekeh.

"Oh iya, Gio sekarang jarang main kesini ya." Ujar Sarah tiba-tiba.

"Kan dia udah punya cewek. Jadi ya gitu."

"Dia gak berbuat aneh sama Alia kan?"

Rhea membenarkan posisinya yang bersandar pada sofa.

"Aneh gimana?"

Sarah menghela nafas, raut wajahnya sedikit cemas. "Kamu tau kan kelakuan Gio waktu kecil gimana?"

Sekelebat ingatan langsung hinggap di kepala Rhea membuatnya menghela nafas sebentar.

"Iya, tapi Bunda gak usah khawatir. Setelah beberapa tahun ini Rhea amati kayaknya Gio udah baik-baik aja sekarang. Dia juga keliatannya nyaman banget dikeluarganya Alia. Dan orang tuanya Alia juga baik banget dan selalu welcome ke dia."

"Syukurlah kalau gitu." Ujar Sarah mengelus dadanya.

"Kalau nanti tiba-tiba Gio sifatnya berubah kayak dulu, segera kasih tau Bunda ya.. Nanti biar Bunda bicarain sama Tante Rina." Lanjutnya.

"Siap Bunda. Ohya bun, aku mau ke rumah Alia kalau pulangnya agak malem gak papa?" Tanya Rhea.

"Sendiri?"

"Gak, sama Gio kok."

Sarah kemudian mengulum senyum, "Kalau sama Gio Bunda bolehin. Tapi jangan sampai jam 9 malem ya?"

"Siap Bunda."

Tin.. Tin..!!

"Panjang umur, yaudah Bun Rhea berangkat dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Lama banget sih lo." Sembur Gio ketika Rhea muncul dari balik pagar hitam.

"Lama gimana sih? Cuma beberapa detik doang kali. Lebay lo."

"Sama aja, lo itu udah membuang detik gue yang berharga. Gue tu mau cepet- cepet ketemu Alia."

"Halah najis bucin!"

"Bodo amat, Udah wudhu belum lo?"

Alis Rhea bertautan, "Belum, emang kenapa?"

"Kalau mau naik motor gue harus wudhu dulu, itu wajib hukumnya."

"Sialan. Gue dikira najis."

"Hahaha bukan gue yang bilang loh."

"Halah."

"Yee lo sendiri yang nyimpulin gitu."

"Nyebelin banget sih lo."

Gio menjulurkan lidahnya mengejek.
"Bodo amat."

"Andai bunuh orang itu gak dosa." Rhea menatap Gio kesal.

"Haha udah udah, yuk berangkat udah jam 4 nih."

Dengan patuh Rhea berjalan ke jok belakang namun tangan Gio menahannya yang hendak naik ke motor lalu menarik gadis itu untuk berdiri disebelahnya.

"Kenapa?"

Tanpa menjawab Gio memakaikan helm di kepala Rhea membuat gadis itu tercekat hingga rona terbit dikedua pipinya.

"Makasih." Ujar Rhea setelah duduk dibelakang Gio.

Mohon maaf ya guys part ini dikit banget hehe,-

Jangan lupa klik vote🌟, comment💬, share♻, dan juga follow✅ biar saya tambah semangat gitu buatnya hehe.. Don't be a siders guys okay..👌

See you next chapter ♥♥

Let Me Hate You |On Going|✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang