Chapter 2

1.1K 136 22
                                    

Taehyung sedang menikmati makan siangnya di kantin kampus, para gadis mengerumuninya bagaikan semut, tapi Taehyung tak peduli. Gadis-gadis itu hanyalah mainan baginya, pelengkap dalam sandiwaranya.

"Ya ampun!" tiba-tiba saja suasana kantin menjadi sangat riuh dengan adanya teriakan histeris dari gadis-gadis yang berada di tempat tersebut.

Mereka semua memandang ngeri ke suatu objek yang sampai saat ini masih tidak bergerak.

Taehyung yang penasaran berjalan ke arah sumber keributan itu, di mana para murid mengelilingi objek yang menjadi sumber kengerian di kantin itu.

Taehyung menyeruak masuk di antara kerumunan itu, matanya kini melihat objek yang di maksud. Bibirnya terangkat membentuk sebuah senyum menyeringai.

'Benar-benar tidak pandai bersandiwara,' batinnya.

Di hadapannya, sang gadis Black Peach tengah berdiri dengan tatapan kosong seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di hadapannya, sang gadis Black Peach tengah berdiri dengan tatapan kosong seperti biasa. Tetapi ada yang beda, tangannya berlumuran darah, darahnya sendiri.

Taehyung melihat sebuah pisau yang terletak di lantai bersama sebuah buah apel, Taehyung yakin kalau Jihyo tidak sengaja mengiris pergelangan tangannya ketika mengupas apel tersebut, seperti yang Taehyung fikirkan sebelumnya, Jihyo tidak pandai be...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taehyung melihat sebuah pisau yang terletak di lantai bersama sebuah buah apel, Taehyung yakin kalau Jihyo tidak sengaja mengiris pergelangan tangannya ketika mengupas apel tersebut, seperti yang Taehyung fikirkan sebelumnya, Jihyo tidak pandai bersandiwara. Bahkan untuk kegiatan manusia seperti ini pun tak dapat dilakukannya.

Lalu yang membuat para murid di tempat itu histeris ialah karena si persik hitam tersebut hanya terdiam seperti biasa, tidak ada raut keasakitan di wajahnya, padahal tangannya sedari tadi tidak berhenti mengucurkan darah.

Perlahan, Jihyo mengangkat pergelangan tangannya yang terluka. Jihyo memandang datar pada darah yang terus menetes dari urat nadinya. Dan yang terjadi selanjutnya, gadis bermata bulat itu menghisap darahnya sendiri.

Jihyo tampak begitu menikmatinya, seolah meminum darahnya sendiri dari urat nadinya adalah kenikmatan sendiri. Perlahan-lahan hingga tak ada lagi darah yang tersisa di tangannya, hal yang aneh karena kulitnya sama sekali tidak menunjukkan adanya bekas luka.

Tetapi para murid tidak memerhatikannya, mereka semua sibuk menatap ngeri terhadap apa yang dilakukan gadis cantik tetapi misterius di depan mereka.

The Eternal Love  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang