Selembar Lima Ribu Rupiah

32 14 0
                                    

Selembar Lima Ribu Rupiah
Karya : Liafadhilah
liafadhilah_

03.45.

Tubuh Raisha menggeliat di atas king bed miliknya. Ia menatap jam digital yang berada di atas nakas. Raisha beranjak dari sana, menuju toilet.

Bruk!

Karena nyawanya dirasa belum terkumpul sepenuhnya, Raisha menabrak stetoskop yang sengaja ia gantung di atas dinding dekat mading harapan miliknya. Terletak di dinding paling kiri kamarnya itu.

'Suatu hari, aku bakal jadi dokter. Supaya mama bisa aku rawat dengan baik sendiri, tanpa memikirkan lagi soal biaya.'

Yogyakarta, 10 April 2014

***

Tet ... Tet ... Tet ....

Bel tanda istirahat menggema di ruang kelas. Seluruh siswa berhamburan ke luar kelas dengan begitu saja. Beberapa siswa meninggalkan meja mereka masih dengan keadaan berantakan. Buku dan pensil tidak beraturan di atas sana seolah perut mereka menjadi prioritas utama saat bel istirahat berbunyi.

"Raisha, ayok!"

Yang dipanggil tak bergeming, ia masih fokus pada buku bacaannya.

"Ish! Raisha, ayok! Kenapa sih nggak bisa ninggalin buku sedetik aja?!"

"Raisha .... " Meila merengek dan berusaha menggoyangkan tubuh sahabatnya itu.

"Ih! Mboh lah!"

Meila beranjak dari sana. Setelah usahanya mengajak Raisha gagal total, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke kantin duluan saja tanpa ditemani Raisha.

Raisha mengecek ponselnya sebentar, melihat jam. Setelah itu, ia kembali terfokus pada buku bacaannya.

***

Dua minggu sudah Sri--Ibu Raisha--terbaring lemah di atas bed rumah sakit. Patient monitor menunjukan garis naik turun, tandanya Sri masih bernapas. Denyut nadinya normal tetapi penyakit jantung sedang menggerogoti tubuh yang saat ini terbaring lemah di atas sana.

Raisha Rumaira Azzahra, seorang Putri semata wayang Sri rahayu. Dery--Ayah Raisha--meninggal sebelum Sri Rahayu mengidap penyakit jantung.

Tidak ada harta yang dapat dijadikan warisan kepada keluarga yang ia tinggalkan. Hanya ada satu gubug sederhana yang menjadi tempat tinggal Sri dan Raisha sampai detik ini.

"Ini tagihan perawatan Ibu Sri, Nduk," ucap seorang suster pada Raisha.

Selalu terpikir di benaknya, lebih baik ia berhenti sekolah dan mencari uang saja. Tidak ada sanak saudara satupun yang hadir ketika kondisi keluarga Raisha sedang terpuruk begini. Entah mengapa, Raisha pun tak tahu. Setiap ia bertanya pada ibunya, ibunya selalu menjawab, "Ini urusan orang dewasa, Nak."

"Hufttt .... " Raisha mengembuskan napasnya kasar.

Seharusnya, anak seusia Raisha yang saat ini menghabiskan hari-harinya dengan berorganisasi atau berbagai hal lain untuk masa depannya kelak. Tetapi, lain hal dengan Raisha hari ini. Setiap hari ia harus menerima informasi pahit yang selalu dokter sampaikan bahwa keadaan ibunya belum juga ada perkembangan setelah dua minggu koma.

Belum lagi, setiap hari ia mendapat tagihan dari rumah sakit yang tentunya menambah pikiran gadis SMA itu. Kalau saja Raisha tidak memiliki mimpi, Raisha sudah berhenti sekolah sejak satu tahun lalu. Tetapi, Sri selalu meyakinkan Raisha agar ia dapat melanjutkan pendidikannya sampai perguruan tinggi dan menggapai mimpinya menjadi seorang dokter. Alasannya ingin menjadi dokter semakin kuat ketika melihat Sri terbaring lemah saat ini.

Our Lifes✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang