Buku Kehidupan
Karya : MiraBlank_482
MiraBlank_482
HIDUP itu sebuah perjalanan. Di mana setiap jalan yang kita tempuh, memiliki kesan tersendiri dalam hidup kita. Baik itu manis ataupun pahit. Baik itu sebuah kebahagiaan ataupun sebuah kesediaan. Semua itu akan terangkum apik dalam sebuah buku yang kusebut sebagai 'Buku Kehidupan'.Namaku Nasywa Anandita. Buku kehidupanku didominasi oleh kumpulan cerita penuh luka dan air mata. Di mana aku terlahir dalam sebuah keluarga yang tak memiliki kehangatan saat kami bercengkerama.
Memiliki ayah seorang penjudi, membuatku muak. Setiap hari, selalu ada perdebatan antara aku dengannya. Aku lelah mengingatkannya untuk berhenti melakukan kebiasaan buruknya. Tetapi, aku gagal.
Dan menyoal ibuku ... entahlah. Aku tak tahu di mana ia tinggal dan bagaimana keadannya. Ia pergi meninggalkanku dan ayahku sepuluh tahun yang lalu, hanya demi pria hidung belang yang dilimpahi begitu banyak kekayaan.
"Arghh!" Aku berteriak seraya mengacak rambutku frustasi.
Kini, aku berada di Taman Kota Paris Van Java yang sudah nampak sepi. Mengingat, jam sudah menunjukkan pukul 22.30 WIB. Aku duduk di sebuah bangku taman sembari menundukkan kepalaku yang rasanya akan pecah.
"Kenapa hidupku seperti ini, Tuhan?!" Sebuah pertanyaan yang menunjukkan keputusasaan itu terlontar dari bibirku.
Aku menangisi takdirku sendiri. Jika bisa memilih, aku tak ingin diciptakan oleh Tuhan sebagai seorang manusia. Namun, apalah dayaku? Aku hanyalah makhluk-Nya yang hanya bisa mengikutu skenario yang Dia gariskan, jauh sebelum aku dilahirkan di dunia.
"Bolehkah saya duduk di sini?" tanya seorang pria secara tiba-tiba.
Aku tak menggubris pertanyaannya itu. Saat ini, aku tidak membutuhkan siapa pun. Terlebih ... penampilannya yang terkesan seperti seorang 'preman', membuatku enggan untuk berbicara dengannya.
Rambut gondrong berwarna cokelat, celana sobek-sobek, dan juga ... tato yang memenuhi tangan hingga ke lehernya. Ada sepasang anting berwarna hitam di telinganya--menambah kesan 'berandalan' dalam dirinya semakin dalam.
"Mengutuk takdir bukanlah suatu jalan keluar yang tepat dalam menghadapi masalah." Ia kembali berujar. Kini, ia duduk tepat di sampingku. Tentunya, tanpa seizinku.
"Bukan urusan Anda!" ketusku.
Di detik berikutnya, aku pun bangkit--berniat untuk pergi dari tempat itu. Pria itu tersenyum tipis seraya berkata,"Lari dari kenyataan juga bukan sebuah pilihan. Terima kenyataan dan jalani dengan keikhlasan."
Mendengar perkataan itu, langkahku terhenti. "Lalu apa yang harus aku lakukan? Apakah aku hanya akan menjadi sebuah boneka dalam film kehidupan yang Tuhan buat?"
"Bukan itu yang saya maksud. Duduklah, biar saya jelaskan."
Dengan perasaan kesal, aku pun kembali duduk di tempat sebelumnya--di samping pria bertato itu.
"Nama saya Bara, saya lahir tanpa mengatahui siapa orang tua kandung saya." Ia berucap dengan tatapan kosong di matanya.
"Saya anak buangan. Seorang anak yang tidak diharapkan. Saya anak yang dibesarkan di jalanan. Udara malam seakan sudah menjadi sahabat terbaik saya. Percobaan bunuh diri pun kerap saya lakukan."
"Jika tidak sanggup, jangan diteruskan." Entah mendapat dorongan dari mana, aku menatap matanya. Rasa empatiku untuknya, terpancar begitu saja.
Ia membalas tatapanku, lalu menggeleng cepat. "Saya akan teruskan."
Hening tercipta setelah perbincangan itu. Bara menghirup napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan.
"Kamu lihat tato ini?" Bara menunjuk salah satu tato dari sekian banyak tato yang ada di tangannya. Tato itu menunjukkan seorang anak lelaki yang sedang terduduk lesu. Aku menggeleng cepat.
"Tato ini adalah tato pertama saya. Menggambarkan diri saya yang terlibat akan sebuah penantian."
Aku mengerutkan dahiku saat ia mengatakan itu semua. "Penantian?"
"Ya, penantian. Saya sangat menanti hari di mana ada sepasang tua yang mendatangi saya sembari berkata, 'Nak, ini adalah ibu dan ayahmu'. Saya menanti hari itu. Sangat menantikannya."
Sesak mengantam dadaku kala itu. Mendengar ucapan yang membuat hatiku terenyuh. Sungguh, saat itulah aku merasa menjadi orang yang beruntung. Setidaknya, aku masih memiliki seorang ayah, walaupun sikapnya kerap membuatku naik pitam.
Aku hanya mengangguk paham saja. Tiba-tiba, ada sebuah pertanyaan yang terbesit dalam benakku. "Kenapa harus melalui tato?"
"Tato adalah seni. Saya dapat mengingat semua kisah hidup saya jika saya melihat tato-tato ini."
Bara menghela napas sejenak, lalu kembali berkata, "apakah kamu takut dengan penampilan saya yang seperti ini?"
Degg!
Bagaimana aku bisa menjawabnya? Jujur saja, memang ia terlihat menakutkan dengan penampilannya. Namun untuk berbicara langsung kepadanya ... rasanya tidak.
"E-eh, enggak."
"Jujur saja. Saya tahu dari reaksi kamu saat pertama kali bertemu dengan saya."
"Penampilan memang cerminan dari karakter dalam diri seseorang. Penampilan saya memang seperti ini. Tapi percayalah, semua ini tidak seperti yang kamu lihat. Saya bukanlah seorang preman seperti apa yang kamu pikirkan. Saya bukanlah seorang brandalan seperti tanggapan orang-orang di luar sana."
"Saya hanya Barachandra, seorang barista yang sampai saat ini masih menunggu waktu di mana saya bisa bertemu dengan orang tua kandung saya. Tato-tato ini hanya menjadi saksi bisu bagaimana perjalanan hidup saya. Tato-tato ini hanya bagian kecil dari opini buruk yang sebenarnya tak seburuk apa yang terlihat oleh pandangan mata saja."
Ucapannya sangatlah benar. Ternyata, ia tak semenakutkan apa yang aku bayangkan. Ia memiliki hati yang baik. Kisah hidupnya membuatku lebih mensyukuri apa yang aku dapatkan dalam hidup ini.
Terlebih, setelah bicara dengannya, aku merasa lebih tenang. Jalan pikiranku terbuka lebih luas untuk bisa menyadari bahwa ada orang-orang di luar sana yang memiliki kisah hidup lebih menyedihkan dari diriku.
Jika dibandingkan dengan kisah hidup Bara, seharusnya aku bersyukur bahwa aku masih diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk bisa hidup bersama ayahku, walaupun tak ada gelak tawa dan bahagia yang menghiasi hari-hari yang kami lewati.
--Selesai--
.
.
.
Note:
Cerpen ini dipublikasikan juga di akun @MiraBlank_482.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Lifes✔
Short StoryBerisi kumpulan cerpen bertemakan 'Kehidupan' karya anggota keluarga grup kepenulisan Great Writers Soon. #KaryaAsli #NoPlagiat #GWS_Family #Batch1 #Update_Juli2020