Roda Kehidupan
Karya : Emilia
Emilia_AZAyam berkokok menandakan malam sudah berganti menjadi pagi. Orang-orang yang tidur kini telah terbangun.
"Pagi semua, " ucap Killa sambil membuka pintu kamarnya.
"Huftt, masih sendiri ternyata," lanjutnya sambil terkekeh kecil.
Seperti hari-hari yang telah lalu, Killa masih setia dengan kesendiriannya. Ia selalu iri dengan teman-temannya yang hidup dengan keluarga lengkap, berkecukupan, dan berkedudukan yang tinggi. Berbeda dengan dirinya yang hanya tinggal di rumah peninggalan orangtuanya, makan ketika di sekolah ataupun ada tetangga yang berbaik hati memberikan makanan padanya.
Meskipun begitu, ia tetap bersyukur karena ia tergolong murid yang pintar hingga ia bisa mendapatkan beasiswa di sekolahnya, beruntung. Ia enggan tinggal bersama kakek neneknya karena takut merepotkan dan ingin belajar mandiri.
Sampai saat ini, ia terus berpedoman pada ucapan neneknya tempo hari. "Ikuti kata hatimu, jangan dengarkan kata mereka. Mereka hanya iri, kejar cita-citamu buat kata bangga terukir di hati mereka."
Ah, sudahlah. Mengingat ucapan sang nenek, Killa malah akan menjadi sedih, seperti biasa.
Hari demi hari dilalui Killa dengan bekerja, belajar, bekerja, belajar, dan seterusnya. Entah kapan semua itu akan berakhir.
Jika ditanya lelah, jawabannya adalah pasti. Itulah keadaannya sekarang. Tetapi, harus bagaimana lagi? Jika ia ingin menyerah, pasti ucapan neneknya akan selalu terbayang di benaknya, bak sebuah kaset kusut yang berputar tanpa henti.
Di mana ayah ibunya? Pertanyaan yang bagus! Ya, ayah ibunya sudah tiada tiga tahun yang lalu akibat kecelakaan. Trauma? Jelas. Tetapi, itu semua biasa bagi dia. Karena bagaimanapun juga pasti ia ingat kejadian itu.
Hari ini adalah hari Minggu. Hari dimana orang-orang manfaatkan untuk rehat dan refreshing dari pekerjaan maupun hal-hal lain. Naas, itu tidak berlaku bagi Killa. Setiap hari Minggu, ia selalu menghabiskan waktunya di makam kedua orangtuanya. Biasanya, ia akan berkunjung dari pagi sampai sore, hanya untuk memanjatkan doa dan berkeluh kesah atas ujian hidup yang menimpanya selama ini.
Tiga tahun sudah Killa menduduki bangku SMA. Kini, saatnya hari kelulusan tiba. Betapa bahagianya Killa. Penantiannya sekian lama telah terbalas. Teyapi di balik kebahagiannya itu, ada luka yang mendalam di hati kecilnya.
Di hari kelulusanya, Killa harus sendiri tanpa kehadiran ayah ibu yang mendampinginya. Banyak omongan- omongan dari teman-teamannya yang menyayat hati kecilnya. Namun. ia ingat kata-kata neneknya itu yang seolah menjadi pemacu semangat dan pengundang senyum di wajahnya.
Sekarang waktunya ke tahap akhir menentukan cita-citanya. Beruntungnya Killa karena bisa diterima di universitas impianya sejak dulu. Killa berjanji akan bersungguh-sungguh menuntut ilmunya di sana.
Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti bulan, dan bulan telah berganti dengan tahun. Hari kelulusan kini telah tiba. Toga telah dipakainya. Terharu? Iya, sangat malah. Pendidikan yang terbilang rumit kini sudah ia lalui dengan suka maupun duka.
Kini, gadis itu tak sendiri. Ada kakek dan neneknya di hari bahagianya. Setelah acara kelulusan, dilanjutannya dengan ziarah ke makam ayah ibunya.
"Ayah, ibu, Killa sudah menepati janji Killa," ucapnya dengan sesekali menghapus air mata yang keluar.
"Ayah sama ibu bangga nggak sama Killa? Ayah sama ibu bahagia ya di atas sana. Killa sayang kalian," ucap Killa yang sukses membuat kakek neneknya ikut menangis.
Lihatlah! Betapa bangganya kakek neneknya. Dan pasti, ayah ibunya juga tersenyum di atas sana melihat putri kecilnya yang dulu sering merengek kini sudah tumbuh besar dan telah lulus menjadi sarjana.
Lima tahun sudah berlalu. Kini, Killa sudah menjadi bekerja di perusahaan ternama dan diangkat menjadi sekretaris di perusahaan tersebut. Ia juga telah mempunyai kafe yang sangat terkenal di kotanya.
Gadis yang dulu hanya tinggal di rumah sederhana kini telah mempunyai rumah sendiri. Gadis yang dulu hanya makan di sekolah atau hanya saat ada pemberian dari tetangganya, kini sudah bisa membeli makan sendiri. Gadis yang dulu kerap menerima, sekarang sudah bisa memberi dan berbagi pada orang-orang yang membutuhkan.
Terbesit diingatannya kata-kata terakhir sang nenek sebelum ia mengembuskan napas terakhirnya karena penyakit yang didertanya dua tahun yang lalu. "Jika kamu sudah sukses, jangan lupakan orang yang berperan pada kisahmu dulu."
Hari ini adalah hari Minggu. Sama seperti tahun-tahun yang lalu, Killa selalu berkunjung ke makam orang tuanya. Tetapi kini berbeda. Ia juga mengunjungi makam kakek neneknya.
"Ayah, ibu, kakek, nenek, Killa rindu. Killa kini sudah sukses. Tapi kenapa di saat Killa sedang diatas, kalian tidak ada di samping Killa? Killa harap kalian bisa tenang di alam sana. Killa rindu kalian. Killa sayang kalian," lirih Killa sembari mengelus nisan mereka bergantian.
"Sungguh, roda kehidupan yang rumit. Tetapi, di balik rumitnya roda kehidupan itu pasti ada titik di mana ia berhenti dan membalikkan keadaan. Titik di mana mana orang yang dulu berada pada titik paling bawah, kini berada di titik paling atas, begitupun sebaliknya. Maka, jangan lupakan orang yang telah ada dalam cerita hidupmu di tempo lalu."
--Selesai--
Karanganyar, 24 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Lifes✔
Short StoryBerisi kumpulan cerpen bertemakan 'Kehidupan' karya anggota keluarga grup kepenulisan Great Writers Soon. #KaryaAsli #NoPlagiat #GWS_Family #Batch1 #Update_Juli2020