Janjiku

28 14 0
                                    

Janjiku
Karya : Shindi Aprilia
shindiape


"Sodaqollohuladzim," ucapku mengakhiri bacaan Alquran malam ini

Alunan nada indah dengan suara khas merdu. Ayat demi ayat yang mengandung arti mendalam. Embusan napas yang dilontarkan ketika membaca Alquran.

Terinspirasi dari anak kecil yang bahkan mempunyai kekurangan fisik, tetapi mereka bisa menghafal 30 juz
Alquran. Bahkan mereka tahu arti dan makna perkata dari setiap ayat Alquran. Terlebih makhrojul hurufnya.

Aku saat itu sangat malu. Malu dengan diri sendiri. Sudah beranjak dewasa tetapi tidak membaca atau menghafal Alquran. Betapa bodohnya aku saat itu, yang hanya memikirkan duniawi saja tanpa memikirkan akhirat.

Bertekad untuk menghafal ayat demi ayat, arti demi arti. Aku akan terus menghafal dan mengulang setiap kata. Memang tak akan langsung bisa. Tetapi, setidaknya aku bisa mempunyai niat untuk belajar menghafal.

Mungkin, Semua orang aneh melihatku yang saat ini. Asalnya pakaianku sangat terbuka. Dan sekarang, menjadi lebih tertutup dengan memakai niqab. Selalu membawa Alquran ketika pergi dan membaca solawat di mana pun, sampai jalan pun menunduk tak mau melihat atau terlihat.

Jika ada yang bertanya padaku 'Kenapa kamu selalu membaca Alquran, bahkan sepertinya hampir setiap hari', aku selalu menjawab, "Ini untuk ayah, ibu, dan diriku sendiri."

Tak bisa memberikan sepeser uang, tak bisa memberikan kebahagiaan, tak bisa memberikan apapun di dunia. Tetapi,  InsyaAllah akan memberikan mahkota indah pada orangtuaku di akhirat nanti.

Kuangkat tanganku ke atas. Aku menengadah, meminta doa restu kepada Sang Illahi. Hati bersih dengan ikhlasan, air mata yang mengalir tanda tulus meminta.

" اَللَّهُمَّ اجْعَلِ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قُلُوْبِناَ، وَنُوْرَ صُدُوْرِناَ، وَجَلاَءَ أَحْزَانِناَ، وَذَهَابَ هُمُوْمِناَ.

"Ya Allah, jadikanlah Alquran sebagai penyejuk hati kami, cahaya yang menyinari dada kami, pelipur duka kami, dan penghapus kesedihan kami. Amin-amin yarobbal alamin."

***

Alquran hidupku. Di mana pun aku berpijak, Alquran selalu menemani di setiap langkahku. Banyak orang bilang tentangku yang buruk buruk,  perempuan sok alim yang hanya ingin dipandang baik oleh masyarakat.

Begitu banyak ocehan masyarakat tentangku. Bahkan, di hadapan wajahku sendiri mereka berani berucap langsung tanpa ada rasa salah sedikit pun.

Aku berusaha untuk tak peduli, seolah olah tak mendengar ucapan mereka. Menutup telingaku rapat-rapat lalu hanya mengusap dada seraya berucap, "Astagfirullah."

Inilah tujuan hidupku. Impian terbesarku ingin menjadi hafidzah yang bisa memberikan mahkota bercahaya di surga nanti.

Terbayang jika nanti di akhirat, aku memakaikan mahkota untuk kedua orangtuaku. Di surga-Nya nanti, aku akan bisa melihat beliau tersenyum. Bisa membahagiakan, bisa membalas semua yang beliau berikan padaku. Sungguh, aku menginginkan hal itu.

Untuk orangtuaku ... di dunia aku hanya membuat sengasra, tetapi di akhirat nanti insyaAllah akan memberi mahkota.

"Thank, God. I promise will try," janjiku

--Selesai--


Ciamis, 25 juni 2020

Our Lifes✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang