Revenge III

501 90 3
                                    

Jensoo


Aku kasih satu lagi, karna udh lama libur

Happy Reading

Hari kedua yang sangat menegangkan. Ini adalah hari terakhir dimana Jisoo harus memahami siapa Lio Manoban dan harus berada didekatnya terus menerus. Jadi Jisoo melakukan apa yang direncanakan Jihoon, dia benar-benar ingin menyelesaikan penyamaran ini secepatnya. Mencuri data yang berhubungan dengan pembantaian kedua orangtuanya lalu menyerahkan data tersebut pada Jenson agar dia bisa memenjarakan Lio atau mungkin membunuh Lio. Opsi kedua terdengar lebih menyenangkan sepertinya.

Hari ini Lio memiliki jadwal yang cukup sibuk, dia harus menghadiri beberapa rapat penting, makan siang dengan teamnya yang menyeramkan –mungkin team itu ikut terlibat dalam pembunuhan kedua orangtuanya-

Jisoo hari ini selalu dilibatkan oleh Lio, kemanapun pria itu pergi, Jisoo harus berada didekatnya, hingga ia harus ikut serta pada pertemuan dengan kolega besar perusahaan ini didalam ruangan Lio.

Jisoo melirik kearah lemari cokelat yang diberitahukan Jihoon sebagai tempat penyimpanan dokumen-dokumen penting milik Lio. Lemari tersebut tidak memiliki kunci yang akan menghambat pencuriannya, jadi dia bisa bernapas lega sekarang.

Besok malam adalah kesempatan terakhirnya untuk mengambil dokumen tersebut, besok juga sebagai penentuan apakah Lio yang berakhir atau Jisoo yang akan berakhir. Mengingat hal tersebut membuat Jisoo merasa takut, takut jika dialah yang akan tertangkap basah oleh Lio.

Pertemuan itupun berakhir dengan lambat, Jisoo diperbolehkan pulang setelahnya. Sepulangnya dari perusahaan, ia mendapati Jihoon sedang bersandar didepan mobil milik pria itu dengan seseorang yang ikut bersandar disampingnya. Jenson Kim.

Jisoo memandangi Jenson yang terlihat tampak casual malam ini, terlihat seperti pria yang berusia normalnya 27 tahun, tidak seperti seorang CEO kelas atas yang sangat elegan dan menyeramkan.

Jenson melipat kedua tangannya didepan dada sambil terus mengamati Jisoo yang berjalan kearahnya dengan tergesa-gesa. Gadis itu terlihat seperti ketakutan, apa ada yang salah? Jenson seketika merasa was-was dan melirik kearah sekitarnya. Tempat ini cukup aman untuk dijadikan tempat pertemuan rahasia. Ditambah dengan penjagaan super ketat yang dikerahkan Jenson untuk melindungi keberadaan mereka.

“Apa tidak terlalu mencolok dengan penjagaan sebanyak ini?” Tanya Jisoo khawatir setelah melihat sekelilingnya yang dikepung penuh oleh penjaga milik Jenson.

“Tidak berlebihan jika yang dijaga adalah aku.” Ujar Jenson percaya diri.

“Lio, kapan kita akan menghabisinya?”

“Buru-buru sekali, nona Kim. Apa kau sangat menginginkan kematian pria itu?”

“Tentu saja, dia membunuh kedua orangtuaku.”

“Besok hari terakhirmu disana, pergunakan waktu sebaik mungkin, dan jangan sampai membuat Lio curiga. Besok aku akan datang ke Mano Group, aku akan mengawasimu dari jauh.”

Jisoo merasa tenang saat Jenson mengatakan dia akan menjaganya besok.

“Kau makan malam bersama Lio kemarin malam?” Jenson bertanya dengan nada tak suka, seperti terganggu dengan kenyataan yang satu itu.

Jisoo melirik kearah Jihoon, pasti dia telah menceritakan semuanya pada Jenson. Jisoo kembali menatap Jenson lalu mengangguk.

“Ya, dia yang mengajakku.”

Jenson menatap Jisoo sebentar dengan intens lalu menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Sebenarnya perasaan pria itu sangat berbanding terbalik dengan apa yang ditunjukkannya sekarang. Saat Jihoon mengatakan Jisoo makan malam berdua dengan Lio, Jenson merasa dikhianati. Sebenarnya bukan pengkhianatan yang dirasakan, tapi sejenis dengan sakit hati.

Double 'J ' LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang